ACHMAD FIRDAUS | FAILURE IS THE FIRST STEP TO SUCCESS [PDF]

Sudah sepantasnya orientasi pergerakan dan kegiatan para pemuda adalah untuk menumbuhkan kemampuan intelektualitas. Kemampuan yang bukan ..... Namun pesta demokrasi yang akan digelar dalam waktu dekat diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk menuju kedewasaan demokrasi. Dengan demikian ...

22 downloads 52 Views 1MB Size

Recommend Stories


The first step is a GP appointment
We may have all come on different ships, but we're in the same boat now. M.L.King

“Success is not final, failure is not fatal; It is the courage to continue that counts”
We may have all come on different ships, but we're in the same boat now. M.L.King

the first step to freedom: curriculum guide
Don't fear change. The surprise is the only way to new discoveries. Be playful! Gordana Biernat

[PDF] Peace Is Every Step
Ask yourself: What do I think about when I’m alone? Next

[PDF] Peace Is Every Step
The beauty of a living thing is not the atoms that go into it, but the way those atoms are put together.

[PDF] Peace Is Every Step
You have to expect things of yourself before you can do them. Michael Jordan

the first step in research
Love only grows by sharing. You can only have more for yourself by giving it away to others. Brian

Preparation Is the Key to Success
Do not seek to follow in the footsteps of the wise. Seek what they sought. Matsuo Basho

Effectiveness of the Preschool Version of the First Step to Success Early Intervention Program for
The happiest people don't have the best of everything, they just make the best of everything. Anony

PKB is dependent on the first committed step of glycolysis
Ask yourself: Do you work constantly? or think you should be working? Next

Idea Transcript


ACHMAD FIRDAUS FAILURE IS THE FIRST STEP TO SUCCESS

Pemuda Dalam Sejarah OKT 22 Posted by afdhal Oleh: Achmad Firdaus Abu Dzar Al Ghifari berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada umat manusia, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna di sisi Allah. Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka mereka tidak termasuk golonganku.” (HR. Thabrani) Pesan tersebut menunjukkan betapa pentingnya untuk menghadirkan jiwa sosial dan kepedulian kepada sesama manusia, baik interaksi secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara umum. Sikap peka dan peduli terhadap urusan ummat manusia yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diharapkan bisa hadir dalam diri setiap pemuda. Apalagi pemuda merupakan sosok dengan segudang keahlian dan kemampuan, sehingga dengan kekuatan yang dimilikinya tersebut, setiap pemuda harus mempunyai kesadaran untuk memberikan kontribusi nyata terhadap perubahan umat dan kemajuan bangsa. Dalam catatan panjang sejarah peradaban manusia, perjuangan pemuda tentu bukanlah mitos, bukan pula proyek arbiter yang sama sekali tidak mempunyai kausalitas sosial. Pasti kita masih mengingat kejayaan Islam di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekitar 1400 tahun yang lalu. Jiwa muda yang terus berkorbar dalam diri Rasulullah membuatnya tak gentar sedikit pun untuk mendobrak peradaban-peradaban jahiliyah, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan yang sangat sulit. Namun, kini perjuangan beliau telah terukir indah dalam lembaran-lembaran sejarah dan menjadikan Rasulullah sebagai sosok yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia. Selanjutnya, siapa yang tidak kenal dengna pioneer dan pengendali sejarah yang bernama Musa ‘Alaihis Salam? Beliau adalah seorang pemuda pilihan Allah yang memiliki pola pemikiran dan perjuangan untuk menyelamatkan kaumnya, ia sanggup mengubah zamannya dengan rekayasa nalar kebertuhanan tanpa melibatkan kekerasan, tapi hanya dengan pemikiran dan perjuangan. Kini, hasil perjuangan beliau pun masih tercatat dalam sejarah peradaban manusia dan menjadikannya sebagai salah seorang Rasul terbaik pilihan Allah. Semangat perjuangan pemuda-pemuda terdahulu sedikit banyak telah mewarnai perjuangan pemuda dalam mengiringi perjalanan sejarah bangsa ini. Dimana pemuda selalu berada di garda terdepan dalam setiap pergerakan roda peradaban bangsa dan namanya pun telah terukir dengan tinta emas di setiap lembaran-lembaran sejarah. Mengapa Pemuda? Kedudukan pemuda sebagai generasi penerus bangsa selalu terhormat di panggung sejarah. Dimensi moral yang merupakan karakter utama mereka telah menarik simpati berbagai kalangan, mulai dari orang-orang yang diklaim akrab dengan kepercayaan ‘irasional’ hingga kelompok yang mengkalim dirinya ‘jenius religius’. Empati masyarakat pun secara spontanitas termanifestasi karena visi para pemuda tidak menuntut materi dan popularitas, melainkan sebuah perjuangan untuk kemaslahatan ummat dan bangsa. Kehadiran pemuda dalam setiap perjalanan sejarah selalu membawa tendensi-tendensi yang tidak sinkron dengan jiwa zamannya. Pemuda merupakan insan kreatif dan kritis yang selalu ‘gelisah’ menghadapi masa yang tidak sesuai jati dirinya. Meskipun pemuda adalah makhluk yang minoritas tapi mereka tidak termarginalkan, karena mereka senantiasa menjadi aktor utama yang selalu memberikan pengaruh luar biasa dalam setiap pergerakan roda peradaban. Namun alasan yang paling penting dan mendasar adalah karena pemuda memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejarah telah membuktikan bahwa peran dan fungsi pemuda sangat berpengaruh dalam setiap episode kebangkitan dan kemajuan bangsa ini. Peran dan fungsi tersebut antara lain: Pertama, Pemuda merupakan “iron stocks” atau gudang calon pemimpin bangsa di masa mendatang, yang nantinya layak mengisi pos–pos tertentu baik sektor pemerintah maupun swasta. Karena itu, calon pemimpin bangsa tidak hanya sekedar membekali diri dengan kecerdasan pikiran melainkan dengan kecerdasan spiritual agar menjadi pemimpin yang kuat menahan godaan dunia serta jernih dalam berpikir dan bertindak. Kedua, Pemuda sebagai “the guardian values” atau penjaga nilai–nilai. Pemuda sebagai kaum intelektual harus mampu mentransfer pemikirannya kepada masyarakat melalui teladan dan karya nyata untuk menjaga nilai–nilai kebaikan dalam masyarakat, bukan sekadar mengikuti seluruh alur ditengah masyarakat. Dan yang Ketiga, Pemuda sebagai “moral force”, yakni kekuatan pemikiran yang penuh idealisme dan berusaha untuk mengoreksi berbagai penyimpangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaku Sejarah Sejarah telah membutkikan bahwa kehadiran pemuda sebagai pelaku sejarah ikut mewarnai setiap perubahan zaman. Tentu kita masih ingat diskusi Soetomo, seorang murid sekolah dokter Jawa (STOVIA) dan Wahidin Soedirohoesodo, seorang dokter Jawa yang hampir pupus harapannya untuk memajukan pendidikan dan budaya Jawa. Ketika kegelisahan dan asa bertemu, maka terbentuklah Boedi Oetomo yang dikenal sebagai Kebangkitan Nasional. Dua puluh tahun kemudian, ketika Pemerintah Kolonial Belanda membatasi dan mengawasi aktivitas tokoh-tokoh dan partai-partai politik, para pemuda berani mengambil resiko untuk melaksanakan pertemuan pada masa itu. Sebuah Kongres Pemuda untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Berbagai kelompok pemuda dari penjuru nusantara hadir dalam Kongres untuk menyuarakan aspirasi. Mereka rela menanggalkan segala atribut etnisitas demi persatuan bangsa agar terbebas dari cengkeraman penjajahan. Sebuah moment sakral yang mungkin nyaris luput dari ingatan pemuda saat ini, ketika para pemuda Indonesia berikrar dan bersumpah, bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, pada 28 Oktober 1928 silam. Menjelang kemerdekaan, para pemuda kembali menunjukkan aksinya. Meskipun di bawah pengawasan ketat militer Jepang kala itu, mereka dengan gigih mendorong para tokoh-tokoh golongan tua nasional untuk segera memroklamasikan kemerdekaan. Begitu antusiasnya, para pemuda tersebut sempat ‘menyandera’ para seniornya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya pun tidak sia-sia, tekanan para pemuda menjadi indikator bagi Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Fakta sejarah lain, perjuangan pemuda juga memberikan pengaruh dalam historis perjalanan panjang bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan. Ketika kejenuhan zaman sudah memuncak, para pemuda hadir untuk melakukan perubahan. Itulah yang menyebabkan kekacauan mencapai titik kulminasi pada peristiwa Malari tahun 1974. Pada saat itu terjadi pembrendelan terhadap sejumlah pers, pemerintah menekan perjuangan pemuda dengan memberlakukan berbagai macam aturan, salah satunya adalah dengan memerintahkan untuk menghapus pers Indonesia Raya dan pers Mahasisawa Indonesia, karena dianggap terlalu vokal dan kritis, bahkan para pengkritik dari kalangan pemuda pun dibungkam, namun tidak memadamkan asa, tapi justru membangkitkan semangat pemuda untuk berjuang dan melakukan perubahan. Para pemuda kembali menunjukkan perjuangannya sebagai pencetus era reformasi pada tahun 1998, ketika Rezim Orde Baru membangun sebuah sistem dan organisasi birokrasi yang bertumpu pada kebijakan penguasa ‘berhasil’ memporak-porandakan sistem demokrasi di Indonesia. Soeharto yang mengedepankan stabititas di segala bidang terbukti tak berdaya melawan kekuatan para pemuda. Saat krisis multidimensi menggoyang Orde Baru, kekuatan pemuda tak terbendung lagi untuk menggulingkan Soeharto. Hasilnya, Presiden kedua RI yang telah berkuasa selama 32 tahun tersebut harus menyerah dan menanggalkan jabatannya. Para pemuda pun bersorak sesaat, namun mereka masih terpukul hingga kini. Pemerintahan reformis yang mereka idam-idamkan sampai sekarang tak kunjung hadir. Justru yang tampil kepermukaan adalah kamuflase dan metamorphosis rezim Orde Baru. Di sinilah pemuda harus mampu melihat fakta-fakta terkait problematika masyarakat yang sesungguhnya, kemudian mencari solusi permasalahan tersebut dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dengan begitu, pemuda dapat memainkan peranannya di setiap pergerakan roda zaman, sehingga mereka dapat menentukan masa depan bangsa ini. Jangan sampai, kekuatan kaum muda hanya dijadikan batu loncatan bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pada hakikatnya, masa muda adalah fase dimana manusia berada pada masa kalkulatif (tercerahkan) oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Sudah sepantasnya orientasi pergerakan dan kegiatan para pemuda adalah untuk menumbuhkan kemampuan intelektualitas. Kemampuan yang bukan hanya terfokus pada kekuatan tetapi juga sikap kritis dalam merespon isu-isu kekinian. Pemuda masa kini ditekankan untuk lebih kreatif dan kritis, agar tumbuh menjadi sosok pelopor perubahan ditengah masyarakat dalam mengiringi perjalanan sejarah bangsa ini. Waallahu a’lam bisshawaab. Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Menilik Problematika UN APR 14 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2014/04/ujian-nasional.jpg)UN (Ujian Nasional) telah menjadi sesuatu yang sakral sekaligus menyeramkan bagi sebagian besar pelajar di negeri ini. Betapa tidak, seremonial tahunan bagi pelajar tingkat akhir tersebut akan menjadi penentu ‘nasib’ sekaligus hukuman telak bagi mereka yang kurang beruntung, sehingga wajar saja jika pada hari pengumuman kelulusan ada yang berpesta ria dan ada pula yang menangis, pingsan bahkan beberapa diantara ‘korban’ UN yang ingin mengakhiri hidupnya.

Itulah realita yang selalu menghantui setiap pelajar di negeri ini, apalagi UN terlanjur menjadi bagian dari penyelenggaraan pendidikan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Belum lagi ketika menoleh ke masa lalu, pemerintah Orde Baru memang telah mewariskan proyek tahunan tersebut yang dulunya dikenal dengan istilah EBTA. Seiring berjalannya waktu istilah ini pun sudah beberapa kali berganti nama, mulai dari EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), UAN (Ujian Akhir Nasional) dan UN (Ujian Nasional). Penggantian nama tersebut menunjukkan juga perubahan formula yang dipakai, namun dunia pendidikan tetap saja diselimuti berbagai persoalan yang membelit dan berdampak pada kualitas lulusan dan pendidikan secara keseluruhan. Standar Kelulusan?

Ketetapan pemerintah yang membuat UN sebagai standar kelulusan membuat UN seolah menjadi ‘final boss’ bagi setiap pelajar yang mau meneruskan pendidikannya. Padahal seharusnya UN bukan standar untuk menentukan kelulusan siswa, melainkan sebagai alat pemetaan atau evaluasi kemampuan setiap siswa, jika ternyata hasil evaluasinya buruk, maka perlu mencari tahu di mana letak masalahnya. Namun sepertinya pemerintah ‘ngotot’ menjadikan UN sebagai ‘ritual’ formalitas yang wajib dijalani oleh setiap pelajar demi mendapat ‘pengakuan’ dari tempat mereka menuntut ilmu.

Jika di waktu yang akan datang UN tetap akan dijadikan standar kelulusan, maka ada syarat pokok yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yakni semua harus sama rata dan sama rasa. Semua sekolah di Indonesia harus dibangun dengan sarana dan prasarana yang sama, semua siswa harus diajari materi yang sama, dan semua tenaga pengajar harus memiliki kompetensi yang sama. Tentu orang awam pun bisa menilai bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa di kota dan di pelosok desa, begitu pula jika membandingkan sekolah yang ‘diunggulkan’ dengan sekolah ‘kelas bawah’ tentu ada perbedaan yang sangat mencolok dalam segala hal. Lalu mengapa pemerintah ‘memaksakan’ standar kelulusan yang seragam, padahal fasilitas pendidikan yang disediakan juga berbeda?

Jika sedikit melirik sistem pendidikan di negeri tetangga, Singapura menerapkan kurikulum pendidikan yang sedikit mirip dengan kurikulum pendidikan di Indonesia, ada juga ujian nasional bagi semua siswa yang akan menyelesaikan atau melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Setiap siswayang duduk di kelas 4 Express atau kelas 5 Normal Academic harus mengikuti ujian nasional atau istilah Ordinary Level Test untuk menyelesaikan studi di tingkat Secondary School.

Cuma sedikit berbeda dengan UN di Indonesia, “O” Level Test di Singapura tidak terkesan menakutkan bagi para siswa karena ujian tersebut tidak dijadikan standar untuk menentukan kelulusan siswa. Siswa-siswi yang mendapat nilai di bawah standar minimum pun tetap lulus, karena menurut Pemerintah setempat, setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan. Jika Singapura saja yang memiliki sedikit jumlah sekolah dan sangat memungkinkan untuk menyamaratakan kualitas dan sarana pendidikannya tidak menjadikan UN sebagai standar kelulusan, lalu mengapa pemerintah Indonesia yang memiliki ribuan sekolah masih memaksakan UN untuk menjadi standar penilaian kemampuan setiap siswa? Permasalahan UN

Setiap tahun selalu saja terdengar berita kecurangan dalam pelaksanaan UN. Mulai dari kebocoran soal, kunci jawaban beredar, pemakaian ponsel, pembentukan tim sukses, hingga soal tertukar dan kekurangan lembar jawaban. Masalah dan kecurangan tersebut tentu berpangkal dari kebijakan pemerintah yang menjadikan UN sebagai standar kelulusan sehingga banyak siswa yang menghalalkan segala cara demi kelulusan. Begitu pun dengan soal UN yang berupa pilihan ganda, tidak bisa mencerminkan kemampuan siswa, karena soal pilihan ganda sangat mudah untuk mendapatkan jawaban, mulai dari kode ‘morse’ dengan teman di sebelah, berbagi jawaban lewat tissu, hingga sekedar hoki-hokian. Singkatnya, tergantung keberuntungan bukan kemampuan.

Hingga saat ini UN masih terus dipermasalahkan, pro dan kontra terus terjadi menjelang atau pasca ujian, apalagi jika melihat berbagai permasalahan di dalamnya, sebagian pihak pun menilai UN tidak perlu lagi, namun pemerintah masih saja melestarikan proyek tahunan tersebut meskipun menuai kontroversi. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika format UN yang meyeramkan bagi para pelajar, sedikit di modifikasi dan dengan tampilan yang lebih ‘menarik’ dan yang paling penting adalah tidak menjadikan UN sebagai standar kelulusan, sehingga pelajar tidak lagi merasa tertekan atau terhakimi ketika gagal dalam ujian nasional. Wallahu a’lam bisshawaab *Pemerhati Pendidikan *Pengurus International Student Society -National University of Singapore Ditulis dalam Uncategorized

2 Komentar

Bencana, Antara Ujian dan Peringatan FEB 24 Posted by afdhal “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa:79)

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2014/02/bencana.jpg)Ketika Sang Penguasa berkehendak, maka tak seorang pun mampu untuk menolaknya. Tak ada pilihan lain, kecuali bersiap menghadapi segala ketepan Allah dengan segala hikmahnya. Mungkin kalimat inilah yang bisa membawa setiap orang untuk sampai pada titik kepasrahan tertinggi, yakni bertawakkal kepada Allah atas segala ujian dan peringatan-Nya. Betapa tidak, Indonesia sebagai negeri yang terkenal dengan keindahan alamnya kini diperhadapkan pada berbagai bencana alam yang terus menghiasi negeri ini, bahkan Negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini, harus rela melihat sebagian masyarakatnya menangis dan meratapi bencana yang tak berujung.

Indonesia kini telah menyandang status sebagai negeri siaga bencana. Tentu masih sangat segar diingatan setiap orang, banjir bandang yang menyeret dan menenggelamkan ratusan rumah penduduk di Manado Sulawesi Utara yang menyebabkan puluhan ribu jiwa harus mengungsi karena kehilangan tempat tinggal dan 19 orang meninggal dunia. Begitu pula dengan bencana alam yang berdampak besar seperti banjir ‘tahunan’ di DKI Jakarta yang memaksa sekitar 30.784 orang harus mengungsi dan telah menelan sedikitnya tujuh korban jiwa. Dan bencana yang hingga detik ini belum berakhir adalah erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara, telah tercatat 16 orang meninggal dunia akibat semburan awan panas dan puluhan ribu lainnya harus menetap dipengungsian selama berbulan-bulan.

Namun, belum lagi air mata kering menyaksikan penderitaan para pengungsi di Tanah Karo, saat ini masyarakat di Kabupaten Kediri, Malang, Blitar dan sekitarnya harus berlarian menyelamatkan diri di tengan bencana yang menimpa akibat letusan Gunung Kelud beberapa hari yang lalu. Bencana Gunung Kelud ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur, namun hujan abu vulkanik juga mengguyur Yogyakarta, Jawa Tengah bahkan sampai Jawa Barat. Hingga saat ini ratusan ribu masyarakat harus menghabiskan siang dan malamnya di tendatenda darurat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat kurang lebih 205 bencana terjadi di berbagai daerah di Indonesia selama awal tahun 2014 yang ‘memaksa’ sedikitnya 182 jiwa harus menemui ajalnya akibat bencana tersebut. Mungkin ada yang bertanya, mengapa bencana begitu banyak datang melanda negeri tercinta ini? Apakah bencana tersebut terjadi karena faktor alam atau ada faktor lain?

Peristiwa tidak menyenangkan yang melanda negeri ini, seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor tentunya tidak terjadi begitu saja, akan tetapi memiliki banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Jika para ahli atau ilmuwan mengatakan bahwa rentetan bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini adalah sebuah fenomena natural yang memiliki sebab-sebab material, maka pada saat yang sama, sebagai orang yang percaya akan kekuasaan Sang Pencipta tentu harus meyakini bahwa hal tersebut merupakan ketetapan Allah yang diturunkan kepada ummat manusia sebagai ujian atau peringatan. Tentu tidak ada kontradiksi di dalamnya, karena setiap fenomena yang terjadi di alam semesta ini baik melalui sebab-sebab material atau yang lainnya, tidak terlepas iradah dan ketetapan Allah yang menyampaikan kehendak-Nya berdasarkan pada hukum sebab-akibat.

Rentetan bencana yang melanda negeri ini terjadi lantaran sebab-sebab natural berdasarkan mekanisme kehendak Allah, maka untuk mencegah terjadinya atau meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan dari bencana tersebut harus juga berdasarkan pada mekanisme kehendak Allah. Artinya setiap orang harus memahami makna dan probabilitas terjadinya bencana-bencana tersebut, apakah bencana tersebut merupakan ujian atau peringatan? Sehingga setiap orang dapat memetik hikmah dibalik bencana yang melanda dan mamput memahami sesuatu yang ingin disampaikan oleh Sang Penguasa Alam semesta kepada ummat manusia melalui bencana, misalnya Allah akan mengingatkan manusia yang kurang bersyukur, menyadarkan manusia dari kelalaian dan juga sebagai peringatan bagi rang-orang yang melampaui batas atau bisa jadi bencana tersebut sebagai ujian penguat keimanan. Bencana Sebagai Ujian

Disadari atau tidak, bencana yang menimpa seseorang bisa bermakna sebagai tanda kecintaan Allah pada seorang hamba. Sehingga semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Rasulullah telah menyebutkan dalam haditsnya: “Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Ujian itu senantiasa menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Ahmad)

Jika membuka kembali lembaran-lembaran sejarah para Nabi dan Rasul maka mereka termasuk orang-orang yang mendapatkan ujian atau musibah yang jauh lebih ‘dahsyat’ jika dibandingkan dengan bencana yang menimpa ummat manusia di zaman ini. Namun dengan musibah yang mereka hadapi justru akan semakin memantapkan keimanannya kepada Allah, mereka pun sabar dan tabah mengahadapi segala bentuk musibah dan memaknainya sebagai ujian penguat keimanan untuk mengangkat derajatnya di hadapan Allah. Bencana Sebagai Peringatan

Bencana alam yang melanda berbagai tempat di muka bumi ini mungkin saja memiliki makna untuk mengingatkan manusia agar tidak lupa mensyukuri nikmat dan bisa jadi rentetan bencana yang mengancam kestabilan negeri ini adalah untuk membangunkan manusia dari tidur lelapnya. Mulai dari kelalaian yang menenggelamkannya dalam kenikmatan duniawi sehingga lupa akan tanggung jawab di hadapan Allah, hingga keserakahannya mengambil keuntungan dengan merusak sumber daya alam sehingga dapat memicu reaksi alam yang sewaktu-waktu bisa ‘gerah’ dan merespons perlakuan tangan-tangan jahil manusia.

Kelalaian dan kekhilafan tersebut dapat mengundang datangnya musibah atau bencana yang diturunkan oleh Allah. Dengan demikian, bencana yang datang kepadanya akan menjadi peringatan akan kelalaian, dosa dan kesahalahannya sehingga mereka dapat kembali mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan hal tersebut: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar, Mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. As Sajdah: 21)

Jadi selain sebagai ujian keimanan, bencana alam yang marak terajadi saat ini mungkin saja sebagai peringatan Allah kepada ummat manusia yang lalai agar kembali pada kebenaran. Oleh karena itu, ditengah beragam bencana yang melanda negeri ini, coba bertanya dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana tingkat keimanan kita kepada Allah dan perlakuan kita terhadap alam? Apabila kita termasuk orang yang lalai dan sering berbuat kerusakan, maka jawaban atas bencana yang menimpa adalah peringatan atas kesalahan dan kelalaian selama ini. Namun jika kita termasuk hamba-Nya yang taat, maka segala musibah atau bencana merupakan ujian menuju tingkat keimanan yang lebih tinggi. Wallahu a’alam bisshawaab. Achmad Firdaus Pengurus International Student Society – National University of Singapore Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Menanti Kedewasaan Demokrasi JAN 24 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2014/02/demokrasi.jpg)Indonesia sebagai negara demokrasi, sebentar lagi akan mengadakan ritual lima tahunan untuk memilih wakil rakyat dan kepala negara. Namun pesta demokrasi yang akan digelar beberapa bulan ke depan itu terkadang diwarnai riak perselisihan politik yang tiada henti dipertontonkan oleh para calon wakil rakyat dan simpatisannya. Betapa tidak, dalam persiapan menyambut ‘pertarungan’ para elit politik itu masyarakat indonesia dihadapkan pada beberapa pilihan, mereka pada umumnya cenderung bersikap ekstrim, sangat ke kanan atau sangat ke kiri. Hanya sedikit saja yang mencoba melirik sisa-sisa nilai luhur dan religius bangsa ini. Padahal dalam banyak hal, wacana inilah yang akan menuntun Indonesia menuju sistem politik yang demokratis.

Konflik di kalangan elit politik menjelang pesta demokrasi seperti sekarang ini, paling tidak disebabkan oleh beberapa faktor, namun faktor yang paling dominan adalah karena adanya unsur ‘pertarungan sengit’ dalam perebutan kekuasaan. Sesuai dengan definisi politik yang dikembangkan dalam wacana sistem pemerintahan demokrasi, yakni politik adalah upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan, maka perebutan kekuasaan dalam pesta demokrasi menjadi hal yang pasti terjadi, laksana perebutan gelar juara dalam pertandingan tinju. Upaya merebut dan mempertahankan kekuasaan inilah yang kemudian melahirkan strategi dan taktik yang tidak sepi dari rekayasa, tipuan, bahkan fitnah dan tidak jarang menghasilkan konflik yang fatal dan dendam kesumat berkepanjangan.

Demokrasi sebagai sebuah sistem politik memang tidak memiliki tolok ukur yang baku dalam menyelesaikan konflik. Keputusan selalu diambil dengan suara terbanyak (mayoritas) baik mutlak maupun relatif, sementara mayoritas suara itu justru bersifat relatif dan mudah berubah. Sehingga jika mengacu pada referensi berpolitik tanpa tolok ukur yang baku tersebut, makahampir dipastikan konflik akan terus terjadi dalam waktu yang tak terbatas. Padahal jika kita mencoba mengambil nilai luhur dan nilai religius (Islam) maka akan ditemui tolok ukur untuk mengatasi konflik yang terjadi, telah jelas dalam Al Qur’an Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (QS. An Nisa 59)

Oleh karena itu, menjelang perhelatan pesta demokrasi beberapa waktu kedepan, tentu masyarakat Indonesia menanti sebuah kedewasaan demokrasi yang telah ‘terlanjur’ dijadikan sebagai sebuah sistem politik di Indonesia. Meskipun saat ini banyak masyarakat yang menilai bahwa demokrasi di Indonesia telah mengalami kemajuan pesat pasca Reformasi 1998 jika dibandingkan dengan era sebelumnya. Pemilihan umum (pemilu) selama Era Reformasi dinilai berjalan demokratis karena tidak berada di bawah hegemoni pemerintah. Tentu sangat berbeda dengan pemilu zaman Orde Baru, bahkan telah menjadi rahasia umum bahwa hasil pemilu zaman Orde Baru sudah ditentukan sebelum pemungutan suara karena dikendalikan secara sepihak oleh pemerintah melalui Lembaga Pemilihan Umumyang diketuai oleh menteri dalam negeri. Di zaman ‘kuno’ dulu jika ada orang disebut-sebut layak menjadi presiden, apalagi sampai berani menyatakan diri akan menjadi calon presiden, langsung diisolasi, ditekan, bahkan diejek sebagai orang gila. Tapi saat ini siapa pun bebas mencalonkan diri jadi presiden, mulai dari politisi, praktisi dan akademisi hingga para pengusaha, pengacara bahkan penyanyi dangdut pun boleh bermimpi menjadi presiden. Bukan hanya berangan-angan tetapi juga boleh memperjuangkan dan meraih jabatan itu dalam pertarungan bebas melalui pemilu yang dikendalikan oleh KPU yang independen. Tentu tak ada yang bisa membantah bahwa semua itu merupakan contoh nyata perbaikan demokrasi sebagai bentuk pembalikan atas ‘demokrasi semu’ atau otoriterisme di masa lalu.

Namun di balik ‘kebebasan’ berdemokrasi saat ini, tentu masyarakat Indonesia tidak bisa menutup mata akan kondisi politik dan demokrasi yang belum ‘dewasa’. Masyarakat pun bisa melihat fakta, bahkan merasakan secara langsung bahwa demokrasi saat ini belum bisa membawa ke arah pencapaian tujuan negara, yakni kesejahteraan rakyat. Padahal, tidak ada manfaatnya berdemokrasi jika kesejahteraan rakyat terabaikan. Jika saat ini pemilu relatif lebih bebas dari kecurangan dan hegemoni pemerintah, tetapi jangan menganggap bahwa pemilu saat ini bebas dari beragam kecurangan. Pelaku kecurangan pemilu dapat dilihat dari berbagai perkara pemilu yang ditangani oleh Mahkamah Konstitusi, pada umumnya dilakukan oleh partai politik (parpol), tepatnya orang-orang parpol secara horizontal. Sehingga jika ada kader partai politik yang terlibat kecurangan meski tingkat atau areanya berbeda-beda kerap kali digunakan oleh parpol lain untuk menyerang lawan politik secara tidak fair.

Fakta lain yang menunjukkan belum matangnya demokrasi adalah karakter produk dan penegakan hukum yang tumbuh dan berkembang secara ortodoks, bertentangan dengan hukum yang tumbuh dan berkembang dalam lingkup politik yang demokratis. Karakter ortodoks ini ditandai oleh dominasi pembuatan hukum oleh lembaga-lembaga negara, kemudian hukum tersebut dijadikan sebagai alat ‘pembenar ketidakbenaran’ baik dalam pembuatan maupun dalam penegakannya, serta banyaknya intervensi politik dan kolusi-kolusi dalam penegakan hukum. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang mendambakan kedewasaan demokrasi harus mengingat bahwa sistem politik di Indonesia saat ini belum dapat disebut sebagai sistem yang demokratis melainkan sistem yang oligarkis. Namun pesta demokrasi yang akan digelar dalam waktu dekat diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk menuju kedewasaan demokrasi. Dengan demikian, marilah mengambil sesuatu yang terbaik dari pesta demokrasi mendatang dengan bercermin pada peristiwa-peristiwa yang terbaik di masa lalu. Teringat sebuah prinsip indah yang dikemukakan oleh para ulama, “Melestarikan hal-hal yang baik dari masa lalu serta mengambil yang terbaik dari masa kini.” Wallahu a’lam bisshawaab Achmad Firdaus Mahasiswa Program Pascasarjana National University of Singapore Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Korupsi dan Extraordinary Crime DES 24 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2014/02/korupsi.gif)Abu Humaid As Saidi radhiyallahu ‘anhu, pernah menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tugas kepada seorang lelaki dari Kaum Al Asad yang dikenal sebagai Ibnu Lutbiyah untuk urusan sedekah. Setelah kembali dari menjalankan tugasnya, lelaki tersebut berkata kepada Rasulullah, Ini untuk anda dan ini untukku karena memang dihadiahkan kepadaku. Setelah mendengar kata-kata tersebut, Rasulullah lalu berdiri di atas mimbar dan beliau bersabda: “Adakah patut seorang petugas yang aku kirim untuk mengurus suatu tugas berani berkata: Ini untuk anda dan ini untukku karena memang dihadiahkan kepadaku? Kenapa dia tidak duduk saja di rumah bapak atau ibunya (tanpa memegang jabatan apa-apa) sehingga ia menunggu, apakah dia akan dihadiahi sesuatu atau tidak? Demi Dzat yang Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian mengambil sesuatu darinya kecuali pada hari kiamat kelak dia akan datang dengan memikul di atas lehernya. (jika yang diambil itu seekor unta) maka seekor unta itu akan mengeluarkan suaranya atau seekor lembu yang melenguh atau seekor kambing yang mengembek.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari hadits tersebut diketahui bahwa tindakan korupsi sebenarnya telah terjadi sejak zaman dahulu, tak terkecuali pada masa kepemimpinan Rasullullah dan beliau pun telah menegaskan dalam haditsnya akan ancaman yang berat bagi para koruptor. Tindakan tersebut masih terjadi di Indonesia hingga saat ini, dimana orang-orang yang telah diangkat sebagai pejabat publik sangat rentan dengan tindakan korupsi, baik berupa suap-menyuap atau gratifikasi. Para pejabat publik dengan sengaja memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri dengan cara haram tersebut, menerima gratifikasi sebagai ‘salam tempel’ atas balas jasa atau ‘mark up’ anggaran dalam berbagai proyek pengadaan barang dan jasa pelayanan publik.

Masalah korupsi telah menjadi salah satu wacana yang laris dan mendapat respon sekaligus kontradiktif dalam pemikiran masyarakat saat ini, bahkan setiap waktu selalu mencuat ke permukaan lalu gencar diperbincangkan publik, baik melalui media cetak, reportase, forum seminar, maupun dialog interaktif secara formal. Mulai dari para akademisi, politisi, negarawan maupun rohaniawan tak urung ketinggalan. Hal ini terjadi karena kasus korupsi di Indonesia semakin menggurita, bahkan telah merasuk ke semua lini, institusi dan profesi apapun di negeri ini. Apalagi jabatan yang bersentuhan langsung dengan ranah birokrasi saat ini sudah disesaki oleh beragam kasus korupsi. Tak ayal lagi, jika korupsi telah menjadi tindakan extraordinary crime (kejahatan luar biasa) karena para pelakunya juga adalah orang-orang yang luar biasa, korupsi telah melibatkan pejabat-pejabat yang notabene bertindak sebagai kepala daerah, penegak hukum dan wakil rakyat yang seharusnya berjuang untuk kesejahteraan rakyat, tapi pada kenyataannya, kesejahteraan rakyat justru dipertaruhkan. Seakan tindakan korupsi sudah menjadi penyakit kronis yang menggerogoti negeri ini dan sangat sulit disembuhkan lagi.

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu diantara negara-negara yang menempati posisi teratas dalam deretan negara terkorup di dunia. Mengejutkan memang, sebagai negara yang beradab dan berbudaya, Indonesia menjadi sorotan dunia tentang hal ini. Meskipun pemerintah Indonesia, dalam hal ini KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sudah mulai menunjukkan komitmen dan eksistensisinya sebagai lembaga anti korupsi yang independen dalam mengatasi masalah korupsi. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa kasus korupsi yang merupakan masalah terpelik di negeri ini masih banyak menemui jalan buntu, beberapa kasus pun diproses secara berkepanjangan hingga hilang begitu saja tanpa jejak. Bahkan masih banyak kasus serupa yang belum mampu diangkat kepermukaan, mulai dari kasus korupsi puluhan juta sampai trilyunan rupiah. Mengapa Terjadi Korupsi?

Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Mungkin ungkapan ini sangat tepat menggambarkan para oknum yang memanfaatkan kekuasaan dan jabatannya untuk memperkaya diri dengan jalan korupsi. Tindakan korupsi dilakukan oleh sejumlah pejabat karena adanya sistem kelembagaan birokrasi yang belum maksimal. Dengan kata lain reformasi birokrasi (eksekutif, legislatif dan yudikatif) masih berjalan setengah-setengah. Apalagi lembaga yudikatif yang diharapkan dan seharusnya ikut andil dalam memberantas korupsi secara adil justru terseret oleh dahsyatnya arus kedalam pusaran korupsi.

Tentu masih segar dalam ingatan, peristiwa yang mengejutkan publik dan hampir tak bisa dipercaya ketika Ketua Mahkamah Kontitusi (MK) tertangkap tangan dan terbukti ‘bermain’ dalam kasus suap pemenangan pilkada di Provinsi Banten. MK yang seharusnya bersikap tegas dalam menegakkan hukum secara adil ditingkat tertinggi di Indonesia justru terbuai oleh imingimingan rupiah. Begitu juga dengan tertangkapnya beberapa ‘orang penting’ di negeri ini, mulai dari lurah, bupati, gubernur, pimpinan parpol hingga menteri yang mempunyai track record akademisi yang cerdas justru terlibat dalam kasus suap yang merugikan negara hingga trilyunan rupiah. Bahkan kasus yang paling heboh saat ini adalah ketika KPK akhirnya menyematkan ‘jas oranye’ kepada Anas Urbaningrum, mantan orang nomor satu partai penguasa itu akhirnya terseret juga ke dalam pusaran ‘bisnis’ haram tersebut. Kejadian tersebut menambah daftar panjang tindakan korupsi yang telah menjalar ke segala lini.

Sebagai masyarakat awam, mungkin kita mengenal korupsi yang berarti mencuri uang rakyat untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Namun pada hakikatnya korupsi itu terjadi karena adanya monopoli dan diskresi tanpa akuntabilitas. Dengan kata lain, kasus korupsi yang marak terjadi di negeri ini disebabkan karena adanya kekuasaan dan kewenangan yang tidak diimbangi dengan pertanggungjawaban.

Oleh karena itu, agar para penguasa tidak menyalahgunakan kekuasaannya perlu untuk merenungi perkataan Imam Al Ghazali, beliau pernah berpesan: “Agama dan kekuasaan ibarat saudara kembar, agama adalah pondasi sedangkan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu tanpa pondasi akan roboh dan sesuatu tanpa penjaga akan terlantar.” Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya seorang penguasa membekali dirinya dengan pemahaman agama, agar mereka dapat mempertanggungjawabkan kekuasaan yang diamanhkan kepadanya. Wallahu a’lam bisshawaab. Achmad Firdaus Pengurus International Student Society – NUS Singapore Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

HIV/AIDS, Tantangan Terbesar Generasi Muda DES 1 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2013/12/hiv-aids.png)Penetapan tanggal 1 Desember sebagai hari AIDS sedunia dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap wabah AIDS yang disebabkan oleh penyebaran HIV. Peringatan hari AIDS sedunia berawal dari pertemuan para Menteri Kesehatan dari 148 negara yang tergabung dalam WHO untuk program pencegahan AIDS pada 1 Desember 1988 di London, Inggris. Hingga saat ini, AIDS masih termasuk salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Penderitanya pun semakin bertambah dari tahun ke tahun, bahkan di Indonesia diperkirakan lebih dari 200 ribu orang mengidap HIV/AIDS dengan beragam kasus. Penularannya pun beragam, namun aktivitas seks bebas menjadi ‘penyumbang’ nomor satu pertambahan angka penderita HIV/AIDS dan parahnya lagi, hampir 50 persen penderitanya adalah generasi muda yang masih berada pada usia produktif.

Data dan fakta tersebut menunjukkan betapa bobroknya moral anak muda saat ini, Berbagai pelanggaran etika dan norma agama pun kerap dijadikan ‘hobby’. Di antara pelanggaran etika dan norma yang dimaksud adalah, Pertama, narkoba dan zat terlarang lainnya. Dari dua juta lebih pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya lainnya 90 persen adalah generasi muda, termasuk di antaranya adalah pelajar. Peredaran narkoba dan obat-obat terlarang pun semakin hari semakin meluas yang memudahan semua kalangan untuk mendapatkannya. Peningkatan peredaran narkoba itu tidak terlepas dari aksi jahat para bandar narkoba yang hanya ingin mencari keuntungan peribadi tanpa pernah mau peduli nasib generasi muda yang menjadi sasarannya. Ironisnya, peredaran itu tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, namun sudah merambah kepada anak-anak yang tergolong masih di bawah umur.

Kedua, pornografi dan pornoaksi. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, menjadikan segalanya serba mudah, jarak dunia pun terasa sangat dekat. Hal tersebut telah membawa dampak negatif dengan merosotnya moral generasi muda. Hal-hal yang dulunya di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini sudah menjadi konsumsi publik yang dapat dinikmati oleh siapa saja. Seperti merebaknya situs-situs berbau pornografi yang dengan mudahnya dapat diakses oleh semua kalangan. Bahkan hasil penelitian sebuah Klinik ‘orang dewasa’ di Jakarta menyebutkan bahwa hampir seratus persen siswa SMA yang dijadikan sampel research sudah pernah melihat tayangan pornografi dan parahnya lagi, lebih dari setengahnya mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.

Bahkan telah menjadi rahasia umum bahwa di era yang semakin ‘menggila’ saat ini, hubungan antar muda-mudi selalu akrab dengan aktivitas free sex atas nama cinta dan suka sama suka. Peningkatan aktivitas seks bebas itu tentunya tidak terlepas dari tayangan pornografi yang menggerogoti pikiran para anak muda dan juga semakin mengguritanya tempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir semua kota besar. Sebuah fenomena yang sangat menyedihkan memang, ketika prilaku semacam itu ikut disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah instansi pendidikan. Seolah negeri ini bagaikan taman yang indah bagi para pelaku kemaksiatan, namun itulah tantangan zaman dan realita sosial yang diperhadapkan kepada generasi muda saat ini. Tindakan Preventif

Sebagaimana yang dikemukakan di awal bahwa aktivitas ‘miring’ yang banyak digemari anak muda saat ini merupakan penyebab utama menyebarnya HIV/AIDS. Kasus yang terjadi di Indonesia misalnya, sebagian besar disebabkan oleh heteroseksual atau hubungan seks bebas dan melalui jarum suntik pengguna narkoba, meskipun perlu dipahami bahwa penyebaran virus mematikan ini bisa juga disebabkan oleh transfusi darah dan faktor lain. Oleh karena itu, tindakan preventif yang harus dilakukan adalah dengan memberikan edukasi dan penyuluhan kepada mereka yang rentan terkena virus berbahaya ini. Langkah yang terbilang ampuh untuk mencegah merebaknya virus ini adalah melalui pendekatan agama yaitu dengan menutup rapat jalan yang mengarah pada hal-hal buruk tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas melarang aktivitas seks bebas, sebaimana dalam firmannya: “Janganlah kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra: 32). Namun sayangnya, banyak pihak menilai bahwa HIV/AIDS hanya sebatas fakta medis yang tidak bisa dikaitkan dengan moral dan agama, sehingga materi penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat atau pelajar sangat minim muatan moral dan agama, padahal jika ditelusuri dari awal munculnya penyakit mengerikan ini sangat berhubungan dengan perilaku sosial dan berkaitan erat dengan penyimpangan dari tuntunan agama.

Setiap generasi muda mempunyai peran strategis dalam upaya mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda terdapat peran ganda dalam hal tersebut. Satu sisi pemuda adalah preventative atau pelaku yang dapat berperan dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS, tentunya dengan tekad yang kuat untuk menghindari segala hal negatif yang dapat menjerumuskan mereka ke arah itu. Pada sisi yang lain, pemuda adalah target (objek) dari penyebaran virus mematikan ini, sebagaimana diketahui bahwa mayoritas pengidap HIV/AIDS adalah generasi muda. Oleh karena itu setiap pemuda dituntut untuk berperan serta dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS. Dengan demikian, ancaman virus berbahaya ini merupakan tantangan terbesar bagi setiap generasi muda demi menyelematkan generasi muda lainnya, tentunya dengan menumbuhkan kesadaran dan semangat dalam diri secara maksimal guna menciptakan sebuah iklim positif dalam menagkal penyebaran HIV/AIDS.

Di sinilah mental generasi muda akan benar-benar diuji, di tengah beragam problematika hidup dan pengaruh negatif yang menggoda dari segala arah. Setiap pemuda mempunyai peluang untuk ‘menikmati’ masa mudanya dalam lingkaran hitam, namun di sisi lain mereka dituntut menyelamatkan diri demi masa depannya. Oleh karena itu setiap pemuda harus ‘berdiri’ menantang segala persoalan hidup tersebut dengan tidak mudah larut dalam kelamnya pergaulan bebas masa kini. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam berbagai dimensi kehidupan, terutama dalam hal yang dipandang sangat penting, yakni moral dan intelektual. Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Ketika Tawuran Telah Menjadi Tradisi NOV 29 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2013/11/tawuran-mahasiswa.jpg)Iyadh bin Himar At Taimi pernah berkata bahwa Rasulullah berpesan kepada ummat manusia: “Hendaknya kalian rendah diri, sehingga kalian tidak berbuat zhalim kepada yang lain dan tidak menyombongkan diri terhadap mereka”. (HR. Muslim). Pesan tersebut menandakan bahwa betapa pentingnya menjaga perdamaian antar sesama manusia, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat saat ini dengan segala rutinitas dan kepentingannya terkadang lupa akan nasehat yang sangat berharga itu.

Beberapa hari terakhir ini, fenomana tawuranantar kelompok mahasiswakembali menghebohkan publik, seolah-olah tradisiorang-orang primitif terdahulu yang gemar lempar melempar batu dan anak panah kini kerap kali dijumpai dan mewarnai sudut-sudut kampus. Para pelakunya seakan menganggap bahwa tradisi kuno itumerupakan langkah solutif praktis untuk mengungkapkan ekspresi dan menyelesaikan masalah demi menjaga eksistensidan harga diri kelompoknya. Aksi memalukan dalam instansi pendidikan tinggiitu seakan menyayat hati saat melihat para aktornya yang tak lain adalah mereka yang kerap kali menamakan dirinya kelompok intelektual danpemegang tongkat estafet ‘terbaik’ bangsa ini. Suatu masalah yang cukup krusial dalam pandangan masyarakat umum saat ini, ketika mahasiswa dengan lantang memproklamirkan anti penindasan, banyak kejadian dan perubahan penting yang menorehkan garis horizon diatas nama mahasiswa itu sendiri, bahkan mahasiswa menempati posisi strategis di mata masyarakat yang dipandang sebagai sosok idealis dan akademis. Namun eksistensi mahasiswa perlu disoroti ketika mereka menjadi penggerak skenario atau bahkan menjadi ‘sutradara’ dalam pentas kekerasan ini, seakan mengungkap bahwa sebagian kelompok mahasiswa masih terpatok dalam sistem yang terkungkung erat, tidak kreatif dan cenderung pragmatis. Berbicara tentang tawuran mahasiswa, merupakan salah satu wacana yang laris dan mendapat respon sekaligus kontradiktif dalam pemikiran masyarakat saat ini, bahkan setiap waktu selalu mencuat ke permukaan lalu gencar diperbincangkan orang, baik melalui media tulisan, reportase, forum seminar, maupun dialog interaktif secara formal. Mulai dari para akademisi, politisi, negarawan maupun rohaniawan tak urung ketinggalan. Menurut sebagian orang, tradisi tawuran mahasiswa dianggap sebagai sebuah diskurs dan tidak ada persoalan, tetapi pada ranah empirik-sosiologis mungkin masih banyak persoalan yang belum terselesaikan, artinya teks yang bersifat interpretable itu masih membelenggu generasi terbaik bangsa ini. Mahasiswa dengan sederet titel sosial sepertiagent of change dan social control, merupakan insan akademis yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi dimana budaya ilmiah selalu menjadi alternatif dalam pemecahan masalah.Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya. Dengan segala kelebihan yang mereka miliki, secara perlahan namun pasti mampu merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mahasiswa, adalah kekuatan bangsa karena kemampuan menghidupkan sebuah konser kehidupan yang baru, ditengah kebisuan dan ketakutan yang mencekam. Namun citra mahasiswa saat ini mulai tergeser akibat prilakunya sendiri, kita pun tidak bisa menutup mata dan telinga dari sisi lain sikap mahasiswa.Di balik deretan titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis dan sesuai harapan. Di tengah tepuk tangan yang meriah dan sambutan yang membahana akan kesuksesan yang telah diukir masih menyisipkan kejanggalan. Maraknya pemberitaan melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini. Bahkan dunia kampus seakan akrab dengan tradisi kekerasan dan tawuran, mungkin hanya karena perbedaan kelompok dan selisih paham orang-orang di dalamnya, sehingga faktor militansi dan gengsi kelompok itulah terkadang‘memaksa’ pengikutnyabermetamorfosa menjadi makhluk ‘habituatif’ yang terbiasa terbiasa denganaksi kekerasan dan memakluminya.

Tawuran yang terjadi dikalangan mahasiswa pada umumnya bermula dari dari konflik personal yang sepele kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok, hal ini dipicu oleh adanya arogansi kelompok (fakultas) yang dibangun diatas konsep ‘kebersamaan’ yang terkesan kaku dan dipaksakan, sehingga setiap kelompok pun saling berbangga-bangga dan menyombongkan diri. Pada akhirnya ‘awan mendung’ pun pecah menjadi hujan batu, aksi saling lempar batu dan anak panah ini dianggap sebagai sesuatu jalan pintas yang wajar untuk menyelesaikan masalah demi menjaga idealisme kelompok mereka.Akibatnya, fasilitas kampus pun berantakan, kendaran-kendaraan dengan mudahnya dibakar, bahkan korban jiwa pun tak dapat dihindari, terlebih lagi jika aksi tawuran ‘menjalar’ hingga keluar kampus. Mahasiswa Dalam Lintasan Sejarah

Jika kita mencoba menengkok ke belakang dan belajar dari bentangan waktu yang telah kita lalui. Tidak ada yang dapat menolak faktanya, bahwa mengawali dan mengakhiri pergantian abad 20, mahasiswa telah mempelopori perubahan. Mereka telah mencurahkan pikiran dan tenaga untuk mewujudkan perubahan akan kondisi yang jauh lebih baik.Sejarah pun mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting dalam perjalanan sejarah negeri ini serta membawa perubahan banyak terhadap bangsa ini yang menunjukkan bahwa aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh kekuatan‘moral force‘ dan tidak berlandaskan kepentingan. Perubahan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari partisipasi aktif, positif dan konstruktif dari mahasiswa. Apapun kondisi kekinian yang tengah berlangsung dilihat dari sudut pandang manapun menunjukkan bahwa mahasiswa adalah the most important society. Tidaklah berlebihan bilamana masa lalu, kini dan akan datang adalah milik mahasiswa dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Dengan cara sesederhana apapun, bila kita melakukan penelusuran, akan terungkap bahwa hampir semua pemimpin adalah mantan mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa sebagai kaum intelek sepantasnya untuk mengembalikansetiap akar konflik/perbedaan tersebut pada petunjuk agama (baca: Islam), sebagaimana yang diserukan oleh Allah “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan pemimpin di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisaa: 59) Tiada perubahan tanpa adanya kebijakan, sehingga semua orangberharap, mahasiswa sebagai agen perubahan dapat menghadapi setiap perbedaan dan kesalahpahaman tanpa harus tawuran yang pengrusakan fasilitas kampus. Semoga citra buruk mahasiswa yang dicap sebagai penggerak skenario kekerasan dan tawurandapat diperbaiki kembali saat ini menuju sebuah harapan dan cita-cita untuk menjadi mahasiswa ideal yang sesungguhnya. Wallahu A’lam bishawaab Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Memaknai Pahlawan Tanpa Batas Waktu NOV 10 Posted by afdhal (https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2013/11/pejuang1.jpg)Salman Al Farisi pernah berkata, “Aku membeli daun kurma seharga satu dirham. Daun itu kubuat keranjang kemudian kujual dengan harga tiga dirham. Satu dirham kugunakan untuk modal usaha, satu dirham untuk nafkah keluargaku dan satu dirham lagi untuk sedekah. Meskipun Khalifah Umar melarangku berbuat demikian, tapi aku tidak mau menghentikannya.”

Keinginan yang kuat seorang Salman Al Farisi untuk melakukan suatu hal yang memberi manfaat bagi orang banyak tidak pernah surut, meskipun hal yang dilakukan tersebut tergolong sangat sederhana seperti ‘bisnis’ daun kurma itu. Namun, perjuangan Salman Al Farisi tidak cukup sampai disitu, berbagai hal dan tindakan yang tergolong sulit pun dilakukannya demi memperjuangkan kebenaran dan terbebas dari penindasan.

Pria asal negeri Persia itu awalnya beragama Majusi lalu pindah agama menjadi seorang Nasrani. Kemudian akhirnya ia menjadi seorang muslim yang taat sampai ajal menjemputnya. Lalu apa yang bisa dibanggakan dari seorang Salman Al Farisi? Beliau adalah pahlawan saat perang Khandak. Disaat dua puluh empat ribu pasukan pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn bergerak menuju Madinah serta para penjajah yahudi dari bani Quraidhah menyerang dari dalam Madinah, disaat itulah Salman Al Farisi tampil ditengah kebingungan kaum Muslimin dalam menghadapi pasukan penjajah yang menyerang dari berbagai arah ini. Ia mengusulkan sebuah strategi perang yang tak pernah diketahui oleh orang-orang di Jazirah Arab, yaitu dengan menggali parit (khandak). Strategi ini membuat pasukan Quraisy dan Yahudi tidak mampu berbuat apa-apa. Lain lagi dengan Khalid bin Walid, dia adalah seorang panglima perang pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin (http://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin) yang termahsyur dan ditakuti di medan perang, bahkan dijuluki sebagai pedang Allah (http://id.wikipedia.org/wiki/Allah) yang terhunus. Kemenangan demi kemenangan pun diraihnya, dia merupakan pahlawan besar yang berhasil meruntuhkan kekuatan Persia dan Romawi, bahkan Khalid bin Walid merupakan salah satu dari beberapa panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karier kepemimpinannya di medan pertempuran.

Kisah perjuangan para pahlawan sekitar 14 abad silam dalam mempertahankan wilayahnya sekaligus menegakkan kebenaran di atas muka bumi ini rupanya mewarnai juga perjuangan para pahlawan dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan di Indonesia. Sebut saja perjuangan Sultan Hasanuddin di Gowa-Makassar pada tahun 1666 (http://id.wikipedia.org/wiki/1666) melawan penjajah Belanda di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman (http://id.wikipedia.org/wiki/Cornelis_Speelman), atau perjuangan Teuku Umar ketika perang Aceh (http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Aceh) meletus pada 1873 (http://id.wikipedia.org/wiki/1873). Ia yang baru menginjak usia 19 tahun waktu itu ikut berjuang melawan penjajah Belanda bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya.

Begitu juga dengan aksi heroisme yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda pada tahun 1827. Perang Diponegoro (http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro) berawal ketika pihak Belanda (http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda) memasang patok di tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo (http://id.wikipedia.org/wiki/Tegalrejo). Saat itu Pangeran Diponegoro memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Sikap Dipanegara yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat, bahkan salah seorang tokoh agama di Surakarta (http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta), Kyai Maja (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kyai_Maja&action=edit&redlink=1) ikut bergabung dalam pasukan itu. Saat itu Dipanegara menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perang_sabil&action=edit&redlink=1), perlawanan menghadapi kaum kafir (http://id.wikipedia.org/wiki/Kafir) dan penjajah.

Terlepas dari kisah perjuangan para pahlawan di zaman Nabi dan aksi heroik para pahlawan kemerdekaan, ada suatu moment perlawanan anak bangsa yang telah menjadi salah satu simbol sejarah di negeri ini, yakni peristiwa 10 November. Bahkan hari itu menjadi cikal bakal lahirnya sebuah hari nasional yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai hari pahlawan. Mungkin banyak yang bertanya mengapa peristiwa pada hari itu dijadikan sebagai simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme? Bukankah perlawanan Sultan Hasanuddin dan Pangeran Diponegoro atau pahlawan-pahlawan lainnya juga sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia?

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan dengan peperangan yang terjadi sebelumnya di beberapa wilayah di tanah air. Pertempuran Surabaya juga merupakan peristiwa sejarah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah) perang (http://id.wikipedia.org/wiki/Perang) antara pihak Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) dan pasukan penjajah (http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda), namun peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 10 November (http://id.wikipedia.org/wiki/10_November) 1945 (http://id.wikipedia.org/wiki/1945) ini merupakan perang pertama pasukan tentara Indonesia dengan pasukan asing pasca proklamasi kemerdekaan, bahkan banyak pihak menilai bahwa perang tersebut merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi nasional Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Nasional_Indonesia).

Dalam pertempuran itu, tidak ada yang bisa menafikan aksi heroisme seorang pemuda yang dikenal dengan panggilan Bung Tomo, sebagai tokoh revolusioner, ia terus memberi semangat kepada para pemuda dan pejuang untuk terus melakukan perlawanan terhadap tentara Inggris yang melancarkan serangan berskala besar dan membombardir kota Surabaya dengan meriam (http://id.wikipedia.org/wiki/Meriam) dari laut (http://id.wikipedia.org/wiki/Laut) dan darat (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Darat&action=edit&redlink=1). Bung Tomo, yang memiliki semangat juang yang tinggi terus meneriakkan kalimat takbir di hadapan para pejuang lainnya, lewat pidatonya yang sarat makna dan membakar semangat. Salah satu penggalan pidato beliau dengan nilai histori yang tinggi masih terngiang hingga kini adalah: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukkan bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!

Pertempuran skala besar ini berlangsung dalam waktu hingga tiga pekan. Bukan hanya para pejuang dan pemuda yang melawan serangan tentara Inggris, tapi tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama (http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama) seperti KH. Hasyim Asy’ari (http://id.wikipedia.org/wiki/Hasyim_Asy%27ari), KH.Wahab Hasbullah (http://id.wikipedia.org/wiki/Wahab_Hasbullah) serta para kyai pesantren (http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren) lainnya juga mengerahkan santri (http://id.wikipedia.org/wiki/Santri)-santri mereka untuk melakukan perlawanan. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak sedikit pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban. Oleh karena itu 10 November menjadi hari yang sulit dilupakan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Tanggal 10 November yang menjadi moment ‘nostalgia’ sejarah akan perjuangan para pahlawan bangsa, lebih menyorot kepada perjuangan ‘arek-arek suroboyo’ sebagai pelaku sejarah kala itu, moment itu sama sekali bukan untuk menafikan geliat heroisme yang terjadi di berbagai daerah pada tahun atau era sebelumnya. Karena sejatinya, memaknai pahlawan seharunsnya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Jangan hanya memandang pahlawan dari orang-orang yang berjuang melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan atau mereka yang gugur pada pertempuran pasca proklamasi kemerdekaan, apalagi lagi jika memaknai sempit kata pahlawan hanya bagi mereka yang mendapatkan gelar kepahlawanan. Sepanjang sejarah peradaban dunia, mungkin telah hadir ribuan pahlawan yang telah memberikan manfaat bagi umat manusia, baik yang terekam dalam sebuah catatan sejarah maupun mereka yang jasanya luput dan ‘terabaikan’ oleh sejarah. Namun siapapun itu, sepanjang mereka telah berjasa bagi ummat dan bangsa saat dulu, kini dan akan datang maka mereka akan senantiasa menjadi pahlawan di hati banyak orang. Dengan demikian, mengenang semangat perjuangan para pahlawan melawan penjajah atau meneladani para pejuang di zaman Rasulullah seharusnya tidak terbatas pada waktu tertentu saja, karena berkat kerja keras dan perjuangannya, kita bisa hidup dengan nyaman dan kebenaran-kebenaran pun yang telah mereka perjuangkan dahulu kala, kini telah sampai kepada kita semua. Semoga Allah merahmati mereka semua. Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Pemuda, Antara Pelopor dan Follower OKT 28 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/moteef021.jpg)Abu Dzar Al Ghifari pernah berkata bahwa Rasulullah berpesan kepada umat manusia, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna di sisi Allah. Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka mereka tidak termasuk golonganku.” (HR. Thabrani) Jiwa sosial dan kepedulian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diharapkan bisa hadir dalam jiwa setiap pemuda. Pemuda merupakan sosok dengan segudang keahlian dan kemampuan, oleh karena itu apapun keahlian dan kemampuannya, harus mempunyai kesadaran untuk memberikan kontribusi nyata terhadap perubahan umat dan kemajuan bangsa.

Namun realita saat ini justru menujukkan banyaknya pemuda egois dan memiliki life style yang kurang baik. Arus globalisasi dan perkembangan informasi yang meluncur bebas masuk ke Indonesia telah merasuki setiap sendi kehidupan para pemuda yang sedikit banyak telah merubah paradigma dalam beragam sudut pandang. Saat ini bukan lagi para pejuang dan pengukir sejarah yang menjadi panutan, tapi para pemuda justru ramai-ramai menjadi follower dan mengidolakan para artis dan pesohor. Ditambah lagi dukungan dari berbagai media lewat acara entertainment, gosip, konser musik dan program acara lainnya yang dinilai kurang edukatif. Sehingga lahirlah pemuda-pemuda ‘alay’ yang cenderung mengikuti segala sesuatu yang dilihatnya.

Pemuda dan Pergerakan Roda Zaman Perjuangan pemuda sepanjang sejarah peradaban manusia bukanlah mitos, bukan pula proyek arbiter yang sama sekali tidak mempunyai kausalitas sosial. Semua pasti masih mengingat kejayaan Islam di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang jaraknya lebih 1400 tahun yang lalu, perjuangan beliau telah terukir indah dalam sejarah umat manusia dan menjadikan Rasulullah sebagai sosok yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban dunia.

Selanjutnya, siapa yang tidak kenal dengna pioneer dan pengendali sejarah yang bernama Musa ‘Alaihis Salam? Beliau adalah seorang pemuda pilihan Allah yang memiliki pola pemikiran dan perjuangan untuk menyelamatkan kaumnya, ia sanggup mengubah zamannya dengan rekayasa nalar kebertuhanan tanpa melibatkan kekerasan, tapi hanya dengan pemikiran dan perjuangan. Semangat perjuangan orang-orang terdahulu sedikit banyak telah mewarnai perjuangan pemuda dalam mengiringi perjalanan sejarah bangsa ini. Dimensi moral yang merupakan karakter utama pemuda telah menarik simpati berbagai kalangan, mulai dari orang-orang yang diklaim akrab dengan kepercayaan ‘irasional’ hingga kelompok yang mengkalim dirinya ‘jenius religius’. Empati masyarakat dunia secara spontanitas termanifestasi karena visi para pemuda tidak menuntut materi dan popularitas, melainkan hanya ingin menjadi pelindung masyarakat. Sejarah telah membutkikan bahwa pemuda selalu berada di garda terdepan dalam setiap pergerakan roda zaman dan kemajuan sebuah bangsa. Sebut saja sebuah moment sakral yang mungkin nyaris luput dari ingatan pemuda saat ini, yakni pada 28 Oktober 1928 silam. Sebuah Kongres Pemuda untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Berbagai kelompok pemuda dari penjuru nusantara hadir dalam sebuah Kongres untuk menyuarakan aspirasi yang sama yaitu persatuan dan kesatuan, mereka ingin menjadi pelopor perubahan dan terbebas dari cengkeraman penjajahan.

Sejarah pun mencatat, perjuangan pemuda Indonesia telah banyak berpengaruh pada proses historis dan perjalanan panjang perjuangan bangsa pasca proklamasi kemerdekaan, sebut saja peristiwa Malari tahun 1974. Pada saat itu terjadi pembrendelan terhadap sejumlah pers, pemerintah menekan perjuangan pemuda dengan memberlakukan berbagai macam aturan, salah satunya adalah dengan memerintahkan untuk menghapus pers Indonesia Raya dan pers Mahasisawa Indonesia, karena dianggap terlalu vokal dan kritis, bahkan para pengkritik dari kalangan pemuda pun dibungkam.

Fakta sejarah yang lain, pada tahun 1998 para pemuda dan mahasiswa kembali menunjukkan perjuangannya sebagai pencetus era reformasi pasca menggulingkan pemerintahan orde baru. Penguasa orde baru, Soeharto yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun dianggap telah merugikan rakyat banyak dan telah memporak-porandakan sistem demokrasi di Indonesia termasuk civil society, karena membangun sebuah sistem dan organisasi birokrasi yang semuanya bertumpu pada kebijakannya.

Mengapa Pemuda? Karena pemuda tidak terlepas dari sikap kritis, peka, peduli serta haus akan informasi dan pengetahuan. Mereka selalu sadar akan tanggung jawab dan kepedulian kepada sesama, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan tidak lain adalah dorongan dan motivasi untuk terus memberikan kontribusi demi kejayaan umat dan bangsa. Namun alasan yang paling penting dan mendasar adalah karena pemuda memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat. Mereka mempunyai peran dan fungsi yang sangat mulia dalam tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda berperan besar dalam membangkitkan semangat kemajuan bangsa ini. Peran dan fungsi tersebut antara lain:

1. Pemuda merupakan “iron stocks” atau gudang calon pemimpin bangsa di masa depan yang nantinya layak mengisi pos–pos tertentu baik sektor pemerintah maupun swasta. Karena itu, calon pemimpin bangsa tidak hanya sekedar membekali diri dengan kecerdasan pikiran melainkan dengan kecerdasan spiritual agar menjadi pemimpin yang kuat menahan godaan dunia serta jernih dalam berpikir dan bertindak. 2. Pemuda sebagai “the guardian values” atau penjaga nilai–nilai. Pemuda sebagai kaum intelektual harus mampu mentransfer pemikirannya kepada masyarakat melalui teladan dan karya nyata untuk menjaga nilai–nilai kebaikan dalam masyarakat, bukan sekadar mengikuti seluruh alur ditengah masyarakat. 3. Pemuda sebagai “moral force”, yakni kekuatan pemikiran yang penuh idealisme dan berusaha untuk mengoreksi berbagai penyimpangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada hakikatnya masa muda adalah fase dimana manusia berada pada masa kalkulatif (tercerahkan) oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Sudah sepantasnya orientasi pergerakan dan kegiatan para pemuda adalah untuk menumbuhkan kemampuan intelektualitas. Kemampuan yang bukan hanya memfokuskan pada kekuatan tetapi juga sikap kritis dalam merespon isu-isu kekinian. Pemuda masa kini ditekankan untuk lebih kreatif, agar tumbuh menjadi sosok pelopor kebaikan ditengah masyarakat, bukan hanya sekedar ikut-ikutan gaya hidup masa kini yang semakin ‘acak-acakan’. Di sinilah pemuda harus mampu melihat fakta-fakta terkait problematika masyarakat yang sesungguhnya, kemudian mencari solusi permasalahan tersebut dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Karena pemuda harus jadi pelopor, bukan sekedar follower. *Memperingati Hari Sumpah Pemuda Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Menjaga Idealisme, Menepis Pragmatisme MEI 15 Posted by afdhal Berdiri kokoh di atas prinsip kebenaran, tidak selau membawa kebahagiaan. Bahkan kadang terasa pahit dan getir sekali. Tapi dapat dipastikan, kebahagiaan sejati hanya dan hanya bersumber dari kebenaran, tidak akan datang dari dusta, aniaya dan topeng kehidupan.

(Tere Liye)

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2014/02/idealisme.jpg)Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori bergantung kepada bermanfaat atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan tradisi berpikir yang dianut oleh Amerika khususnya dan Barat pada umumnya. yang lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi pada awal abad ini. Pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1839-1942), yang kemudian dikembangkan oleh William James dan John Dewey.

Pragmatisme pada akhirnya bersifat destruktif dan menyebabkan inkonsistensi pada penganutnya. Sikap pragmatis cenderung menempuh segala cara untuk mencapai kepentingannya dengan mengabaikan idealisme dan prinsip-prinsip kebenaran. Walhasil, sikap pragmatis ini tidak akan memberikan kontribusi apapun dalam menyelesaikan problematika hidup, tapi justru akan mendatangkan bahaya laten yang mampu merusak nilai-nilai kebenaran. Dalam ranah kehidupan kampus, mahasiswa yang tunduk pada pragmatisme berarti mereka hanya melihat kepentingan jangka pendek yang menguntungkan diri dan kelompoknya. Bermanfaat atau menguntungkan bukan berarti benar, tetapi hanya sekedar memuaskan hawa nafsu. Di sinilah terkadang sikap mahasiswa plin-plan, tidak punya pendirian dan menggadakan idealismenya. Begitu kemanfaatan jangka pendek hilang, mereka akan mencari kemanfaatan lain. Akibatnya, persoalan utama yang dihadapi tidak akan pernah terselesaikan. Lagi-lagi, mahasiswalah yang jadi korban. Mahasiswa dan Pragmatisme

Di era kehidupan yang semakin ‘menggila’ saat ini, arus globalisasi melaju dengan akselerasi yang luar biasa kencangnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin mendukung tumbuhnya globalisasi di berbagai bidang yang berdampak yang sangat besar dalam merubah pola hidup dan pola pikir masyarakat dunia. Tuntutan efektifitas dan kecepatan kerja, akurasi serta tuntutan hasil yang maksimal, secara tidak langsung telah merubah ideologi dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dunia menuju kearah yang serba instan. Tak terkecuali mahasiswa yang selama ini memproklamirkan dirinya sebagai kaum yang sarat akan idealisme, sehingga idealisme pun akhirnya tergerus oleh budaya yang serba instan.

Memang tak bisa dipungkiri bahwa peran mahasiswa sangatlah besar dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Mahasiswa dan para pemuda secara umum berhasil mencatatkan peran mereka dalam deretan peristiwa penting dan sakral yang mewarnai perjalanan sejarah negeri ini. Namun seiring berjalannya waktu, peran mahasiswa sebagai agent of change, social control, iron stock dan sejumlah julukan berharga lainnya semakin pudar ditelan waktu, idealisme mereka pun mulai tergeser dari waktu ke waktu. Mahasiswa dengan konsep modern saat ini terkesan pragmatis dan apatis terhadap hal-hal yang terjadi disekelilingnya. Mungkin karena tuntutan skenario kehidupan yang begitu kuat seakan melunturkan idealisme dan perlahan mulai menanggalkan prinsip-prisip kebenaran yang dinilai tidak memberikan keuntungan duniawi baginya.

Mahasiswa yang tunduk pada pragmatisme memang cenderung mengutamakan segi praktis dan instan. Baik buruknya sesuatu ditentukan dengan kebermanfaatannya, baik bila menghasilkan keuntungan yang besar dan buruk bila merugikan. Mahasiswa pragmatis cenderung bersifat ‘profit hunter’ dan mengabaikan proses untuk mendapatkan profit tersebut. Bahkan dalam prosesnya terkadang menabrak prinsip-prinsip ideal yang telah ada. Penyebab Pragmatisme Mahasiswa seakan telah kehilangan jati dirinya, semakin hari semakin jauh dari benang merah perjuangan. Pada umumnya mahasiswa sudah mengabaikan prinsip ideal yang dimilikinya. Faktanya, hanya sedikit mahasiswa yang rela terjun langsung ke tengah-tegah masyarakat untuk melihat permasalahan dan kemudian mencari solusinya, pada umumnya mahasiswa lebih memilih sibuk dengan bangku kuliah dan lebih banyak memikirkan keuntungan untuk diri mereka sendiri. Dengan berbagai tuntutan yang menghampirinya, mulai dari teman yang mempengaruhinya untuk mengejar Indeks Prestasi yang tinggi, hingga tututan orang tua yang ‘memaksanya’ untuk lulus tepat waktu dan bisa mendapatkan pekerjaan idaman yang bergaji tinggi terkadang membuat mahasiswa gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Ditambah dengan kerasnya realita kehidupan yang terkadang menuntut setiap mahasiswa untuk mengabaikan sisi idealisme demi mengahapi derasnya arus rivalitas global. Mahasiswa merupakan sosok dengan jiwa muda dan semangat yang masih menggebu-gebu. Sehingga jika seorang mahasiswa belum memiliki pemahaman yang komprehensif tentang nilai, moral dan etika, terkadang semangat yang membara tersebut menjadi pemicu untuk terjerumus ke area negatif. Mahasiswa modern yang telah terprovokasi oleh budaya serba instan, cenderung termotivasi untuk mengerjakan hal-hal yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dengan jalan-jalan pintas dan cepat untuk menghindari kerepotan. Iya, teringat pernyataan konyol seorang teman, “Kuliah itu ambil enaknya aja! Kalau bisa dengan cara yang gampang, ngapain dipersulit.”

Tak bisa dipungkiri bahwa penyakit malas dan hedonisme telah menggerogoti sebagian besar mahasiswa. Tugas ‘copy-paste’, titip absen, mencontek, kerjasama saat ujian, bahkan menyewa jasa pembuatan skripsi seolah menjadi hal yang biasa bagi seorang mahasiswa. Sehingga ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah pun tidak dikuasai dengan baik, yang penting kuliah, wisuda, lulus dan mendapatkan lapangan kerja. Iming-iming gaji yang besar itulah yang terkadang sangat sulit untuk ditolak meskipun harus ikut antri dalam deretan panjang para pelamar sebuah lowongan pekerjaan. Faktor keteladan juga merupakan hal yang sangat berpengaruh, hilangnya sosok yang dapat menjadi contoh merupakan salah satu penyebab tumbuh suburnya sifat pragmatis mahasiswa ini. Terlebih lagi mayoritas mahasiswa saat ini menjadi pembelajar dunia maya yang menelan bulat-bulat semua yang disajikan lewat internet, ditambah dengan siaran televisi sebagai ‘guru virtual’ yang memberikan doktrin-doktrin dan ideologi konsumtif dan hedonis kepada mahasiswa. Hanya sedikit sekali siaran chanel televisi yang memberikan informasi yang edukatif, ilmiah dan bermanfaat bagi mahasiswa.

Pengaruh semacam inilah yang mungkin sedang menyerang sebagian besar mahasiswa saat ini, mereka merasa bahwa dirinya harus mampu berkompetisi dalam mengarungi sengitnya persaingan dengan cara apapun, sehingga terkadang membuat dirinya lupa bahwa ada tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang lebih penting. Mereka cenderung mengejar kepentingan individu saja, seperti Indeks Prestasi yang tinggi dan meraih gelar sarjana tepat waktu meskipun tanpa menyadari bahwa mereka telah mengesampingkan interaksi sosial yang telah menjadi kewajiban setiap mahasiswa. Menjaga Idealisme

Mahasiswa idealis merupakan sosok yang berprinsip dan berkarakter serta cenderung untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan teori yang menurutnya benar berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkannya. Prinsip-prinsip tersebut akan digunakannya sebagai alat ‘benchmarking’ terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, sehingga ia tidak mudah terpengaruh dan tunduk pada pragmatisme.

Pola pikir pragmatis yang tumbuh di kalangan mahasiswa harus segera dihentikan. Masyarakat Indonesia tentunya berharap mahasiswa saat ini adalah sosok yang akan segera mengambil alih posisi pemerintahan. Jangan sampai julukan mahasiswa sebagai oposisi konstruktif pemerintah hanya omong kosong. Tentu mereka yang berkolusi untuk mengeruk keuntungan dari bangsa ini akan tertawa terbahak-bahak melihat mahasiswa Indonesia takluk dalam budaya kapitalisme yang sebelumnya sudah direncanakan oleh beberapa oknum. Mempertahankan idealisme di era yang penih persaingan saat ini tentu bukanlah perkara yang mudah, apalagi bagi seorang mahasiswa. Terlebih lagi jika berada di lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan sebelumnya. Akan ada konflik dalam diri setiap mahasiswa, satu sisi mahasiswa akan berjuang mempertahankan idealisme, namun disisi lain mahasiswa dipaksa untuk menyesuaiakn diri sesuai dalam memnghadapi tuntutan zaman, lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang mahasiswa tetap menjaga idealisme dan menepis pragmatisme jika berada di lingkungan yang kurang ideal.

Oleh karena itu sudah saatnya setiap mahasiswa untuk menyadari kekhilafan mereka yang telah menggadaikan prinsip-prinsip kebenaran dan nilai-nilai idealisme, kemudian mengatur langkah untuk mengumpulkan kembali serpihan-serpihan kebenaran yang telah terabaikan selama ini. Sehingga kedepannya, terbentuklah sosok mahasiswa yang cerdas yang tidak kehilangan idealismenya, mahasiswa tidak lagi tunduk pada pragmatisme namun mereka tetap berkompetisi menghadapi persaingan global tanpa meninggalkan nilai-nilai kebenaran.

Namun demikian, langkah apapun yang ditempuh untuk menjaga idealisme itu tidak akan bermanfaat jika belum ada kesadaran secara pribadi dalam benak setiap mahasiswa untuk berubah dan menjadi lebih baik. Oleh karena itu memperjuankan nilai-nilai kebenaran yang merupakan idealisme mahasiswa adalah hal yang harus dilakukan meskipun terasa sangat berat oleh banyaknya godaan yang menggiurkan. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216) Achmad Firdaus Mahasiswa Program Pascasarjana National University of Singapore Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Who are The Real Terrorist? SEP 12 Posted by afdhal

“Perlindungan Muslim itu (seperti) satu kesatuan, (dapat) diupayakan oleh kalangan bawah di antara mereka; siapa saja yang mengkhianati seorang Muslim, maka mendapat laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia, tidak diterima syafaat dan fidyah darinya.” (HR. Bukhari)

Berita yang paling aktual di negeri kita saat ini adalah berita tentang penangkapan dan penembakan beberapa orang yang terduga teroris. Seperti yang kita ketahui bahwa teroris itu bukanlah masalah baru. Terorisme itu bukan hanya karena agama tertentu atau kelompok masyarakat tertentu, tapi terorisme itu ada pada semua kelompok manusia di dunia ini. Meskipun akibat propaganda Amerika dan Negara-negera Barat lain, cap teroris itu dilekatkan pada kelompok islam. Padahal di negara yang minoritas Islam pun tak terlepas dari kasus yang serupa. Sesuai prinsip dialektika Hegel, kaum Globalis menciptakan 2 kekuatan yang saling berlawanan, Demokratik Liberal yang diwakili Barat, versus terorisme, yang diwakili Islam politis, untuk memaksa kita agar menerima pilihan akhir mereka, yaitu Tatanan Dunia Baru (New World Order).

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/09/usa-the-real-teroris.jpg)Barat (AS, Uni-Eropa) dan Islam telah berupaya memperbaiki hubungan yang telah lama memburuk akibat agresi militer yang senantiasa dilakukan tentara-tentara Barat terhadap negeri-negeri yang mayoritas berpenduduk Muslim hingga saat ini.

Barat hanya melakukan retorika dengan slogan-slogan perdamaian dan keamanan dunia, di balik itu mereka justru melakukan aksi-aksi penjarahan gaya baru demi menguras kekayaan alam negeri-negeri Muslim, dengan terlebih dahulu menyebar isu Terorisme di berbagai penjuru dunia. Mitos “Benturan Peradaban” (Clash of Civilizations) Barat dan Islam terus didengungkan ke seluruh penjuru dunia, sematamata dalam rangka mengobarkan sentimen Dunia terhadap Islam.

Upaya mereka tersebut juga membuahkan hasil dengan terciptanya satu kelompok baru, yaitu Kelompok Islam Liberal, yang sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai Islam ala Barat.

Keberhasilan Barat menciptakan kelompok ini tak lepas dari pencitraan Barat atas Islam sebagai sebuah agama radikal, fundamental, keras, tak bertoleransi, dengan diperkuat fakta-fakta adanya kelompok Islam radikal yang sebenarnya keberadaannya merupakan rekayasa Barat yang telah lama menciptakan kelompok ini, dan semakin mencuat ke permukaan dengan penokohan dan penangkapan orang-orang yang dianggap teroris dengan label-label Islam. Padahal Islam bukanlah agama dengan paham radikal, tapi merupakan agama yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang sesama manusia.

Hal ini sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Rabbmu kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (al-An’âm: 151). Ibn Katsîr rahimahullah berkata, “Terdapat larangan, kecaman dan ancaman membunuhmu’âhad (orang kafir yang membuat perjanjian dengan pemerintahan Islam), yaitu orang yang termasuk ahl al-harb (orang kafir yang boleh diperangi) tetapi mendapatkan perlindungan.” Demikian pula terdapat ancaman keras diharamkannya masuk surga bagi orang yang membunuhmu’âhad sebagaimana di dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ketahuilah, siapa saja yang membunuh jiwa yang sudah membuat perjanjian, yang memiliki perlindungan dari Allah dan RasulNya, maka ia telah melanggar perlindungan Allah. (Karenanya) ia tidak akan dapat mencium bau surga dan sesungguhnya baunya dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh musim gugur.”( HR. at-Tirmidzi, Ibn Mâjah)

Peter Goodgame, di dalam artikelnya, The Globalists and the Islamists, mengatakan bahwa kaum Globalis mempunyai andil dalam pembentukan dan pembiayaan seluruh organisasi teroris Abad 20. Dan sejarah muka-dua (kemunafikan) mereka masih bisa kita lihat, pada abad 18, ketika Organisasi Rahasia Inggris (British Freemasons) menciptakan sekte tertentu, untuk tujuan imperialistis mereka.

Rincian konspirasi ini digambarkan secara gamblang dalam dokumen “kecil” yang sudah banyak diketahui : The Memoirs of Mr. Hempher yang dipublikasikan dengan berseri (dalam 7 bagian) di dalam surat kabar berbahasa Jerman, Spiegel, yang kemudian juga dipublikasikan surat kabar terkemuka Perancis. Seorang dokter Libanon menerjemahkan dokumen ini ke dalam bahasa Arab dan dari sini dokumen tersebut diterjemahkan ke bahasa Inggris dan berbagai bahasa.

Dokumen ini merupakan laporan pertanggung-jawaban tangan pertama, oleh Hempher dalam misinya untuk pemerintah Inggris, yang mengirimnya ke Timur Tengah untuk menemukan cara meruntuhkan Kesultanan Turki Utsmani (the Ottoman Empire).

Di antara cara-cara busuk pemerintah Inggris adalah mensponsori rasisme, nasionalisme, alkohol, perjudian, perzinahan, dan melucuti hijab perempuan-perempuan Muslim. Namun strategi terpenting mereka adalah ajaran-ajaran bid’ah ke dalam pemikiran kaum Muslim hingga saat ini kemudian mengkritik Islam sebagai pelopor agama teror.

Di kalangan pengamat internasional memang ada pandangan mengenai dua jenis teror yang sangat berbeda. Pertama, teror yang dilakukan kaum tertindas. Ini biasanya skala destruksinya kecil-kecilan dan terbatas, seperti teror ala Taliban, Alqaidah, dan kelompok kecil kalangan tertindas lainnya.

Jenis kedua adalah teror resmi yang disponsori negara, didukung oleh angkatan bersenjata dengan menggunakan operasi intelijen, dan didukung dana tak terbatas. Ini dapat dilihat dari teror AS terhadap Irak yang telah membunuh paling tidak 600 ribu kaum sipil Irak. Juga teror AS di Afghanistan dan teror sporadis yang dilakukan ke negara Timur Tengah, seperti Libya, Suriah, dan negara yang tidak berjalan paralel dengan keinginan AS.

Kesalahan fundamental dan fatal di AS adalah secara sadar dan sengaja, mereka tidak pernah mau dan tidak pernah berani melihat akar permasalahan kezaliman yang terjadi di Timur Tengah. Tentunya ini sangat disayangkan harapan dunia kepada pemerintah AS yang bapak dan kakeknya datang dari Afrika-benua yang tertindas- ternyata telah kandas. Pemerintah AS telah menjalankan pakem atau aturan baku politik luar negeri AS, yaitu mengupayakan supremasi, dominasi, dan hegemoni AS di seluruh penjuru dunia dari segi ekonomi, politik, diplomasi, bahkan militer. Kalau kita mau jujur, fenomena Alqaidah adalah sebuah hal yang abnormal.

Alqaidah adalah fenomena kenekatan dan frustrasi yang menyundul titik maksimal. Sangat sulit membayangkan ada gerakan teror, seperti Alqaidah, seandainya tidak ada penindasan bangsa Palestina oleh Israel dan kaum Zionis yang didukung secara finansial, diplomasi, politik, bahkan militer oleh AS.Jadi, sebelum AS mengebom lagi seenak perutnya sendiri di Timur Tengah, sebaiknya mereka secara jujur menanyakan apa gerangan kesalahan fatal politik AS di Timur Tengah itu.

aksi terorisme yang dilakukan oleh kaum tertindas sampai kapan pun tidak pernah bisa dibenarkan. Ada aturan dalam ayat suci Al-Qur’an yang tidak boleh membunuh satu orang yang tidak berdosa dan tidak boleh membuat kerusakan di bumi. Karena itu, cara umat Islam membangun kekuatan bukan dengan cara terorisme. Tapi, lewat usaha dan perjuangan dengan konsistensi membangun kekuatan ekonomi, politik, dan diplomasi, supaya dunia luar tidak semena-mena mengganggu dan meremehkan Islam. Menghadapi AS sebagai imperialis kesiangan itu tidak ada kata lain kecuali Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya membangun kekuatan ekonomi, politik, dan militer. Dengan begitu, AS harus berpikir berulang-ulang untuk melancarkan neoimperialismenya ke Timur Tengah khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Pembaca yang budiman, memang sangat sulit untuk mengambil kesimpulan jika kita hanya berdasar pada opini masyarakat yang beragam. Maka bertanyalah pada Al Qur’an dan As Sunnah. Biarlah realita yang mengungkap “WHO ARE THE REAL TERRORIST?” Wallahu A’lam Ditulis dalam Uncategorized Tag: clash of civilizations, islam liberal, teroris, terorisme

Tinggalkan komentar

Propaganda Dan Kebohongan Tragedi 119 SEP 11 Posted by afdhal “Kehancuran dahsyat yang terjadi di gedung WTC hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut”

Prof. Steven E. Jones (Guru Besar Fisika Brigham Young University USA)

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/09/wtc1.jpg)Apakah mungkin gedung yang disangga baja itu meleleh hanya karena api? Mengapa jet-jet tempur AS tidak mengudara? Siapa sesungguhnya dalang di balik Tragedi 11 September? Apa kepentingan Washington dan Pentagon? Apa kaitannya dengan kepentingan energi di beberapa dekade mendatang, mengapa Islam yang tertuduh? dan kebohongan apa di balik peristiwa 11 September 11 tahun silam itu?

Amerika memang menjadi negara yang seolah menguasai semua. Tulisan ini mungkin hanya sedikit analisis di balik cerita yang beredar akhir-akhir ini: pesawat yang dibajak dengan menggunakan pisau menabrakkan dirinya pada gedung World Trade Center (WTC) dan gedung DepHanKam USA Pentagon, serta bom yang meledak di Deplu AS. Terorisme dan Amerika? Sebelumnya ada baiknya kita tinjau track record kebijakan politik di negeri Paman Sam ini. Dari segi pertahanan keamanan, Pentagon memiliki citacita ingin mewujudkan busur Turki-Tokyo – mengingat Rusia bukanlah musuh yang signfikan lagi baginya – sebagai basis pertahanan yang tentunya akan memudahkan jalannya arus perdagangan dan penetrasi pasar AS terhadap Asia dan Afrika. Di sisi lain, semenjak hancurnya negara komunis, praktis AS tidak memiliki lagi lawan tanding ideologis yang sepadan. Tentu saja ini berpengaruh terhadap semangat nasionalisme Amerika Serikat dan lebih jauh dapat memberikan pengaruh terhadap perekonomiannya serta pengakaran pemerintahan kepada rakyat Amerika.

Hal yang tentu saja mengganggu kebijakan luar negeri AS adalah islam yang dalam paradigma AS seringkali diidentikkan dengan praktik terorisme. Berbagai kasus pembajakan pesawat, pengeboman basement WTC (1993) dan sebagainya yang dilakukan oleh berbagai pihak (teroris) yang identik dengan negara berideologi Islam. Pengeboman Irak beberapa waktu yang lalu hanya beberapa hari setelah pelantikan Presiden George W. Bush tentu memberikan kesan akan kebencian besar pemerintahan ini terhadap negara tersebut, termasuk pengangkatan elite militer yang terlibat dalam Perang Teluk (Gulf War) pada tahun 1990 semasa pemerintahan George Bush (Sr.). Partai Republik memang memiliki “cerita bersenjata” terhadap hubungan AS dengan Timur Tengah – berbeda dengan Partai Demokrat yang lebih cenderung menggunakan teknik intelijen (CIA) dalam intervensinya dengan negeri luar AS.

Dalam kasus jatuhnya pesawat ini, ada beberapa kecurigaan yang dapatsaja dialamatkan terhadap pemerintahan AS. Kehancuran gedung WTC, rusaknya sebagian gedung Pentagon, dan ledakan di DepLu AS sama sekali tidak membunuh tokoh-tokoh penting AS dalam hal kebijakan ekonomi maupun militer. Momen waktu yang dipilih adalah sewaktu Presiden AS, MenLu, dan MenHanKam AS sedang tidak berada di tempat. Kecanggihan teknologi Pentagon yang konon juga mengatasi kemungkinan gangguan keamanan (national security) dari angkasa luar itupun sangat tidak masuk akal jika sampai kebobolan pesawat penumpang biasa yang tak memiliki teknologi anti-radar untuk jatuh di Pentagon.

Lebih dalam lagi, pesawat yang dibajak tersebut bukanlah pesawat jet dengan kecepatan tinggi. Arah terbang pesawat dan laporan kepada FBI (sebelum insiden) bahwa pesawat telah dibajak seharusnya dapat mengantisipasi tragedi ini mengingat kemajuan teknologi informatika yang dimiliki oleh struktur kekuasaaan AS tersebut. Kondisi bahwa pembajak hanya menggunakan pisau (bukan senjata api) pun pada dasarnya memberikan pertanyaan lain. Pers yang ada pada akhirnyamemberikan opini bahwa vektor dalang kejahatan terorisme ini adalah Osama bin Laden, tokoh kontroversial yang konon merupakan dalang rencana penyerangan terhadap kantor PBB di New York tahun 1995 yang lalu.

Banyak kemungkinan skenario memang yang ada di negeri Uncle Sam ini. Namun hal yang menjadi tanda tanya besar adalah bahwa kasus konflik AS dengan “negeri teroris” ini padadasarnya lebih cenderung kasus politik dan militer, berbeda denganberbagai aksi anti globalisasi yang memang lebih mengarah kepada isu ekonomi dan pemerataan strata ekonomi masyarakat dunia, namun yang dihancurkan adalah pusat ekonomi AS, WTC, yang sebenarnyamengaburkan bahwa kasus ini adalah aksi terorisme yang memiliki pusat kontrol di Timur Tengah. Dalam hal ini tentu lebih masuk akal jika yang ditabrak adalah gedung PBB atau Gedung Putih sebagai pimary target.

Amerika dan Kita Mungkin tak salah jika kita perluas terminologi filsuf Jonathan Bentham, dengan mangatakan bahwa jika dunia saat ini adalah panoptikon, maka kita adalah manusia-manusia robotik yang sedang dianalisis opininya, dan diatur skenario kehidupannya oleh sang dokter sekaligus polisi dunia: Amerika. Tangan-tangannya di sektor militer dan intelijen memang sudah tak bisa diragukan lagi kemampuannya. Mengurusi berbagai pergolakan sosial politik dan ekonomi berbagai negara, intervensi yang mendapat pembenaran di mana-mana, merupakan rahasia umum, bahwa kita memang berada di bawah bayang-bayang AS. Bahkan Megawati Soekarnoputri yang jelasjelas, ayah kandungnya, dikerjain oleh CIA masih merasa perlu sowan kepada pemerintahan AS tersebut dan merasa tak repot untuk memberikan ungkapan belasungkawa sedalam-dalamnya dengan menyebut Presiden AS sebagai “Yang Mulia” segala.

Apakah kita dijajah oleh AS? Tidak gampang menjawab pertanyaan ini, karena memang kita “butuh” AS untuk hidup – atau mungkin lebih tepat jika disebut diskenariokan butuh AS, butuh IMF, dan seterusnya. Kita diskenariokan untuk mati jika AS tidak memberikan “bantuan” kepada kita. Tak bisa dipungkiri bahwa pemimpin negara-negara dunia ketiga memang impoten berhadapan dengan negeri adikuasa ini. Kita berada dalam panoptikon besar bernama dunia dengan drama berjudul globalisasi, dengan AS sebagai sutradaranya. Noam Chomsky, dalam bukunya, What Uncle Sam Wants (1993), mengemukakan dengan jelas motifmotif ekonomi pemerintahan AS untuk menguasai sistem perekonomian dunia. Bagaimana ia menjadikan Islam sebagai musuh dengan mengidentikkannya dengan praktik-praktik terorisme. Sungguh tak adil saat pers yang memang dikuasai oleh negeri Paman Sam ini mengidentikkan Islam sebagai musuh ideologisnya dengan penonjolan praktik-praktik terorisme sementarahubungan dagangnya dengan Saudi Arabia, Turki, bahkan Mesir sangat baik. Jelas sekali bahwa ini semata bukanlah permasalahan ideologi. Ini adalah masalah kepentingan dan motif ekonomi yang membara di dalam diri sosiologis Amerika Serikat.

Jika negara kita mengikuti AS, maka kita akan selamat. Sebaliknya, menentang AS berarti bersiap diri untuk diembargo secara ekonomi, dan distigmakan sebagai teroris yang kejam, pembunuh, dan pelanggar HAM. Berbagai penangkapan di Aceh, kerusuhan yang tak reda di Ambon, dianggap bukan lagi masalah HAM sepanjang pemerintahan RI tidak neko-neko terhadap kebijakan luar negeri AS – dan media/pers mengikuti tren ini, karena memang pers merupakan media propaganda kapitalisme yang menjadi produsen sikap mental dan politik masyarakat luas. Tak urung kasus WTC. Indikasi yang ada jelas menunjukkan bahwa ada suatu kemungkinan yang sangat besar keterlibatan dinas intelijen dan pemerintahan AS dalam hal ini, karena bukannya mereka tak diuntungkan dengan kasus ini. Katakanlah jika memang AS rugi dengan puluhan ribu korban jiwa dan bangunan fisik yang hancur. Namun keuntungan lain yang didapat dari AS jelas lebih banyak lagi.

AS tentu saja akan mendapat legitimasi moral, sebagai polisi dunia, untuk melakukan intervensi terhadap negara-negara yang dianggapnya sebagai sarang terorisme dan tentu saja hingga hari ini menjadi musuh politiknya. Bom, pengiriman massal dinas intelijen, rudal, bahkan mungkin angkatan bersenjata akan mendapat legitimasi moral dari penduduk bumi yang ter-representasi dalam PBB untuk membombardir negeri musuh politiknya itu. Lebih jauh lagi, berbagai pihak di dalam negeri AS sendiri yang selama ini lengah oleh karena matinya kompetisi dengan partner lawan ideologinya: Uni Sovyet, akan naik moral nasionalisme Amerikanya dengan menempatkan Islam sebagai lawan ideologis. Bahkan lebih parah lagi, represifitas pemerintahan AS akan menjadi-jadi menekan aksi-aksi anti globalisasi dan neo-liberalisme saat penduduk bumi dihadapkan dengan ratap tangis terhadap puluhan ribu penduduk yang tewas di dalam insiden WTC, pusat perekonomian itu.

Apapun akan dilancarkannya demi mendukung hegemoni kapitalismenya di muka bumi. Dan seperti ungkapan Jean Baudrilliard di atas tadi, kita cuma jadi pemain figuran yang menyampaikan ungkapan belasungkawa dan kalaupun tidak jadi penonton yang terbuai dengan pemberitaan televisi dan surat kabar – lupa dengan penginjak-injakan HAM dan proses demokratisasi yang ada di depan hidung kita sendiri. Manipulasi, skenario, hegemoni AS Kebenaran memang seolah akan jadi mainan pemilik kekuasaan.Kekuasaan secara materil memang terletak pada modal, dan modal pada akhir masa yang catastrophe ini terletak pada informasi. Saat opini umum terbentuk, di sanalah terjadi skenario yang menjadi landasan dramaturgi yang disusun untuk hegemoni AS.

Kita memang patut berbelasungkawa dengan korban jatuhnya pesawat dan hancurnya gedung-gedung pusat peradaban manusia milenia itu. Namun mengerikan tatkala jutaan umat Islam menjadi korban character assasinations atas cap-cap terorisme yang ditempelkan pada mereka demi kepentingan ekonomi segelintir pihak. Dan tetap saja, sejarah tetap berjalan, dengan kuasa sebagai landasan kebenaran dan menentukan nasib manusia yang terpenjara oleh cita-cita kebebasan dan kemerdekaan sebagai seutuhnya manusia. Wallahul Musta’an ”Perang melawan terorisme dijadika tabir kebohongan guna mencapai tujuan-tujuan strategis geopolitik AS”.

-Michael Meacher- (Mantan Menteri Lingkungan Inggris, 1997 – 2003) Ditulis dalam Uncategorized Tag: peristiwa 11 september, tragedi 11 september, tragedi 11 september 2001

Tinggalkan komentar

Bagaimana Realita Umat Hari Ini? SEP 10 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/09/islam.jpg)Saat ini kita telah dihadapkan pada sebuah realita kehidupan, tak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini adalah Era Amerika Serikat. Seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya:Dari Said Al-Khudri, Rasulullah bersabda:” Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani”. Rasullah menjawab, “Siapa lagi!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beginilah nasib dunia Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam. Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.

Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba’ yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.

Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi. WAHN

Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah, beliau bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah bersabda, “Hampir saja bangsabangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan”. Berkata seorang sahabat, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Rasul saw. menjawab, “Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn”. Berkata seorang sahabat, “Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?” Rasul saw. berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat dengan penguasa.

Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina.

MENGIKUTI YAHUDI DAN NASHRANI Kecenderungan yang kuat terhadap dunia atau wahn, menyebabkan umat Islam mengekor dan tunduk patuh kepada dunia barat yang notabenenya dikuasi Yahudi dan Nashrani. Dan ketika umat Islam mengikuti Yahudi dan Nashrani, maka banyak sekali kemiripan dengan meraka. Beberapa kemiripian dan sikap mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani, di antaranya:

I. PENYIKAPAN TERHADAP AGAMA (SEKULER) Kaum Yahudi dan Nashrani bersikap sekuler dalam kehidupan. Mereka mencampakkan agama dari kehidupan sosial politik. Dalam memandang sesuatu, Kaum Yahudi dan Nashrani tidak berdasarkan agama mereka. Ruang lingkup agama dipersempit hanya di tempat-tempat ibadah saja. Sedangkan kehidupan sosial politik jauh dari nilai-nilai agama. Karena mereka meyakini bahwa agama sudah tidak berfungsi lagi untuk memberikan solusi kehidupan. Gerakan sekuler tumbuh dan berkembang di dunia barat, dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan datangnya para penjajah barat ke dunia Islam. Maka berkembanglah sekulerisme di dunia Islam. Kehidupan sosial politik di negara-negara Islam jauh dari nilai-nilai ke-Islaman dan sekulerisme begitu sangat kuatnya di dunia Islam.

Sedangkan di Indonesia, sekulerisme sangat mudah dibaca dan sangat transparan. Jika kita melihat partai-partai politik, maka mayoritasnya partai sekuler, sampai partai yang basis masanya ormas Islam sekalipun, masih sangat kental dengan nilai-nilai sekulernya. Sekulerisme begitu sangat dalam masuk dalam sendi-sendi kehidupan sosial politik di Indonesia. Simbol-simbol pemerintahan, pakaian masyarakat, bahasa yang digunakan dll sarat dari nilai-nilai sekulerisme. Sementara dakwah Islam, masih sangat sedikit yang mengajak pada kesempurnaan Islam dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat. Dakwah yang dominan di Indonesia adalah dakwah tasawuf yang mengajak pada dzikir yang sektoral, pembinaan dan manajemen hati yang sektoral dan sejenisnya. II. PENYIKAPAN TERHADAP AL-QUR’AN Pensikapan sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an sebagaimana Yahudi dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan dalam informasi Al-Qur’an dan Hadits sbb: 1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur’an) Allah berfirman, “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (Al-Baqarah 78)

Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur’an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur’an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik. 2. Juz’iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur’an) Allah berfirman, “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah 85)

Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat Al-Qur’an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba’, tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan masalah politik dan pemerintahan. 3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia) “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idah 49-50)

Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda’wah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.

4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur’an “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Al-Israa’:9) Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur’an sesuai fungsinya. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur’an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur’an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca. 5. Hajr Al-Qur’an (Meninggalkan Al-Qur’an) Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”. Meninggalkan Al-Qur’an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur’an, dalam arti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Qur’an dan menjadikannya pedoman hidup.

III. PENYIKAPAN TERHADAP AHLI AGAMA (KULTUS) Allah Taala berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (AtTaubah: 31) Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan ulama dan kyai dan menempatkan mereka pada posisi Tuhan yang suci dan tidak pernah salah.

Terkait dengan surat At-Taubah 31, diriwayatkan dalam beberapa hadits diantaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan At-Tabrani bahwa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw. memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat tadi. Adi menyanggahnya, “Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya”. Tetapi Rasulullah saw menjawabnya, “Bukankah mereka mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah?” Betul”, kata Adi. Rasul saw. meneruskan, “Itulah ibadah mereka”. Demikianlah pendapat mayoritas ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. IV. PENYIKAPAN TERHADAP DUNIA (RAKUS) Penyakit utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an, Allah Taala berfirman, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (Al-Baqarah 96)

Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam sebagaimana disebutkan dalam hadits wahn. Perlombaan sebagian umat Islam terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.

Di antara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas, pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh broker seks bebas. Manusia yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan pemandangan yang sangat cocok bagi mereka. Lebih ironis lagi orang-orang yang rusak itu dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama, karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang manusia Indonesia sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah penyakit hati dan syahwat. Dan mereka memuaskan rasa sakit itu, sebagaimana narkoba memuaskan orang yang sedang kecanduan narkoba itu.

Rasulullah bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah bersabda: ” Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan menguji kalian, maka Allah akan melihat bagaimana kamu memperlakukan dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita” (HR Muslim) V. PENYIKAPAN TERHADAP AKHIRAT (MEREMEHKAN) Allah SWT. berfirman: Artinya: Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”. (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah 80-81).

Inilah sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam.

Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat Islam yang banyak menjadi korban narkoba. Umat Islam dan sebagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan itulah potret dan realitas umat Islam hari ini. Dan ketikan umat Islam terus mengikuti pola hidup Yahudi dan Nashrani dan mengekor pada kepentingan mereka, maka akan berakibat sangat buruk yaitu murtad dan jatuh pada jurang kekafiran. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga kita diselamatkan dari bahaya tersebut sebagaimana yang Allah ingatkan kepada kita semua: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Ali Imran: 100) Wallahul musta’an Ditulis dalam Uncategorized Tag: akhir jaman, bank dunia, dunia islam, krisis ekonomi, lembaga ekonomi

Tinggalkan komentar

Lady Gaga Concert “Haram” in Indonesia MEI 18 Posted by afdhal

Let there arise out of you A band of people Inviting to all that is good , Enjoining what is right, And forbidding what is wrong. They are the ones To attain felicity.

(Ali Imran: 104) Indonesia’s national police will ban pop diva Lady Gaga from performing in Jakarta because they say her show poses a threat to security and morality.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/indonesia-lady-gaga.jpg)The police have denied they were backing down in the face of an Islamic mass organization, the Islamic Defenders Front (FPI), which had threatened to mobilise 30,000 of its supporters to intercept her at the airport and violently protest at her concert. But the Jakarta police cited opposition from Islamic groups, including clerics.

Tuesday, May 15, the majority of Indonesian refused to allow pop phenomenon Lady Gaga to perform in Jakarta after Islamic mass organization vowed to mobilize thousands of supporters against the “devil’s messenger.”

According to national police spokesman Saud Usman Nasution, The concert planned for June 3 in the world’s most populous Muslim-majority country “will have to be cancelled, We will not issue a permit for the Lady Gaga concert in Jakarta,” He said. Indonesia’s Islamic mass organization, Islamic Defenders Front (FPI) had mounted protests in the capital, vowing to intercept the “Poker Face” singer at the airport and ensure she does not enter the country.

There has been an outcry against Lady Gaga performing among Islamists and conservative Muslims, who say her revealing costumes and sensual dance moves are “haram,” an Arabic term that means “forbidden by Islamic law.”

“We’re very glad the police stopped this moral destroyer from coming to this country, where we believe in God. Of course we stand against her — she only wears panties and a bra,” FPI Jakarta chairman Habib Salim Alatas said “She is very dangerous for our young generation. She has even said herself that she’s the devil’s messenger,” he said, apparently taking past remarks out of context, after the FPI had threatened to bring thousands onto the streets. There was no immediate reaction from Lady Gaga, who has the world’s biggest following on Twitter. But her fans, known as “little monsters”, took to social media in their thousands. Fans set up a new Twitter hashtag called “#IndonesiaSavesGaga” to try to get the police decision overturned. But another little monster said: “It’s not a matter of #IndonesiaSavesGaga, it’s more like whether Gaga can save Indonesia.” Big Daddy Productions, the promoters, have already sold more than 50,000 tickets and declined to confirm whether the show, part of Lady Gaga’s “Born This Way Ball” world tour, had been officially cancelled.

Another national police spokesman said the force had “no problem with Lady Gaga” but could not issue a permit without a letter of recommendation from the Jakarta police, who “have decided not to do that”. The Jakarta city police said they had received objections to the show by the National Ulema Council, Indonesia’s top Islamic body. “The first thing we’ve heard from various public leaders is that Lady Gaga doesn’t deserve the attention of so many people,” said Jakarta police spokesman Rikwanto, who goes by one name. “They said her outfits are too sexy, indulgent and erotic.” Ninety percent of Indonesia’s 240 million people identify themselves as Muslim, but the vast majority practise a moderate form of Islam. Lady Gaga has faced opposition elsewhere on the Asia leg of her tour. One of the the Korean Association vowed in March to take “concerted action to stop young people from being infected with homosexuality and pornography” during the US star’s concert in Seoul. But Lady Gaga has not toned down her performances so far. At shows in Seoul, Hong Kong and Tokyo, she has ridden on to the stage on a mechanical horse, wearing a black bodysuit and an enormous black metal headpiece. Lady Gaga will perform in Taipei on Thursday and Friday, and will then head to Manila, Bangkok and Singapore. She was due to play in Jakarta after that, before flying south to New Zealand and Australia.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/lady-gaga.jpg)In the past, performers such as Beyonce and the Pussycat Dolls have been allowed to perform in Indonesia provided they dressed more conservatively.

Concerts by Western artists in Indonesia’s fellow Islamic neighbour Malaysia have also stirred controversy. Beyonce was forced to cancel a 2007 event there after conservative Muslim groups threatened protests. Ooh.. God, Save the Muslims in Indonesia from the accursed Satan can chase trickery. Wallahul Musta’an Ditulis dalam Uncategorized Tag: ali imran, lady gaga, muslim majority, pop diva, pop phenomenon

2 Komentar

Who is the Stranger? MEI 17 Posted by afdhal A nice story with a good message A while ago, my Dad met a stranger who was new to our small town. From the beginning, Dad was fascinated with this enchanting newcomer and soon invited him to live with our family. The stranger was quickly accepted and was around from then on.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/stranger1.jpg)As I grew up, I never questioned his place in my family. In my young mind, he had a special niche. My parents were complementary instructors: Mom taught me good from evil, and Dad taught me to obey. But the stranger…he was our storyteller. He would keep us spellbound for hours on end with adventures, mysteries and comedies. If I wanted to know anything about politics, history or science, he always knew the answers about the past, understood the present and even seemed able to predict the future! He took my family to the first major league. ball game. He made me laugh, and he made me cry. The. stranger never stopped talking, but Dad didn’t seem to mind.

Sometimes, Mom would get up quietly while the rest of us were shushing each other to listen to what he had to say, and she would go to the kitchen for peace and quiet. (I wonder now if she ever prayed for the stranger to leave)

Dad ruled our household with certain moral convictions, but the stranger never felt obligated to honor them. Profanity, for example, was not allowed in our home… Not from us, our friends or any visitors. Our longtime visitor, however, got away with four-letter words that burned my ears and made my dad squirm and my mother blush. My Dad didn’t permit the use of alcohol. But the stranger encouraged us to try it on a regular basis. He made cigarettes look cool, cigars manly and pipes distinguished. He talked freely (much too freely) about sex. His comments were sometimes blatant, sometimes suggestive, and generally embarrassing. I now know that my early concepts about relationships were influenced strongly by the stranger. Time after time, he opposed the values of my parents, yet he was seldom rebuked and NEVER asked to leave.

More than twenty five years have passed since the stranger moved in with our family. He has blended right in and is not nearly as fascinating as he was at first. Still, if you could walk into my parents’ den today, you would still find him sitting over in his corner, waiting for someone to listen to him talk and watch him draw his pictures. Categorically, he destroyed all the moral values, ethics, love, time for each other and other good qualities we had in our family. Whilst adding some unnoticeable quantity of positive stuff also, which any way we would have had even without him. His name? We just call him “TV” Ditulis dalam Uncategorized Tag: ball game, complementary instructors, enchanting newcomer, moral convictions, storyteller, time after time

Tinggalkan komentar

Refleksi Seperempat Abad MEI 15 Posted by afdhal

Setiap hembusan nafas telah ditetapkan, setiap detik akan terlewatkan dan setiap waktu akan dipertanggungjawabkan -AFDHAL-

Berawal dari perjalanan singkat ini, dengan beragam warna yang tak bisa dipungkiri, kadang suka kadang duka, kadang benci kadang rindu, kadang cinta kadang jenuh, silih beganti mengisi ruang hampa kehidupan. Semua dilalui demi sebuah harapan dan cita-cita. Kita tahu betapa pahitnya kenyataan sehingga banyak yang dirasakan ujian dan cobaan, tapi apapun itu, harus dihadapi dengan ketabahan dan kesabaran. Tentunya, karena sebuah keyakinan bahwa Allah tidak selamanya memenuhi apa yang kita inginkan, namun Dia akan selalu memberi apa yang kita butuhkan.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/demi-waktu.jpg)Siklus waktu menyeret kita jauh, dan semakin jauh. Membawa sosok yang tak berdaya ini masuk dalam perputaran roda kehidupan dan mempermainkannya dalam setiap episode petualangan hidup. Sehingga seiring berjalannya waktu tak sedikit manusia ‘mungkin’ telah berevolusi atau bermetamorfosa menjadi makhluk habituatif, terbiasa melihat keanehan dan memakluminya.

Hari ini 15 Mei, menurut orang tua saya, hari ini adalah hari yang bersejarah dalam hidupku, karena pada hari yang sama sekitar seperempat abad yang silam, saat itu pertama kali saya menghirup udara kehidupan didunia ini. Terngiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah MASA LALU nya”. Hari ini, kurang lebih 25 tahun dalam hitungan matematika keberadaan saya di dunia fana dan semu ini. satu tahun berkurang jatah hidup dan satu tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya.

Meskipun sebnarnya saya tidak bisa menjadi saksi akan kebenaran hal tersebut. Tapi paling tidak lembaran-lembaran kertas legal dan kartu identitas selalu berkata demikian adanya, plus ucapan-ucapan selamat yang ramai diucapkan oleh orang-orang kepada saya setiap tanggal itu. Tak terkecuali pada hari ini, wall facebook saya terasa sesak oleh ucapan-ucapan yang serupa. Ucapan-ucapan itulah yang membangunkan kesadaran saya pada hari ini, yang sebelumnya hampir lupa pada sebuah moment yang mungkin dianggap istimewa oleh banyak orang.

Namun paling tidak angka “Lima belas kosong lima” ini memang terkadang unik bagi saya, karena sejak di bangku SD, SMP, SMA, sampai di perguruan tinggi selalu ada teman sekelas saya yang lahir pada tanggal itu, bahkan Tokoh Nasional sekaligus mantan Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla juga lahir pada tanggal 15 Mei, kalau tidak salah. Tapi, sekali lagi tak ada yang istimewa pada hari ini. Karena saya lebih tertarik mengingat hari bersejarah itu setiap tanggal 17 Ramadhan dalam penanggalan Islam.

Beberapa ucapan dan nasehat datang dari kawa-kawan saya, seakan melumpuhkan keangkuhan dan mengingatkan saya akan seperempat abad telah berlalu dalam catatan hidup ini, artinya jatah hidup di dunia fana ini semakin berkurang. Seketika pikiranku melayang jauh kembali ke masa lalu betapa banyak waktu yang telah kubiarkan berlalu begitu saja. Sanggupkah saya mempertanggungjawabkan detik demi detik yang telah mengisi kehidupan ini?

Seperti itulah rentetan waktu dalam hidup. Kadang mengalir tak terasa. Kadang merambat panjang dan membosankan. Siapakah yang dapat luput darinya selama kita ada? Maka alangkah bijaknya jika setiap saat meninjau kembali segala apa yang telah terjadi. Mencoba untuk menemukan asal dari apa yang kita hadapi saat ini. Maka sungguh jelas, bahwa hari ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang telah kita ambil di masa lampau. Dan setiap pilihan kita kemarin menuntut tanggung jawab yang harus kita pikul hari ini dan akan datang. Karena itu, pahit atau manisnya kehidupan menuntut kita untuk menerima kenyataan. Menerima apa pun hasil dari pilihan kita. Kita dituntut untuk bertanggung jawab atas segala pilihan kita sendiri. Ya, itulah hakikat kehidupan? Penyesalan mungkin perlu ada. Ya, memang perlu ada. Tetapi putus asa? Jika merasa sesak dengan ketakberdayaan dan kepahitan menimpa kita akibat dari segala pilihan hidup yang telah kita ambil sendiri, lalu apakah pantas kita untuk berputus asa? Jika demikian, itu berarti bahwa kita tidak mampu untuk bertanggung jawab atas apa yang telah kita lakukan.

Kita hidup dengan pilihan-pilihan kita sendiri. Sesulit apa pun situasi yang kita hadapi. Maka jika saat ini kita merasa gagal, kita sesali itu. Dan karena itu kita harus mengadakan pilihanpilihan baru. Agar hidup kita kembali di jalur yang kita inginkan. Bukan dengan merasa hampa dan tak berbuat apa-apa lagi. Cukuplah Allah sebagai penolong.

Hari ini ada harapan dan kekhawatiran. Rasa syukur atas waktu yang telah kita terima. Rasa khawatir karena waktu yang kian singkat, tanpa pernah tahu apa yang telah saya perbuat untuk Islam, tanpa pernah tahu apakah amalan saya selama ini diterima oleh Allah atau tidak. Jiwa ku yang kelam, karam di kawah berlumpur, hatipun bergejolak teringat tingkah congkak yang membuat semuanya mungkin saja tertolak. Aku masih ingat tentang alasan banyak kesibukan dunia yang diukir hingga prioritas ibadah jadi tersingkir. Dosa dan salah di masa lalu tenggelam dalam nikmatnya waktu kini semua membayang di benak ku. Teringat saat Berdiri angkuh menengadah menantang langit, seolah menganggap diri paling cerdas mengklaim diri paling tahu dan mengaku paling bijaksana. Na’udzubillah. Walau hanya bermodalkan setetes ilmu di samudera pengetahun Allah yang tak bertepi, sungguh malu rasanya saat perasaan itu melintas dalam hati ku karena hadirnya perasaan itu adalah bukti yang sebenarnya bukti jiwaku masih rapuh dan terpenjara. Aku ingat semua itu.

Dengan memohon ampunan dan rahmat, semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya bagi kita semua, agar kita mampu menjadi pemeran terbaik dalam setiap episode pentas kehidupan ini, melewati tantangan dan ujian hingga saat yang dinantikan itu tiba. Hakikatnya hidup ini merupakan rangkaian proses belajar dan menempa diri agar menjadi lebih baik senantiasa. Sungguh, begitu banyak hal dapat disajikan dari perjalanan detik demi detik kehidupan kita. Hal-hal yang kita rasakan, kita lihat, kita dengar, kita keluarkan melalui lisan, semuanya bisa menjadi sesuatu yang sarat makna dan dapat memperkaya khazanah pengalaman kita untuk selanjutnya dijadikan modal bagi proses perbaikan diri, jika kita mau tentunya.

Ketika kita hanya memandang sesuatu dengan cara biasa, semuanya akan tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Namun banyak hal kecil yang sesungguhnya memiliki makna yang begitu besar, jika saja kita mau sedikit memperhatikan, sedikit melihat lebih ke dalam, dan sedikit saja berpikir. seakan memang demikianlah seharusnya. Semoga hari esok lebih dari hari kemarin. Wallahul musta’an. Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi -OpickDitulis dalam Uncategorized Tag: imam al ghazali, kartu identitas, pada hari ini, ucapan selamat

Tinggalkan komentar

Potret Pendidikan Indonesia MEI 2 Posted by afdhal

Sebuah Ilustrasi Di salah satu hutan belantara di Indonesia berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh manusia.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/potret-pendidikan-indonesia.jpg)Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan” maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia. Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah, setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran. Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana, mulai dari Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak

Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu. Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang, dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi. Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat, dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.

Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari telaga yang ada didalam hutan tersebut. Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari, kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat. Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam, dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang telaga.

Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa pada mata pelajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah. Inilah awal dari semua kekacauan itu, Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya. Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal, dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam. Tupaipun demikian, ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.

Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang, tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu. Demikian juga dengan binatang lainya, meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.

Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya, perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam. Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.. kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya.

Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian. Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?

Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang gambaran sekolah binatang tersebut, bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya. Atau bahkan untuk sekedar membuat CV yang bagus saja tidak banyak lulusan perguruan tinggi yang mampu melakukannya.

Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya. Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga, malah belakangan ini yang tawuran adalah mahasiswa para calon guru. Mau jadi apa anak-anak muridnya kelak.

Lalu, Bagaimana Potret Sistem Pendidikan Indonesia Saat ini?

1. Sistem Yang Tidak Menghargai Proses

Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai, siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir. Oleh karena itu terkadang ada beberapa mahasiswa di perguruan tinggi hanya masuk seminggu menjelang ujian saja. Apa katanya, percuma masuk tiap hari yang penting ujian bisa, maka nilai kita bagus dan pasti lulus.

2. Parrot Learning System

Parrot Learning System yakni Sistem yang hanya mengajari anak untuk menghafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya. Apa buktinya? coba ingat-ingat seberapa lama kita ingat materi ujian yang kita pelajari setelah di ujikan? seminggu? atau malah besoknya sudah lupa? Apa beda belajar dengan menghafal? Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan. Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja. Menghafal bukanlah sesuatu yang harus dipelajari, hafal adalah produk dari kebiasaan yang berulang-ulang dan tidak perlu menggunakan effort yang melelahkan otak. Sebut saja jalan kekantor dan pulang kerumah, karena setiap hari kita lakukan maka kita hafal betul lika-likunya hingga jam-jam macetnya tanpa perlu memeras otak seperti kebanyakan anak-anak yang harus menghafal untuk menghadapi ulangan mereka.

Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajatnya dibanding makhluk manapun di dunia. Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi, yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis. Sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap. Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.

3. Sistem Sekolah Yang Berfokus Pada Nilai

Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa. Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).

Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setengah sekarat untuk mencapainya. Toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang. Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses di kehidupan nyata.

Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu, betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah, dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata. Sementara jika kita kaji lagi, apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan di sekolah itu?

Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya. Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat, berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut? apakah 3 bulan? 1 bulan? atau cukup hanya semalam saja?

Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh? Jadi wajar saja, meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi, negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.

4. Sistem Pendidikan Yang Seragam

Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak, maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal. Andalah yang paling tahu perbedaanperbedaanya. Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.

Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda. Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam. Sementara sistem pendidikan seolah-olah menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang sama dan seragam. Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.

5. Sekolah Adalah Institusi Pendidikan Yang Tidak Mendidik (Knowing vs Being) Sekilas judul ini tampaknya membingungkan, tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan di Indonesia. Apa perbedaan mendidik dengan mengajar? Ya.. tepat! mendidik adalah proses membangun moral, prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa. Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku atau akhlak yang baik.

Ya.. memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja, bukan aplikasi dilapangan. Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan, seperti hafalan butir-butir Pancasila dan sebagainya. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo, terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).

Jadi wajar saja jika anak-anak Indonesia tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya, melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja di kepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.

6. Sistem Pendidikan Berbasiskan Kelas dan Teori

Bayangkan betapa menakutkannya sistem sekolah yang ada saat ini, setiap siswanya yang kelak akan hidup di dunia yang beragam diluar sana, namun selama bertahun-tahun hanya mengenal suatu ruangan dengan meja dan bangku yang berderet-deret. Ruang yang sakral ini diberi nama dengan “Kelas”. Mereka tidak pernah diajak untuk menjelajahi berbagai kehidupan nyata di ruang kelas, sementara kehidupan mereka kelak menuntut mereka bisa berkiprah diluar ruang kelas. Sungguh kasihan nasib anak-anak bangsa ini. Siswa yang kelak akan berhadapan dengan realitas hidup dan tantangan yang multi dimensi ini pun sayangnya hanya diajarkan untuk mengetahui sebatas buku dan teori. Bahkan sebagian besar teori yang diajarkan adalah teori masa lalu yang sebagian besar telah usang karena begitu cepatnya perubahan zaman. Sehingga sering kali mereka mempelajari sesuatu yang sudah kadaluarsa dan ditinggalkan oleh dunia. Jadi wajar saja jika anda mendapati para lulusan terbaik dari perguruan tinggi terbaik sekalipun masih membutuhkan waktu untuk belajar lagi untuk bekerja atau bahkan perlu pelatihan berbulan-bulan agar bisa menggunakan alat-alat yang belum pernah dikenalnya.

7. Menghakimi Siswa Dengan Sistem Rangking Aneh sekali sistem pendidikan di negeri ini, setiap orang tua mengirim anaknya kesekolah pasti dengan satu tujuan dan harapan, yakni agar anaknya berhasil. Tapi sayangnya harapan orang tua banyak yang justru kandas disekolah. Mengapa? karena ternyata fungsi sekolah yang ada hanyalah untuk menghasilkan dua kelompok anak yakni yang Berhasil dan yang Gagal. Bukan menjadikan setiap anak berhasil.

Ternyata faktanya dari tahun ke tahun rata-rata jumlah yang gagal jauh lebih banyak dari jumlah yang berhasil. Tapi anehnya orang tua masih saja berbondong-bondong mengirim anaknya ke sekolah meskipun hanya untuk sekedar mendapatkan pembenaran bahwa anaknya masuk kelompok yang berhasil atau yang gagal. Berapa banyak juara dalam setiap kelas?

Tak bisakah sekolah itu menjadikan semua anak menjadi sukses? Tak mampukah sekolah menjadikan setiap muridnya menjadi anak yang berhasil? Masih maukah para orang tua mengirim anaknya ke sekolah semacam ini?

8. Sistem Pendidikan Yang Tidak Memiliki Tujuan Jelas

Ketika kita mengajukan pertanyaan yang sederhana pada para siswa sekolah, untuk apa kalian bersekolah? jawaban mereka biasanya hampir sama seperti biar jadi anak pintar, biar jadi orang berhasil dan sejenisnya. Tapi maksud kita adalah apa persisnya tujuan akhir bersekolah bagi kehidupan mereka kelak. Apakah hanya untuk lulus saja kemudian kebingungan mencari kerja dan akhirnya menjadi pengangguran baru atau persisnya bagaimana?

Mulailah para siswa kebingungan dengan pertanyaan semacam ini. Yah wajar, mereka kebingungan karena memang mereka tidak pernah diajak untuk memikirkan hal ini, atau mungkin para guru dan pembuat kebijakan pendidikan juga tidak terpikir tentang hal ini. Bayangkan sejak kita bersekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi begitu banyak mata pelajaran yang harus kita perlajari dan kuasai namun ternyata hanya sedikit sekali yang kita gunakan dalam kehidupan nyata. Padahal kita perlu usaha keras dan biaya yang tidak sedikit untuk mempelajarinya. Lalu untuk apa semua yang ada dikurikulum itu kita pelajari kalau ternyata kelak kita tidak menggunakannya. Ambil saja contoh sejak SMP kita diajarkan matematika Sinus, Cosinus dan Tangen, tapi nyatanya dalam hidup kita hanya gunakan Tambah, Kali, Kurang dan Bagi saja. Mengapa ini tidak diajarkan saja pada jenjang perguruan tinggi jurusan matematika, yang jelas-jelas mereka akan gunakan bagi profesinya kelak. Itupun kalau digunakan?

Tapi sayangnya jika kita ajukan pertanyaan ini pada para guru, merekapun kebingungan untuk menjawabnya dan bahkan jika inipun kita tanyakan pada perwakilan Diknas setempat mereka juga sama tidak tahunya.

Sementara begitu banyak pelajaran yang diperlukan oleh siswa untuk meraih sukses dalam kehidupannya kelak justru tidak diajarkan disekolah. Sebut saja mata pelajaran kewirausahaan, etos kerja, cara berpikir kritis dan kreatif, pengendalian emosi, mengenal potensi diri, berpikir positif dan sebagainya. Jadi wajar saja jika para lulusan SMA dari masa ke masa terus merasa kebingungan untuk menentukan tujuan atau jurusan sekolah lanjutan bagi dirinya.

9. Sistem Ujian Berbasis Tulisan Bayangkan dalam kehidupan nyata, sebagian besar anak-anak kita kelak harus berkarya dengan berbagai cara dan alat untuk bisa sukses dalam kehidupan. Sementara selama lebih dari 18 tahun mereka bersekolah, mereka hanya dididik untuk tulis menulis, seluruh pelajaran hingga ujian disusun berdasarkan tulisan. Ini jelas sebuah sistem yang tidak masuk akal.

Sistem inilah yang telah membuat anak-anak lulusan sekolah canggung menghadapi kehidupan nyata yang ternyata tidak hanya sebatas tulis menulis saja, melainkan kombinasi dari banyak hal mulai dari berpikir, bergerak, tampil didepan umum, memotivasi menyusun strategi dan sebagainya. Sementara tulis menulis hanyalah salah satu bidang atau profesi dari berjuta-juta profesi yang ada didunia ini. Namun sayangnya anak-anak kita hanya mengetahui tulis menulis dari kegiatan sekolahnya selama bertahun-tahun, dan tidak pernah diajari untuk mengetahui lebih banyak kegiatan baik dari mencoba langsung ataupun kunjungan, kecuali 1 kali dalam sekian tahun yakni Jalan-jalan Belajar atau yang lebih dikenal dengan “Study Tour” yang nyatanya lebih banyak rekreasinya dari pada belajarnya.

10. Pandangan Yang Rendah Terhadap Mata Pelajaran Non Eksakta

Selama sekian puluh tahun telah pengkotak-kotakan ilmu pengetahuan dan seni, seolah-olah satu ilmu lebih penting dari lainnya serta sains lebih penting dari pada seni. Hal ini sangat bertentangan dengan pernyataan Leonardo Da Vinci sang jenius sepanjang zaman yang mengatakan bahwa Seni dan Sains adalah keahlian dan kemampuan manusia yang setara dan bahkan beliau menyatakan bahwa untuk bisa memahami Sains manusia perlu lebih dahulu memahami Seni. Akibat proses pengkotak-kotakan yang dilakukan oleh sistem pendidikan dalam bingkai kurikuler dan ekstra kulikuler akibatnya kita ikut-ikutan melakukan pengkotak-kotakan yang sama. Padahal kenyataannya dalam kehidupan orang yang ahli sains kehidupannya tidak jauh lebih baik dengan para maestro dibidang seni. FAKTA..!

BERAPA BANYAK TOKOH SUKSES YANG ANDA KENAL PADA BIDANG NON EKSAKT? mulai dari DA’I, MOTIVATOR, KOREOGRAFER, FOTOGRAFER, SUTRADARA, PENULIS, PRESENTER, OLAHRAGAWAN, PELUKIS, JURNALIS, AGAMAWAN atau BUDAYAWAN…?

11. Fenomena Sekolah Unggulan

Mungkin ada sebagian di antara kita yang bingung mengapa ada yang disebut sebagai sekolah unggulan atau favorit, bukankah setiap sekolah harusnya menjadi tempat favorit bagi siswanya untuk belajar? dan mampu mencetak setiap anak menjadi anak unggulan?

Sesungguhnya apa hebatnya satu sekolah bisa menjadi favorit atau unggulan? iya, kan sekolahnya sendiri saja sudah menseleksi calon siswanya dan hanya mau menerima siswa-siswa dengan kategori unggul.

Tentu saja memang sudah sepantasnya, jika satu mesin yang bahannya memang sudah unggul hasilnya juga harus unggul. Jadi kalau begitu sesungguhnya sekolah favorit atau unggulan itu ya biasa-biasa saja tidak ada yang hebat. Mungkin sebuah sekolah favorit atau unggulan baru dapat dibilang hebat jika dia berhasil mencetak anak-anak dari yang biasa-biasa saja menjadi anak-anak yang berprestasi dan unggul.

Seperti kata pepatah mesin cetak yang hebat adalah bila ia bisa mengubah loyang menjadi emas. tapi hanya mampu mengubah emas menjadi emas juga ya semua tukan emas di pasar juga mampu melakukannya.

Tulisan ini dibuat bukan untuk di perdebatkan, melainkan untuk bahan renungan, biarkan hati nurani dan pengalaman kita yang berbicara. Semoga kita bisa segera mengikuti jejak negaranegara maju untuk membuat perubahan yang fundamental bagi pendidikan anak-anak Indonesia kedepan dan tidak hanya sekedar mengubah SMA menjadi SMU dan kini kembali diubah menjadi SMA, atau tes perintis, yang diubah menjadi SIPENMARU, kemudian UMPTN, kemudian menjadi SPMB, SNMPTN atau entah apa lagi selanjutnya, kita tunggu saja.

Dari Berbagai Sumber Ditulis dalam Uncategorized Tag: belantara, berena, ilustrasi, puncak tertinggi, telaga, tupai

Tinggalkan komentar

Finlandia, Mutu Pendidikan Terbaik Dunia MEI 2 Posted by afdhal

Mungkin kita bertanya-tanya mengapa rakyat Indonesia mutu pendidikannya rendah. Padahal boleh dikata Indonesia memiliki ribuan professor-doktor yang tersebar diseluruh penjuru dunia, Indonesia memeliki banyak siswa-siswi yang berprestasi di ajang International, tak sedikit dari mereka yang meraih medali emas dalam setiap olimpiade internasiaonal. Namun tak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia telah tumbuh subur generasi yang suka hura-hura, tawuran dan hidup yang terombang-ambing. Sekali lagi, hal itu disebabkan karena mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/finlandia.jpg)Mari kita mencoba mengintip Negara Finlandia, yang disebutsebut sebagai negara dengan mutu pendidikan yang terbaik di dunia agar bisa menjadi cerminan dan pelajaran bagi kita semua khususnya semua pihak yang memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Finlandia selalu mencapai peringkat yang terting di dunia bidang pendidikan. Padahal, murid di negara Eropa tersebut menjalani jam belajar paling singkat di antara negara maju lainnya. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi nomor satu di pentas dunia? Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan “setiap orang Memiliki sesuatu yang bisa disumbangkan” dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan.

Jika banyak negara percaya bahwa Ujian dan Evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang bisa menghancurkan tujuan belajar siswa.

Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk Semata-mata lulus ujian atau naik kelas.Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Ini membantu siswa belajar bertanggung jawab atas pekerjaan mereka sendiri. Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Siswa didorong untuk belajar secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Penelitian membuktikan bahwa jika terlalu banyak komando hanya akan membuat siswa menjadi tertekan dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak mengasyikkan.

Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat PROGRAM INDIVIDUAL bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Pendidikan Gratis merupakan bagian utama dari sistem kebijakan Finlandia. Dari sejak TK hingga perguruan tinggi semuanya gratis. Setelah usia 16 tahun, anak Finlandia memutuskan apakah memilih untuk sekolah akademik atau kejuruan. Universitas dibagi antara akademik dan politeknik atau ilmu terapan. Disamping itu mengajar adalah karier prestisius di Finlandi dan guru juga sangat dihormati. Itulah gambaran tentang mutu pendidikan dan teknik belajar di Finlandia sebagai negara dengan mutu pendidikan terbaik di dunia.

Berdasarkan fakta di atas, maka tidaklah mengherankan jikalau Indonesia mutu pendidikannya rendah. Mengapa? Karena yang dikejar adalah bagaimana lulus Ujian Akhir Nasioanal (UAN) dan semuanya ditekan mulai dari siswa yang ditekan guru, guru yang ditekan dinas pendidikan kabupaten lalu provinsi sampai tingkat nasional. Walaupun tujuan UAN baik yaitu sebagai standard, namun dari tulisan di atas akan kelihatan hasil mutu antara siswa yang belajar menyenangkan dan siswa yang belajar karena ditekan. Semoga moment Hari Pendidikan Nasional, 2 Mai 2012 hari ini menjadi langkah cerdas dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia menuju bangsa yang bermartabat dan terpandang di dunia Internasional. Ditulis dalam Uncategorized Tag: filsafat pendidikan, mata pelajaran, mutu pendidikan di indonesia, pendidikan di indonesia

Tinggalkan komentar

Saat Masa Itu Tiba MEI 2 Posted by afdhal Tirai kehidupan tiba-tiba saja tersibak Teka-teki misteri perlahan terkuak Dan cahya terang merasuk ke kamarku yang suram Aku melongok keluar jendela, untuk menyaksikan Lalu kulangkahkan kakiku mengitari kota Menghirup napas kebebasan yang melegakan Dan dunia serasa berubah Sebab semua menjadi lebih indah Walau hati ini masih penuh gundah Semangatku seakan membuncah Dan mimpiku berkecambah Jalanku menjadi lebih terjal, tetapi sekarang jelas Hutan mana yang mesti kuterabas Tak peduli sakit ataupun panas Segalanya kuterima dengan hati puas Sebab Rajawali takkan tumbuh jika takut terbang Dan mentari tak ditakdirkan sembunyi di balik awan Jika manusia enggan berjuang, Lalu apa yang didapatkan, kecuali putus asa dan kesedihan (https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/05/bulan.jpg)Hari ini, aku hidup demi mimpiku sendiri Hari ini, mimpiku lebih berharga dan segalanya Untuk membuktikan bahwa aku benar Bahwa keberanian melahirkan keberhasilan Ketekunan melampaui semua kekuatan Dan kejujuran bukanlah kelemahan Hanya satu jawabnya, Mahkota Sang Raja di istana mesti digenggam Tapi suatu saat nanti, aku ingin hidup untuk orang lain Dadaku selalu sesak melihat anak-anak jalanan Mereka mengemis dan kelaparan Dan ibu yang menangis tertahan Saat bencana datang tanpa peringatan Mereka yang tertindas memohon pertolongan Untuk keadilan yang tak jua datang Oh, bangsaku yang wajahnya tercoreng arang Tunggulah, jika saatku tiba; Saat aku cukup kuat menanggung beban Saat kata-kataku bukan lagi angin yang tak dipedulikan Aku ingin membangun surga Di atas bumi yang tak sempurna Dimana semua orang bisa bahagia Saling berbagi, walau hanya sejumput doa Sekarang, mungkin tanganku terulur lemah Dan hanya bisa kusampaikan keluh kesah Tapi, mimpi untuk suatu saat nanti Takkan boleh mati, Mesti jadi abadi HARI PENDIDIKAN NASIONAL, 2 MEI 2012 Semoga kita bisa mengambil bagian dalam menuntaskan tujuan kemerdekaan Indonesia “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” Ditulis dalam Uncategorized Tag: anak jalanan, hari pendidikan nasional, selamat hari

Tinggalkan komentar

Mengapa Bukan Ayah Saja Yang Meninggal? APR 25 Posted by afdhal Kisah seorang anak yang menyadarkan kealpaan ayahnya

Dia anak yang masih tergolong bocah, duduk di bangku kelas 3 SD. Suatu hari ada Ustadz di kelasnya memotivasi para siswa untuk menjaga shalat jamaah shubuh. Tentunya, Shubuh merupakan sesuatu yg sulit bagi sang bocah untuk terbangun, namun sang bocah telah bertekad untuk menjalankan shalat shubuh di masjid. Lalu dengan cara bagaimana anak ini memulainya? Apakah dia membangunkan ayah atau ibunya? Dengan alarm?…bukan! Sang anak nekat tak tidur semalaman lantaran takut bangun kesiangan, semalaman anak begadang, hingga tatkala adzan berkumadang. Dia pun ingin segera keluar menuju masjid. (https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/sedih.jpg)Tapi…tatkala ia membuka pintu rumahnya, suasana sangat gelap, pekat, sunyi, senyap…membuat nyalinya menjadi ciut. Tahukah anda, apa yang ia lakukan kemudian? Dalam kondisi seperti itu, sang bocah mendengar langkah kaki kecil dan pelan, dengan diiringi suara tongkat memukul tanah, Ya…ada kakek-kakek berjalan dengan tongkatnya. Sang bocah yakin, kakek itu sedang berjalan menuju masjid, maka ia pun mengikuti di belakangnya, tanpa sepengetahuan sang kakek. Begitu pun ketika ia pulang dari masjid.

Bocah itu menjadikannya sebagai kebiasaan, begadang setiap malam kemudian pergi dan pulang shalat shubuh dengan mengikuti kakekkakek itu. Dia mengganti tidurnya setelah shubuh hingga menjelang waktu berangkat sekolah. Orang tuanya tidak mengetahui sama sekali kebiasaan anaknya itu, selain hanya melihat sang bocah lebih banyak tidur di siang hari dari pada bermain.Ini dilakukan sang bocah agar bisa begadang pada malam hari.

Hingga suatu hari, terdengar kabar olehnya bahwa kakek-kakek itu meninggal dunia. Sontak, si bocah menangis sesenggukan. Sang ayah heran… ”Mengapa kamu menangis, nak? Ia kan bukan kakekmu, bahkan dia bukan siapa-siapa kamu!” Saat si ayah mengorek sebabnya, sang bocah justru berkata, “kenapa bukan ayah saja yang meninggal?” “A’udzu billah…, kenapa kamu berbicara seperti itu?” kata sang ayah heran. Si bocah berkata, “Mendingan ayah saja yang meninggal, karena ayah tidak pernah memangunkan aku shalat Shubuh, dan mengajakkku ke masjid, Sementara kakek itu, setiap pagi saya bisa berjalan di belakangnya untuk pergi shalat berjamaah Shubuh di masjid.” ALLAHU AKBAR! Menjadi kelu lidah sang ayah, hingga tak kuat menahan tangisnya. Kata-kata anak tersebut mampu merubah sikap dan pandangan sang ayah, hingga membuat sang ayah sadar sebagai pendidik dari anaknya, dan lebih dari itu sebagai hamba dari Pencipta Nya yang semestinya taat menjalankan perintah-Nya. Akhirnya Sang ayah rajin shalat berjamaah karena dakwah dari anaknya… “Rabbana hablanaa min azwaajina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqiina imaama..” [Terjemah bebas Mamlakah al-Qashash al-waaqi’iyyah, by. Abu Umar Abdillah] Ditulis dalam Uncategorized Tag: bocah, kisah

2 Komentar

Dunia dan Bangkai Kambing APR 19 Posted by afdhal

“Pada hari itu (kiamat) tidak bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang besih.” (QS. Asy Syu’ara: 88-89) Dunia dan bangkai kambing? nyambung di mana? mungkin ada sebagian orang yang berpikir seperti itu ketika melihat judul tulisan ini. Kalau gak percaya baca aja tulisan ini sampai tuntas, maka anda akan menemukan titik temunya ada apa antara dunia dan bangkai kambing.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/26.jpg)Senin sore beberapa pekan yang lalu, seorang teman dari Yaman datang ke kamar saya. Awalnya mungkin hanya sekedar bincang-bincang dan cerita-cerita biasa, tentang kuliah dan tentunya tentang Indonesia. Maklumlah yang saya ketahui dia adalah sosok yang sangat mengagumi Indonesia, entah mengapa? Yang jelas saya pernah dengar dia ingin sekali berkunjung ke Indonesia, tapi sayang visanya tidak ada. Dia sangat yakin kalau ‘Islam’ di Indonesia itu sangat bagus, negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, negara seribu pulau yang sangat indah, negara yang punya industri perfilman yang kreatif. Pokoknya banyak deh yang dia kagumi tentang Indonesia.

Selanjutnya dia minta izin untuk meng-copy file film Indonesia yang ada di laptop saya, karena memang dia adalah penggemar cerita film Indonesia. Kemudian dia minta tolong diambilkan hardisk dalam tasnya. Saat saya membuka tasnya saya melihat beberapa kepingan yang mirip dengan uang seratus-dua ratusan rupiah. Kemudian saya tanya tentang kepingan itu, ternyata itu adalah Dirham. Iya, jujur saja bahwa saya belum pernah melihat Dirham sebelumnya. Saya perhatiakan satu persatu kepingan itu, terbaca jelas dengan font arabnya satu, dua dan tiga dirham. Saya mengambil kepingan yang terkecil, ternyata itu adalah satu dirham. Lalu saya bertanya tentang nilainya jika di konnversi ke Dollar atau Rupiah karena memang dia paham juga nilai rupiah, ternyata 1 Dirham itu nilainya sekitar 41.500 Rupiah

Nah, melihat kepingan satu Dirham itu, saya jadi teringat hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang intinya menyebutkan bahwa kehidupan dunia ini tidak lebih baik dari seekor bangkai kambing yang cacat. Mengapa demikian? Iya, itulah dunia.

Hakikat Dunia

Sesungguhnya, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang sementara dan sebentar. Kesenangan-kesenangan di dalamnya adalah kesenangan yang menipu, fana, tidak kekal, tidak sempurna, dan pasti akan berakhir. Semua yang hidup akan menemui kematiannya. Allah berfirman, ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sebuah pasar melalui sebagian jalan dari arah pemukiman, bersama dengan para sahabat yang menyertai beliau. Lalu beliau melewati bangkai seekor kambing yang telinganya cacat (berukuran kecil). Beliau pun mengambil kambing itu seraya memegang telinganya. Kemudian beliau berkata, “Siapakah di antara kalian yang mau membelinya dengan harga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami sama sekali tidak berminat untuk memilikinya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau kembali bertanya, “Atau mungkin kalian suka kalau ini gratis untuk kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya hidup pun maka binatang ini sudah cacat, karena telinganya kecil. Apalagi kambing itu sudah mati?” Beliau pun bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah dari pada bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim).

Hadits tersebut menerangkan kepada kita betapa tidak ada nilainya kekayaan dunia semata jika tidak disertai dengan keimanan. Oleh sebab itu sebanyak apa pun harta yang dimiliki oleh seseorang jika tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah dan rasul-Nya, maka di akherat harta itu tidak bermanfaat bagi pemiliknya. Sebagaimana Allah ta’ala tegaskan hal ini dalam ayat (yang artinya), “Pada hari itu -kiamat- tidak bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89). Sa’id bin Jubair bertutur, “Kesenangan yang menipu adalah apa saja yang melalaikanmu dari mencari akhirat. Adapun yang tidak melalaikanmu, maka itu bukan kesenangan yang menipu, tetapi kesenangan yang akan mengantarkan kepada kesenangan yang lebih baik lagi.” Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu pernah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berbaring diatas tikar berserat dan membekas ditubuh beliau. Maka Ibnu Mas’ud menawarkan tikar yang lebih nyaman untuk beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, apa jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam? Beliau bersabda, “Apa urusanku dengan dunia ini? Tidaklah aku dibandingkan dunia kecuali seperti orang yang bepergian yang berteduh di bawah pohon kemudian istirahat, dan pergi meninggalkannya.” (HR. At-tirmidzi, dan berkata, “Hadits hasan shahih.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagi semua orang, dunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi, dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan.”

Demikianlah kehidupan dunia, sangat remeh dalam pandangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Maka kita sebagai umat beliau, sudah semestinya mempunyai pandangan yang sama dengan beliau dalam meletakkan posisi dunia.

Akhirat Adalah Kehidupan Sebenarnya Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini adanya kehidupan akhirat setelah kita dimatikan oleh Allah ta’ala di dunia ini. Allah berfirman, “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (QS. Al-Mukminun: 15-16)

Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Artinya, kehidupan akhirat akan berlangsung abadi, kekal selamanya, tidak ada kematian setelahnya. Allah mencela orang-orang yang lebih mengutamakan dunia dan melalaikan akhirat dengan berfirman, “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17). Allah juga berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’aam: 32) Di akhirat nanti, ada 2 golongan yang sangat berbeda jauh keadaannya. Golongan yang bahagia berada di surga dan golongan yang sengsara terpuruk di neraka. Lalu, manakah yang akan kita pilih?

Dunia, Tempat Berbekal Untuk Akhirat Bekal yang terbaik adalah takwa, yaitu iman dan amal shalih. Maka dari itu, orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan kehidupan setelah mati. Orang yang cerdas adalah orang yang mengutamakan kehidupan akhirat dengan mengambil bekal sebanyak-banyaknya di dunia ini. Apalah arti dunia? Hanya orang bodoh yang lebih mengutamakan kenikmatan yang fana, sedikit, dan sementara dibanding kenikmatan yang sempurna, kekal, selamanya. Semoga Allah memudahkan kita untuk mempersiapkan bekal untuk akhirat kita. Terakhir, ada seorang alim yang masyur yaitu Ibnu al-Mubarak pernah berkata, “Puisi Adi ibn Zaid lebiha aku sukai dari istana Amir Thahir ibn al-Husein, jika memang istana itu milikku”. Puisi yang indah itu berbunyi demikian: Wahai orang yang mencela dan menghina orang lain, apakah kau lepas dari ujian dan cobaan? Atau kau punya janji kuat dari hari-hari? engkau adalah orang bodoh dan tertipu Artinya: Wahai orang yang selalu menghina dan melecehkan orang lain, apakah Anda terikat janji untuk tidak terkena musibah seperti mereke? Ataukah hari-hari memberi jaminan untuk keselamatan Anda dari berbagai bencana dan cobaan? Lalu mengapa Anda selalu mencela? Dalam sebuah hadits sahih disebutkan: “Seandainya dunia ini di sisi Allah sama nilainya dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan pernah memberi minum seorang kafir walau seteguk air”. Menurut Allah, dunia tidak lebih berharga dari sayap seekor nyamuk. Inilah hakikat dunia, nilai dan timbangannya disisi Allah. Lalu mengapa harus takut dan resah karenanya? Kebahagiaan adalah Anda merasa aman dengan diri, masa depan, keluarga, dan kehidupan Anda sendiri. Dan, semua ini terhimpun dalam keimanan, ridha kepada Allah, ridha terhadap ketentuan-Nya, dan qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada), karena kehidupan dunia ini tidak lebih dari pada seekor bangkai kambing. Wallahu ta’ala a’lam. Rujukan: Tazkiyatun Nafs (Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Imam Al-Ghazali) Kesempurnaan Pribadi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu) Shaidul Khatir, Cara Manusia Cerdas Menang Dalam Hidup (Ibnul Jauzi) La Tahzan-Jangan Bersedih (DR. ‘Aidh al-Qarni) Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar

Pencetus Teori Relativitas, Bukan Einstein APR 15 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/sky-emc2.jpg)Mungkin anda pernah mendengar istilah “Relativitas”, bagi anda yang pernah belajar Fisika pasti tau akan hal tersebut, bahkan pelajar-pelajar sekolah tingkat menengah pun mayoritas mengetahuinya atau paling tidak pernah mendengar istilah ini. Apa sebenarnya ‘kehebohan’ istilah ini sampai-sampai kita butuh sedikit waktu untuk membahasnya? Tulisan ini saya buat terkait dengan tulisan saya sebelumnya yang bertajuk “Teori Relativitas Einstein Dalam Al Qur’an?” yang saya upload 08-08-08 silam. Ada seorang teman yang bertanya, bukannya teori ini pernah ada sebelum Einstein? Olehnya itu kita perlu sedikit melihat ada fakta apa di balik teori relativitas ini?

Pada awal abad ke-20 M dunia sains modern dibuat takjub oleh sebuah penemuan seorang ilmuwan bernama Albert Einstein. Tepatnya tahun 1905 Fisikawan berkebangsaan Jerman itu mempublikasikan sebuah teori yang dikenal dengan istilah special relativity theory atau teori relativitas khusus. Satu dasawarsa kemudian, Einstein yang didaulat Majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori relativitas umum yang dikenal dengan general relativity theory.

Teori relativitas itu dirumuskannya sebagai E= mc2. Rumus teori relativitas yang begitu populer ini menyatakan kecepatan cahaya adalah konstan. Teori relativitas khusus yang dilontarkan Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi. Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan, setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas itu Einstein menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetis tidak sesuai dengan teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat, sehingga akhirnya teori ini dipercaya telah menggantikan pendapat Newton tentang ruang dan waktu kemudian memasukan elektromagnetisme sebagaimana tertulis oleh Persamaan Maxwell. Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama. Meski begitu, isi hukum fisik akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan struktur alam semesta.

Pada tanggal 4 Desember 1922 Einstein pernah menyampaikan kuliah umum di Kyoto Imperial University, dia mengatakan bahwa pertama kali mendapatkan ide untuk membangun teori relativitas sekitar tahun lalu 1905, dia tidak dapat mengatakan secara eksak dari mana ide semacam ini muncul, namun yakin bahwa ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak.

Siapa Sebenarnya Pencetus Teori Relativitas?

Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Benarkah Einstein pencetus teori ini? Di dunia Barat sendiri ada yang meragukan kalau teori relativitas pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, Ada yang berpendapat bahwa Teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems pada tahun 1632. Namun faktanya, 1100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitas, Teori ini ternyata telah lama dicetuskan oleh saintis dan filosof legendaris Muslim di abad ke 9 Masehi. Dialah Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi atau di kenal dengan nama Al Kindus di dunia Barat.

Sesungguhnya tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan keturunan Yaman yang lahir di Kufah tahun 185 H/796 M itu pasti sangat menguasai kitab suci Al Qur’an. Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat Al Qur’an mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini.

Teori yang di gagas Einstein juga hampir sama. Ia menyatakan bahwa “Eksistensi-eksistensi dalam dunia ini terbatas, walaupun eksistensi itu sendiri tidak terbatas”. Tentu saja karena kedua ilmuwan ini hidup dan berkarya di zaman yang berbeda, maka temuan dari Einstein akan lebih mendetail dan dijelaskan dengan dukungan penelitian dan pengujian ilmiah. Bahkan telah terbukti dengan adanya ledakan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima. Namun yang jelas, ternyata teori relativitas yang di gagas oleh Albert Einstein pada abad ke 20 telah lebih dulu di temukan oleh Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi sekitar seribu seratus tahun sebelumnya.

Aya-ayat Al Qur’an yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutpi dengan cara-cara yang sangat jahat.

Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman begitu saja.

Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif dan tak absolut,” Namun, ilmuwan Barat seperti Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi. “Waktu hanya eksis dengan gerakan, benda dengan gerakan, gerakan dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata: ”jika ada gerakan, di sana perlu benda. Jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga absolut. Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sangat sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum. “Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar Einstein dalam La Relativite. Menurut Einstein, kenyataannya pendapat yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya. Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke obyek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein.

Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit , dia melihat pohon-pohon lebih kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.

“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi kita dapat mengatakan itu lebih kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat. Menurut Einstein, tak ada hukum yang absolut dalam pengertian hukum tak terikat pada pengamat. Sebuah hukum, harus dibuktikan melalui pengukuran. Al-Kindi menyatakan, seluruh fenomena fisik, seperti manusia menjadi dirinya adalah relatif dan terbatas.

Meski setiap individu manusia tak terbatas dalam jumlah dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan, benda, ruang juga terbatas. Einstein lagi-lagi mengamini pernyataan Al-Kindi yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. “Eksistensi dunia ini terbatas, meskipun eksistensi tak terbatas,” papar Einstein.

Dengan teori itu, Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan seluruh fenomena fisik. Namun, juga dia membuktikan eksistensi Tuhan, karena itu adalah konsekuensi logis dari teorinya. Di akhir hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan. Teori relativitas yang diungkapkan kedua ilmuwan berbeda zaman itu itu pada dasarnya sama. Hanya saja, penjelasan Einstein telah dibuktikan dengan sangat teliti.

Bahkan, teori relativitasnya telah digunakan untuk pengembangan energi, bom atom dan senjata nuklir pemusnah massal. Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya itu untuk membuktikan eksistensi Tuhan dan Keesaan-Nya. Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis Muslim tentang teori relativitas itu itu tidak dipopulerkan, bahkan di kalangan kaum muslimin sendiri hanya sedikit yang mengetahuinya.

Relativitas Dalam Al Qur’an Sesungguhnya, konsep tentang relativitas ruang dan waktu ini sudah tidak asing lagi bagi kalangan ilmuwan Islam terdahulu. Karena di dalam Al Qur’an telah disebutkan berbagai ayat yang mengisyaratkan relatifnya ruang dan waktu. Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Al Qur’an yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakqwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan agar manusia berpikir.

Inilah beberapa keajaiban ayat Al Qur’an yang membuktikan teori relativitas itu: “…. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj: 47).

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs: AsSajdah: 5).

“Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS. Al Ma’aarij: 3-4). “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-Naml:88). “Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS. Al Mu’minuun: 112-114). Sangat banyak ilmuan-ilmuan muslim dengan segala penemuan pentingnya yang mewarnai dunia ilmu pengetahuan hari ini, penemuan itu tentunya tak terlepas dari pemahaman mereka terhadap Al Qur’an yang memperkuat teori mereka. Tapi sayangnya fakta akan kecerdasan para ilmuan muslim melalui teorinya ‘dicontek’ oleh para ‘ilmuan’ barat. Sehingga sedikit demi sedikit nama ilmuan muslim tertelan oleh zaman modern, seiring munculnya ‘teori baru’ yang ‘katanya’ dipopolerkan oleh para orang-orang barat. Sehingga tanpa disadari kitapun menjadi pengagum dan penganut teorinya mereka. Karena keajaiban Al Qur’an itu, Einstein pernah mengungkapkan kebenaran Al Qur’an dalam sebuah tulisannya: “Al Qur’an bukanlah buku seperti aljabar atau geometri. Namun, Al Qur’an adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap Einstein.

Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, siapapun kita, apapun profesi kita dan dimanapun kita berada, karena Al Qur’an adalah sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan yang akan berlaku sampai akhir zaman. Wallahu a’lam. Ditulis dalam Uncategorized Tag: al qur, belajar fisika, e mc2, general relativity theory, special relativity theory, teori relativitas khusus

2 Komentar

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan APR 13 Posted by afdhal

Sebuah Kisah Nyata Dari Frank Slazak “Ketika kehidupan mengatakan TIDAK pada apa yang kita inginkan, Yakinlah bahwa Allah akan selalu berkata YA terhadap apa yang kita butuhkan”

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/challenger2.jpg)Ini adalah bagian kecil dari kisah hidup seorang bernama Frank Slazak. Ia seorang guru yang punya impian bisa jadi astronot dan terbang ke luar angkasa. Namun, pada saat yang sama, ia juga sadar bahwa dirinya hanyalah seorang guru biasa. Bukan pilot, dan bahkan tak memiliki gelar. Akan tetapi itu tak menyurutkan harapannya akan impiannya untuk mengawang di luar angkasa. Maka, ketika Gedung Putih mengumumkan sedang mencari warga biasa yang akan diikutsertakan dalam penerbangan 51-L pesawat ulang alik Challenger, Frank pun ikut melamar. Dan setelah itu, ia rajin berdoa – memohon agar dirinya diberi kesempatan meraih impiannya. Tuhan menjawab doanya dengan sebuah surat berlogo NASA yang datang kepadanya, yang memberitahukan bahwa dirinya diminta mengikuti seleksi.

Jalan menuju impian telah dibentangkan. Frank amat bersyukur dan bahkan makin giat berdoa. Dari 30 ribu pelamar, ia terpilih masuk ke dalam kelompok 10 ribu pelamar yang lolos saringan, dan terus lolos dari saringan-saringan hingga akhirnya masuk ke dalam kelompok 100 orang yang lulus seleksi akhir. Maka, berbagai simulator mulai dimasukinya. Uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara, dan serangkaian tes lainnya harus diikutinya.

Doa Frank semakin tegas, “Tuhan, jadikanlah aku yang akan terpilih.” Dan Tuhan menjawab doanya dengan pengumuman NASA yang menyatakan bahwa yang terpilih untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang alik Challenger adalah Christina McAuliffe. Maka impian Frank Slazak bagaikan gelas kristal dibanting ke batu. Hancur berkeping. Ia merasa telah dikalahkan dengan begitu telak, sehingga merasa dirinya dan hatinya hancur lebur. Ia terhempas dalam depresi. Kepercayaan dirinya karam, dan amarah selalu membara di hati dan pikirannya.

Doanya pun kini telah berganti menjadi ungkapan kekecewaan, “Tuhan, mengapa bukan aku yang Kau biarkan terpilih itu? Mengapa Engkau berlaku tidak adil kepadaku? Mengapa Engkau begitu tega menyakiti hatiku?” Frank menangis di pangkuan ayahnya. Ia merasa remuk-redam. Sangat sedih dan amat kecewa. Dengan bijaksana, ayahnya menghiburnya, seraya memeluknya, “Anakku… semua terjadi karena satu alasan….”

Dan alasan itu terwujud pada Selasa, 28 Januari 1986. Saat itu, Frank dan teman-temannya berkumpul untuk menyaksikan peluncuran pesawat ruang angkasa Challenger. Saat pesawat melewati landasan pacu, Frank mengeluh dalam doanya, “Tuhan… padahal aku bersedia melakukan apa saja agar bisa berada di dalam pesawat itu. Tapi mengapa bukan aku yang terpilih untuk berada di sana sekarang ini?”

Tujuh puluh detik kemudian, Tuhan menjawab doanya dengan dentuman hebat di angkasa. Api terlontar ke segala penjuru. Seluruh mata yang menyaksikan peristiwa itu seketika terbelalak dengan hati tercekat. Pesawat ulang alik Challenger meledak dan menewaskan semua antariksawan yang ada di dalamnya. Frank terkesima dengan hati dan jantung tergugu. Maka terhapuslah keraguannya pada kuasa Tuhan.

“Ya Tuhan…!” Diaa merasa amat berdosa dan menyesal. Ia juga teringat pada perkataan ayahnya. “Anakku… semua terjadi karena satu alasan….” Dan sadarlah Frank Slazak, bahwa Tuhan telah mencegahnya terpilih dalam penerbangan itu – walaupun ia sangat menginginkannya, karena Dia memiliki alasan lain atas kehadirannya di muka bumi. Karena Tuhan telah memilih Frank untuk misi yang lain…. Kawan, Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kisah nyata tersebut, bahwa Allah mengabulkan doa kita dengan 3 cara: Apabila Allah mengatakan YA, Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta. Apabila Allah mengatakan TIDAK, Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita. Apabila Allah mengatakan TUNGGU, Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam salah satu ayat Al Quran : ” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Itulah Allah, Al Muqtadir, Dzat Yang Maha Menentukan. Seorang hamba tidak berkuasa menentukan apa yang diinginkannya kecuali dengan izin-Nya. Manusia berkeinginan, berencana, berikhtiar. Perkara “hasil” sepenuhnya mutlak di tangan Allah. Kita dituntut untuk berusaha mewujudkan keinginan dalam batas-batas yang dibenarkan. Tetapi pada saat yang sama, kita juga dituntut untuk bertawakal dan berserah diri kepada-Nya. Maka, ketika kita gagal meraih keinginan, kita tidak boleh putus asa, berburuk sangka dan menafikan semua karunia-Nya. Karena kita hanya dituntut untuk melaksanakan kewajiban, dan selanjutnya hanya menanti hasilnya, sebagaimana kehendak dan ketetapan Allah yang telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfudz. Wallahu a’lam bish Shawaab Semoga Bermanfaat… Ditulis dalam Uncategorized Tag: allah memberikan yang terbaik, astronot, challanger, Frank, hikmah, jangan menyerah, kecewa, kisah nyata, mabuk, penerbangan, pesawat, pilihan hidup, putus asa, sabar

2 Komentar

Islam dan Meteorologi Modern APR 12 Posted by afdhal

”Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. An Nahl: 79)

Surat An-Nahl ayat 79 di atas merupakan ayat yang paling terkait dengan atmosfer. Dalam ayat tersebut, terdapat kata jawwis samaa’i dimana jawwi berarti melindungi dan samaa’i berarti langit. Jadi, kata jawwis samaa’i berarti langit yang melindungi, yang dalam ayat tersebut diartikan sebagai angkasa bebas.

Kata ”burung” yang digunakan dalam ayat di atas, menunjukkan bahwa angkasa tersebut adalah batas tertinggi adanya kehidupan. Sebab burung tidak dapat terbang lebih tinggi dari jawwis samaa’i. Kata jawwis samaa’i ini juga diartikan sebagai ghilaful ardhil hawa’i atau penutup bumi yang masih terdapat hawa (udara yang digunakan untuk bernafas, oksigen).

Jika dihubungkan dengan ilmu meteorologi, maka jawwis samaa’i dapat diartikan sebagai troposfer. Sebab troposfer merupakan lapisan atmosfer terendah yang masih mengandung oksigen dalam jumlah melimpah. Karena posisinya yang paling dekat dengan permukaan, maka densitas udara pada lapisan ini pun paling tinggi dibandingkan lapisan atmosfer lainnya. Gambar berikut menunjukkan lapisan atmosfer, gambar ini saya copy dari skripsi saya yang kebetulan mengangkat topik tentang meteorologi atau lebih khusus pada Rainfall Predictive Model.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/graphic1.jpg)Lapisan Atmosfer Bumi (Sumber: AF,2009)

Lapisan troposfer atau jawwis samaa’i ini berada pada level yang paling rendah, di mana lapisan ini berada antara permukaan bumi sampai ketinggian 8 km pada posisi kutub 18-19 km pada daerah ekuator. Pada lapisan ini suhu udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Di dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, tekanan udara dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari terjadi.

Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Daerah transisi antara lapisan troposfer dengan lapisan stratosfer disebut lapisan tropopause. Suhu yang sangat rendah pada lapisan tropopause menyebabkan uap air tidak dapat menembus lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air akan segera mengalami kondensasi sebelum mencapai tropopause, kemudian jatuh kembali ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju dan hujan es). Oleh karena itu di lapisan jawwis samaa’i inilah merupakan tempat terjadinya fenomena cuaca seperti hujan dan angin.

Dalam Al-Qur’an, fenomena cuaca dijelaskan dengan istilah yang berbeda-beda. Untuk angin kencang yang menyenangkan digunakan kata rih. Lalu kata jawwi untuk udara, dan hawa untuk udara yang bergerak. Khusus untuk hujan, proses terbentuknya diuraikan secara detailoleh Allah dalam Al Qur’an: ” Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (QS. An Nur: 43). Hal ini adalah salah satu isyarat ilmiah dari AlQur’an karena di Jazirah Arab hujan hanya turun 3 kali dalam setahun.

Isyarat ilmiah lain yang berkaitan dengan cuaca, dapat ditemukan dalam surat Ath-Thariq ayat 11: “Demi langit yang mengandung hujan” Dalam ayat tersebut digunakan kata Raj’i berarti kembali. Hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya. Ilmu meteorologi telah menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap air yang naik dari Bumi ke udara, kemudian kembali turun ke Bumi, naik lagi ke atas dan kembali lagi ke Bumi, seperti dalam gambar berikut yang saya ambil dari sumber yang sama yang saya istilahkan dengan Siklus Hidrologi.

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/graphic2.jpg) Siklus Hidrologi (Sumber: AF,2009)

Air yang berada di permukaan bumi tidak semua terlibat secara aktif dalam siklus hidrologi. Pada suatu wilayah belum tentu terjadi siklus hidrologi secara aktif. Siklus ini memerlukan energi panas dan kelembaban yang cukup. Di daerah tropis siklus hidrologi terjadi secara aktif dan presipitasi dalam bentuk curah hujan yang di terima lebih besar dari evaporasi. Di daerah gurun, energi mencukupi tetapi kelembaban kurang, evaporasi selalu terjadi setiap saat bila air tersedia tetapi presipitasi sangat jarang sehingga siklus hidrologi menjadi pasif.

Air dalam siklus hidrologi, mengalami perubahan bentuk dari cair ke gas dan kembali ke bentuk cair, terkadang juga air berubah ke bentuk padat. Perubahan air ke bentuk padat dalam siklus hidrologi terjadi jika butiran air tersebut berada pada udara yang sangat dingin atau di bawah titik beku air. Perubahan ke bentuk padat ini dapat terjadi pada lapisan atas troposfer atau pada permukaan bumi, terutama pada wilayah kutub utara dan selatan, juga dapat terjadi pada tempat-tempat yang tinggi (7500 m di atas permukaan laut) pada daerah tropis.

Informasi mengenai lapisan atmosfer dan fenomena cuaca ternyata telah diberikan Al-Qur’an sejak 14 abad lebih yang lalu. Informasi ini baru dapat kita pahami setelah munculnya ilmu meteorologi modern. Namun, di luar isyarat-isyarat ilmiah ini, ada satu hal yang perlu kita perhatikan. Setiap kali sebuah ayat Al-Qur’an membahas ciptaan Allah, ia selalu disertai dengan pertanyaan tentang Allah. Artinya, semua yang diciptakan-Nya telah diatur sedemikian rupa, dan tidak ada kekuatan lain yang mampu mengubahnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam bisshowab. Ditulis dalam Uncategorized Tag: angkasa, atmosfer, Ayat Kauniyah, ayat tentang alam, bukti al qur'an, curah hujan, hidrologi, hujan, hujan dalam al qur'an, Islam dan Geofisika, Islam dan meteorologi, islam sempurna, meteorologi, presipitasi, siklus, troposfer

2 Komentar

Menjaga Diri dari Yang Haram (Kisah Romantis) APR 10 Posted by afdhal

(https://achmadfirdaus.files.wordpress.com/2012/04/cinta-romantis.jpg)Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya. Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadam (pembantu)-nya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.” Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam”. Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka” Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan ?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !” Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!” Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !” Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikankebaikanku di sisi Allah Ta’ala”. Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,”Assalamu’alaikum…” Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya . Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ? Setelah Tsabit duduk di samping istrinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta . Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?” Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?” Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempattempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”. Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya dan wanita tercantik. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah , dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”. Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit. Ditulis dalam Uncategorized Tag: apa adanya, apel, bisu, buah dari kesabaran, buta, cantik, istri, istri sholehah, kisah romantis, lumpuh, manjaga diri, menikah, menjaga dari yang haram, paling romantis, pemuda shaleh, romantis, sabar, tuli, walimah

Tinggalkan komentar

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.