Chemical Engineering [PDF]

Jan 17, 2013 - Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai berikut. 2.2.1 Klasifikasi. Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Ordo : Palmales. Famili : Palmae. Sub-famili : Cocoidae.

5 downloads 45 Views 203KB Size

Recommend Stories


Chemical and Biochemical Engineering [PDF]
... naumoff sejuknya pagine coluche europe 1 resto du coeur liege the problem of knowledge ayer pdf to word significado de tatuagens estrela copped off british ..... adrian mutu la wowbiz Natural gas processing having a bipolar fathers m&s bond xem p

[PDF] Download Chemical Engineering Design
Don't fear change. The surprise is the only way to new discoveries. Be playful! Gordana Biernat

Chemical and Biochemical Engineering [PDF]
... naumoff sejuknya pagine coluche europe 1 resto du coeur liege the problem of knowledge ayer pdf to word significado de tatuagens estrela copped off british ..... adrian mutu la wowbiz Natural gas processing having a bipolar fathers m&s bond xem p

[PDF] Download Chemical Engineering Design
Be like the sun for grace and mercy. Be like the night to cover others' faults. Be like running water

Chemical Engineering
Every block of stone has a statue inside it and it is the task of the sculptor to discover it. Mich

Chemical Engineering
We can't help everyone, but everyone can help someone. Ronald Reagan

Chemical Engineering
If your life's work can be accomplished in your lifetime, you're not thinking big enough. Wes Jacks

Chemical Engineering
We can't help everyone, but everyone can help someone. Ronald Reagan

Chemical Engineering
If you feel beautiful, then you are. Even if you don't, you still are. Terri Guillemets

PdF Download Elements of Chemical Reaction Engineering
Courage doesn't always roar. Sometimes courage is the quiet voice at the end of the day saying, "I will

Idea Transcript


More Next Blog»

Create Blog Sign In

Chemical Engineering Teman-teman yang bermasalah dengan pdf yang di password sehingga tidak dapat di print atau di edit dapat juga mengirimkan datanya ke djoel.simata@gmail .com di atas. semoga berguna

Laman Beranda Forum Iklan

Cari di Blog Ini Telusuri

Inalum

Mengenai Saya

Djoel Simata Ikuti

4

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog Januari (1) September (3) Juli (2) Mei (2) April (6) Maret (9) Februari (17) Januari (7) Desember (3)

Berita Terbaru Oksigen Terlarut (OT) / Dissolved Oxygen (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlar... Chemical Oxygen Demand ( COD ) COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, d... AAS

Kamis, 17 Januari 2013

Teknik Sampling Sampling (Pengambilan Sampel Penelitian) Sampling merupakan persoalan metodologikal yang krusial dalam penelitian survei. Karena biasanya tidak mungkin melakukan survei terhadap seluruh angota populasi, maka para peneliti biasanya memilih sebuah sub kelompok (sampel) dari populasi tersebut. Prinsip pokok dalam memahami tentang pengambilan sampel (sampling) adalah bahwa bagaimana cara sampel tersebut dipilih mempengaruhi kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian. Sampel yang dipilih untuk penelitian harus serupa dengan populasinya, karena hasil atau kesimpulan penelitian yang diambil dari sampel akan diberlakukan/digeneralisasikan kepada populasinya. Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen. Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. Secara umum teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Probability Sampling a. Penarikan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling/SRS) Penarikan Sampel Acak Sederhana adalah teknik pengambilan sampel dimana semua populasi memiliki elemen dimana mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan populasi. b. Penarikan Sampel Probabilitas Kompleks (Complex Probability Sampling) 1) Penarikan Sampel secara Sistematis (Systematic Sampling) Penarikan Sampel secara sistematis adalah penarikan sampel dengan cara mengurutkan populasi. Contoh : a) Sebuah populasi yang berukuran 800, hendak diambil 20 sampel sebagai bahan penelitian. Tentukan nomornomor sampel yang dipilih b) Ke-800 sampel diberi nomor 001,002,…800 c) Ke-800 sampel dibagi menjadi 20 sub populasi yang terdiri dari 40 elemen d) Misal ditentukan sampel dengan nomor 007 e) Maka sampel berikutnya adalah : 047,087,127,167,207,247,287,327, 367,407,447,487,527,567,607,647,687,727,767. 2) Penarikan Sampel Acak Bertingkat (Stratified Random Sampling) Penarikan Sampel Acak Bertingkat adalah penarikan sampel berdasarkan karakteristik populasi. Contoh : a) Sebuah populasi terdiri dari 500 pedagang kaki lima, dengan komposisi 200 pedagang makanan, 150 pedagang barang mainan, 100 pedagang kerajinan, 50 pedagang rokok. Jika 20 pedagang kaki lima tersebut hendak dijadikan sampel penelitian, tentukan besarnya sampel. b) Kelompokkan sampel berdasarkan kriterianya. Stratum I : P. Makanan = 200 Stratum II : P. Barang Mainan = 150 Stratum III : Kerajinan = 100 Stratum IV : Rokok = 50 c) Pengambilan sampel dari masing-masing stratum Stratum I = 200/500 x 20 = 8 Stratum II = 150/500 x 20 = 6 Stratum III = 100/500 x 20 = 4 Stratum IV = 50/500 x 20 = 2 3) Penarikan Sampel Berkelompok (Cluster Sampling) Penarikan Sampel Berkelompok adalah penarikan sampel dengan pengelompokkan berdasarkan kesamaannya. Contoh : a) Sebuah desa yang memiliki 1500 KK, ingin diteliti mengenai respon penggunaan bumbu masak merek “ASSOI”. Untuk keperluan tersebut akan digunakan 100 KK b) Dari 1500 KK dibagi kedalam 7 kelompok dengan 20 KK tiap kelompok c) Dari 75 kelompok dipilih random sampel 5 kelompok d) Dari 5 kelompok diperoleh 5 x 20 KK = 100 KK. 2. Nonprobability Sampling a. Convenience Sampling Convevience Sampling adalah penarikan sampel yang dalam pencariannya sesuka hati yang melakukan penelitian. Contoh : Pengambilan sampel mengenai ramalan tentang partai mana yang akan menjadi pemenang pada pemilu yang akan datang. Pengambilan sampelnya dilakukan dengan mengumpulkan opini masyarakat. b. Purposive/Judgmental Sampling Purposive/Judgmental Sampling adalah penarikan sampel dengan mempertimbangkan keahlian orang yang akan diteliti. Contoh : Dari penyebaran 150 kuesioner, ternyata yang kembali hanya 30%. Berdasarkan pertimbangan tertentu peneliti atau ahlinya, diputuskan untuk menggunakan kuesioner yang kembali itu sebagai sampel. c. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah penarikan sampel yang diambil berdasarkan inisial respondennya. d. Quota Sampling Quota Sampling adalah penarikan sampel 2 tahap yaitu tahap perkembangan kategori kontrol dan elemen sampel dipilih berdasarkan keputusan. Contoh : Sebuah kawasan yang dihuni oleh 1000 KK. Dalam rangka penelitian diperlukan 50 KK dalam kategori umur tertentu dan yang pendapatannya termasuk kategori tertentu. Dalam penentuan sampelnya yang 50 KK itu, maka petugas yang melakukan pertimbangannya sendiri.

[1] M. Rea dan Ricard A. Parker, Desinging and Conducting Servey Research: A Comprehensive Guide (San Fransisco: Jossey Bass, 1997), hal. 117. Jangan lupa tinggalkan comment ya ^_^ Diposting oleh Djoel Simata di Kamis, Januari 17, 2013

Tidak ada komentar:

Link ke posting ini



Jumat, 30 September 2011

PLASTIK Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan varias yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan

(Atomic Absorbsion Spektrophotometri) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yan... Nitrit (NO2) Nitrit (NO 2 ) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) o... Ammonium Metode Analisis (NH4+) Ammonium adalah ion yang apabila dengan sodium hidroksida akan menghasilkan ammonia. Kation monovalen (NH 4 + ) dapat dipandang sebagai prod... Kerja Fisik dan Konsumsi Energi[1] 2.5.1. Proses Metabolisme Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan bekerja yang memerlukan tenaga. Kita harus memperhatikan ba... NIOSH 2.1. NIOSH ( National Institute of Occupational Safety and Health ) [1] 1. Latar Belakang Berdirinya NIOSH ... Teknik

Sampling Kerja Sampling pekerjaan ( work sampling ) adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu tertentu secara acak yang dikembangkan b... Analisa Anion Untuk tujuan analisa kuantitatif, logam-logam dibagi atas 5 (lima) golongan : Golongan I Mengandung logam-logam yang kloridanya tidak... Stadar Mutu Air Minum (SNI 013553-2006) Air minum dalam kemasan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, c...

adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Pellet atau bijih plastik yang siap diproses lebih lanjut (injection molding, ekstrusi, dll) Plastik dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau gagal karena shear stress- lihat keplastikan (fisika) dan ductile. Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum. Plastik adalah polimer; rantai-panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer). Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

Jenis plastik Plastik dapat digolongkan berdasarkan: Sifat fisikanya 1. Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC) 2. Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekulmolekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida Kinerja dan penggunaanya 1. Plastik komoditas § sifat mekanik tidak terlalu bagus § tidak tahan panas § Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN § Aplikasi: barang-barang elektronik, pembungkus makanan, botol minuman 2. Plastik teknik § Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C § Sifat mekanik bagus § Contohnya: PA, POM, PC, PBT § Aplikasi: komponen otomotif dan elektronik 3. Plastik teknik khusus § Temperatur operasi di atas 150 °C § Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500 Kgf/cm²) § Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR § Aplikasi: komponen pesawat

Proses manufaktur plastik 1. Injection molding Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas diinjeksikan ke dalam cetakan. 2. Ekstrusi Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas secara kontinyu ditekan melalui sebuah orifice sehingga menghasilkan penampang yang kontinyu. 3. Thermoforming Lembaran plastik yang dipanaskan ditekan ke dalam suatu cetakan. 4. Blow molding Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas secara kontinyu diekstrusi membentuk pipa (parison) kemudian ditiup di dalam cetakan.

Sifat polimer konduktif Polimer semikonduktif dan konduktif adalah polimer terkonjugasi yang menunjukkan perubahan ikatan tunggal dan ganda antara atom-atom karbon pada rantai utama polimer. Ikatan ganda diperoleh dari karbon yang memiliki empat elektron valensi, namun pada molekul terkonjugasi hanya memiliki tiga (kadang-kadang dua) atom lain. Elektron yang tersisa membentuk ikatan , elektron yang terdelokalisasi pada seluruh molekul. Suatu zat dapat bersifat polimer konduktif jika mempunyai ikatan rangkap yang terkonjugasi. Contoh dari polimer terkonjugasi adalah plastik tradisonal (polyethylen), sedangkan polimer konduktif antara lain : polyacetilen, polpyrol, polytiopen, polyaniline dan lain lain.

Ethene polymerization.png

Pembuatan Polyacetilen Polimer konduktif dapat dibuat dari polyacetilen. Polyacetilen merupakan polimer terkonjugasi sederhana yang mempunyai dua bentuk: yaitu bentuk cis dan trans polyacetilen. Sedangkan pembuatan polyacetilen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 1. cara pemanasan 2. cara dopping. Polyacetilen bentuk trans dibuat dengan kondisi temperatur yang berbeda. Katalis Ti(O-n-C4H9)4-(C2H5)3Al.

Chemical Engineering Semua tentang rekayasa kimia

Follow by Email Email a ddress...

Submit

Total Tayangan Halaman

317,950

Temperatur (oC)

% trans

150

100

100

92,5

50

67,6

18

40,7

0

21,4

-18

4,6

-78

1,9

Temperatur yang menunjukan proses isomerisasi irreversibel dengan bentuk cis terjadi pada temperatur yang lebih tinggi pada 145 oC menghasilkan bentuk trans. Bentuk cis secara termodinamika kurang stabil dibandingkan dengan bentuk trans. Pada temperatur tinggi, dan secara spontan isomer cis dapat berubah menjadi trans. Konduktifitas polyacetilen dapat ditingkatkan dengan proses halogenasi. Struktur polyacetilen dapat mengalami resonansi sehingga konduktifitasnya menjadi lebih besar. Adanya resonansi pada poliasetilen menyebabkan material dapat menghantarkan arus listrik. Bila klorin ditambahkan pada film, ternyata tidak menghasilkan spektrum garis, tetapi reaksi adisi klorin menghasilkan spektrum polyacetilen yang jelas. Sekarang dikenal doping-induced pita IR yang disusun dari 3 pita yaitu pada 1397, 1288 dan 888 cm-1, absorbsi kuat jelas dibanding undoped polymer

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Proses Pembuatan Plastik Sampah Plastik

Pengikut

Sampah plastik adalah bahan buangan yang terbuat dari plastik yang sudah tidak terpakai dan tidak bermanfaat lagi bagi kehidupan manusia. Sampah plastik dapat menjadi berguna kembali setelah sampah plastik tersebut didaur ulang. Daur Ulang Plastik Daur ulang plastik adalah melakukan proses dasar daur ulang untuk mengolah sampah plastik menjadi pellet atau bijih plastik yang merupakan bahan dasar pembentuk plastik menurut produk yang diinginkan. Dalam proses ini, jenis bahan baku yang digunakan menentukan jenis bijih plastik yang dihasilkan. Bahan Baku Daur Ulang Bahan baku daur ulang dengan kualitas satu merupakan plastik yang belum pernah didaur ulang sebelumnya atau hanya pernah sekali saja didaur ulang.

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Buat teman-teman pengunjung blog ini, yang ingin mengubah file basis doc, docx, dan document lainnya menjadi basis pdf silahkan kirimkan filenya ke djoel.simata@gmail .com.

Jenis Bahan Baku Berdasarkan warna dan struktur kimia plastik: 1. LPDE neutral (kantong dan lembaran plastik berwarna putih maupun transparan). 2. LPDE black (kantong dan lembaran plastik berwarna hitam maupun sedikit campuran warna yang lain) 3. LLDPE produk Produk yang dihasilkan melalui proses daur ulang berupa pellet atau bijih plastik dengan ukuran 4-6 mm. Tahapan Proses Tahapan proses daur ulang digolongkan menjadi 2 bagian besar, yaitu: • Bagian proses sortir bahan baku yang menggunakan tenaga manusia. • Bagian proses yang menggunakan mesin. Produksi Bijih Plastik 1. Sortir Merupakan proses pemisahan yang pertama kali dilakukan. Pada proses ini dilakukan pekerjaan untuk memisahkan bahan baku yang datang dan membuang material/ benda asing yang tidak diharapakan masuk ke dalam proses. 2. Pemotongan Proses ini dilakukan untuk mengurangi ukuran material dan mempermudah proses selanjutnya, dengan cara memotong atau merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik). 3. Pencucian Tujuan : agar tidak menggangu proses penggilingan. Terdiri dari 2 tahap, yaitu: Prewashing Untuk memisahkan material-material asing terutama agar tidak ikut dalam proses selanjutnya menggunakan media cair sebagai sarana untuk mencuci material dan membawa material asing keluar dari proses. PencucianTahap 2: Menggunakan mesin friction water. Materi dicuci kembali oleh ulir menanjak yang berputar pada putaran tinggi sehinggga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing yang masih terdapat pada bahan. Masih menggunakan media air untuk membawa material asing keluar dari proses. Pengeringan Secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga air dapat keluar dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan benar-benar terbebas dari suhu yang melekat 5. Pemanasan Material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses pemanasan material pada suhu 200oC. Suhu panas dihasilkan oleh heater. Selanjutnya lelehan dialirka untuk menuju proses penyaringan 6. Penyaringan Dilakukan dengan lembaran besi yang dilobangi sebesar kira-kira 4mm di seluruh permukaannya. Diharapkan lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akn dipotong-potong. 7. Pendinginan Setelan berbentuk silinder, material dilewatkan pada air dingin sebagai media pendingin. 8. Pencetakan/Penggilingan Pencetakan bijih plastik dilakukan dengan membentuk lelehan plastik menjadi berbentuk mie dengan diameter 4 mm. 9. Pembungkusan dan Pemeriksaan Dilakukan [embungkusan terhadap material kering dalam karung plastik. Pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan baik. 10. Proses Pembuatan Kantong Plastik Pembuatan kantong plastik menggunakan metode ekstruksi. Pellet (bijih besi) dimasukkan lewat corong, kemudian didorong ke screw baja dan dialirkan di sepanjang bejana barrel untuk dipanaskan. Pada ujung ekstruder, lelehan melalui die untuk menghasilkan ekstrudat dengan bentuk sesuai keinginan. Bagian-bagian Screw •Bagian umpan berlekuk saluran terdalam. •Bagian kompresi berfungsi untuk melelehkan, mencampur, dan mengempa resin, serta mendorong balik udara yang terikut ke bagian umpan. •Bagian metering memberi tekanan balik dan mengukur penyaluran lewat die sehingga output seragam dan terkontrol.

Persiapan Bahan Dilakukan pengujian MFI (Melt Flow Index) untuk menguji viskositas material. Semakin tinggi berat molekul material maka semakin rendah nilai MFInya. Bahan dengan nilai MFI kecil akan membutuhkan suhu yang lebih besar untuk kemudahan alirannya. Persiapan Bahan (2) Jika bahan baku yang digunakan adalah pellet atau bijih plastik hasil daur ulang maka pengujian MFI tidak diperlukan. Material yang digunakan tidak murni dan tidak diketahui komposisi yang sebenarnya. Untuk menghasilkan produk yang baik, langkah yang dilakukan adalah trial and error dan pengontrolan yang intens.

Pencampuran I Bijih plastik yang sudah dipersiapkan dicampurkan dengan zat aditif yaitu pigmen sebagai pewarna kantong plastik nantinya. Pencampuran dilakukan dengan mixer dalam tabung mixer. Pengeringan Pellet Proses pengeringan dilakukan terhadap campuran homogen pellet dan pigmen menggunakan oven dryer. Material dimasukkan ke dalam oven, selanjutnya oven dryer ditutup dan diset pada temperatur sesuai kebutuhan dan sesuai material yang sedang dikeringkan. PENCAMPURAN II 1. Proses pencampuran untuk mendapatkan campuran yang homogen antara material polimer dengan aditif yang sudah berupa lelehan polimer. Pencampuran ini berlangsung dalam mesin ekstrusi 2. Pencampuran ini terdiri atas dua macam pencampuran yaitu: Pencampuran Kering dan Pencampuran Panas a. Pencampuran Kering (Dry Blending) Pencampuran antara material bijih plastik dengan aditif yang digunakan menjadi homogen tanpa menggunakan panas dan kontak hanya terjadi pada permukaan saja. Pencampuran Panas (Hot Blending) Proses Pencampuran antara material bijih plastik dengan aditif agar menjadi homogen menggunakan panas untuk memperoleh dispersi panas yang lebih baik. Beberapa alat yang menggunakan prinsip ini adalah extruder, banbury mixer, dan granulator. 3. Pembuatan kantong plastik Campuran plastik yang sudah melalui proses ekstrusi dengan menggunakan ekstruder yang dilengkapai dengan die akan membentuk lembaran plastik berbentuk tabung. Pembuatan lembaran plastik ini menggunakan air cooling ring(pendingin). Lembaran – lembaran ini kemudian digulung baru dimasukkan dalam mesin cetak untuk membentuk kantong plastik.

Jangan lupa tinggalkan comment ya Diposting oleh Djoel Simata di Jumat, September 30, 2011

1 komentar:

Link ke posting ini



Pematangan Buah Sawit 2.1. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. (Yan Fauzi,2002) Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malaysia dan menjadi sumber devisa utama sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang diperoleh relatif kecil. (Suyatno Risza, 1994) 2.2. Varietas Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai berikut. 2.2.1 Klasifikasi Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub-famili : Cocoidae Genus : Elais Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2. Elaieis melanococca atau Corozo oleifera ( kelapa sawit Amerika Latin) Varietas/tipe : Digolongkan berdasarkan : 1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp): dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, pisifera, dan Tenera. 2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. 2.2.2 Tipe – tipe Kelapa Sawit Pembagian tipe kelapa sawit didasarkan pada warna buah (kulit,exocrap) dan ketebalan cangkang. Pada spesies Elaeis guineensis Jacq., dikenal beberapa tipe kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna buah dan ketebalan cangkang. 1. Berdasarkan Warna Buah Berdasarkan warna buah, tipe-tipe kelapa sawit dibedakan sebagai berikut. a. Tipe Nigrescens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah mentah berwarna ungu (violet) sampai hitam, sedangkan pangkalnya agak pucat. Setelah buah matang, warna buah berubah menjadi merah-kuning. Tipe ini banyak dijumpai dimana – mana. b. Tipe Virescens: Tipe ini memiliki ciri buah mentah berwarna hijau. Setelah matang, buah menjadi merah – kuning (oranye) tetapi bagian ujungnya tetap kehijau – hijauan. Tipe ini sudah jarang dijumpai di lapangan. c. Tipe Albascens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah muda berwarna kuning pucat, sedangkan buah masak berwarna kuning tua karena mengandung karotein. Ujung buah berwarna ungu kehitam – hitaman. Tipe ini sudah sulit dijumpai dan kurang disukai untuk dibudidayakan. (Djoehana Setyamidjaja,2006) Tabel 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas

Warna buah muda

Nigrescens

Ungu kehitam – hitaman

Virescens

Hijau

Abescens

Warna buah masak Jingga kehitam – hitaman Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau Kekuning – kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

Keputih – putihan

2. Berdasarkan Tebal Tipis Cangkang Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe – tipe kelapa sawit sebagai berikut. a. Tipe Dura: Tipe ini memiliki cici – cirri daging buah (mesocrap) tipis, cangkang (endocarp) tebal (2 – 8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen minyak 17% - 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor (aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848), kemudian dikembangkan di Deli yaitu daerah sekitar Medan (dahulu kerajaan Deli). Dewasa ini tipe Deli Dura banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit. b. Tipe Pisifera: Tipe ini memiliki cirri – cirri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknyatinggi. Bunga kelapa sawit tipe Pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai “pohon bapak” dalam persilangan tipe Dura/Deli Dura. c. Tipe Tenera: Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe Dura dan Pisifera.Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0,5 – 4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak seperti Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun lebih banyak daripada tipe Dura, tetapi ukurannya lebih kecil. (Djoehana Setyamidjaja, 2006)

Tabel 2. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Varietas

Deskripsi

Dura

- Tempurung tebal (2 – 8 mm) - Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung - Daging buah relatif tipis, yaitu 35 - 50% terhadap buah - Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah - Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina

- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada - Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura - Daging biji sangat tipis - Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan

Pisifera

- Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera - Tenpurung tipis (0,5 – 4 mm) - Terdaapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung - Daging buah sangat (60 - 96% dari buah) - Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil

Tenera

2.3 Panen Kelapa Sawit Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. 2.4 Kriteria Matang Panen Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. 2.4.1 Cara panen Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal ini tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia, - Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos. - Tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam. - Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit bergagang panjang. 2.4.2 Fraksi TBS dan mutu panen Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor pentin yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik.

Table 3. Tingkatan Fraksi TBS No

Kematangan

Fraksi

1.

Mentah

00

Tidak ada, buah berwarna hitam

Sangat mentah

0

1 – 12,5% buah luar membrondol

Mentah

1

12,5 – 25% buah luar membrondol

2

25 – 50% buah luar membrondol

Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I

2.

Jumlah Brondolan

Keterangan

Matang

Lewat matang II

3.

3

50 – 75% buah luar membrondol

4

75 – 100% buah luar membrondol

5

Buah dalam juga membrondol, ada

Lewat matang buah yang busuk

Derajat kematangan yang baik yaitu tandan – tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, dan 3. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. ( Tim Penulis PS,1997 )

2.5. Minyak Sawit Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit (mesocrap) tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak sawit kasar yang dikenal dengan istilah CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak yang diperoleh dari ekstraksi dari bagian mesokrap buah. (Seto, Sagung. 2001) Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama -karoten). Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Penentuan saat panen adalah sangat menentukan. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (melepas dari tandannya). Kematangan tandan dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Seminggu sebelum matang, yaitu 19 minggu setelah penyerbukan, minyak yang terbentuk baru 6 – 7%. Menjelang pematangannya pembentukan minyak berlangung dengan cepat sehingga mencapai maksimumnya, yaitu sekitar 50% berat terhadap daging buah segar pada minggu ke-20 setelah penyerbukan. Hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas dalam buah kelapa sawit terjadi sejak buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah karena proses pembusukan, pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat. Pembentukan ALB oleh mikroorganisme juga dapat terjadi bila suasana sesuai, yaitu pada suhu rendah di bawah 50oC, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Minyak sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu di atas 90oC seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua mikroorganisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8% mikroorganisme tidak dapat berkembang dan jika lebih tinggi maka minyak ditimbun dalam keadaan panas sekitar 90 – 95oC. ( Mangoensoekarjo, 2003) 2.5.1 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan, dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan beberapa sifat fisik – kimia minyak kelapa sawit.

Table 4. Sifat Fisika – Kimia dari Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit Sifat

Minyak sawit

Minyak inti sawit

0,9000

0,900 – 0,913

1,4565 – 1,4585

1,495 – 1,415

48 – 56

14 – 20

196 – 205

244 – 254

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40oC Bilangan Iod Bilangan Penyabunan

Sumber : Krischenbauer (1960) Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. ( S. Ketaren, 1986) 2.5.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Pada tabel di bawah ini tercantum panjang rantai dan sifat – sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit. Table 5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Asam Jumlah Tak Jenuh Titik Lebur Asam Lemak, % Berat o ( C) Lemak Karbon Minyak Sawit Kaprilat

M.Inti sawit

8

16,7

-

2,7 (3 – 5)

10

31,6

-

7,0 (3 – 7)

Laurat

12

44,2

-

46,9 (40 – 52)

Miristat

14

54,4

1,4 (0,5 – 6)

14,1 (14 – 17)

16

62,9

40,1 (32 – 45)

8,8 (7 – 9)

18

69,6

5,5 (2 – 7)

1,3 (1 – 3)

47,0

80,8

Kaprat

Palmitat Stearat

Jumlah asam lemak jenuh Oleat

18

1

14

42,7 (38 – 52)

18,5 (13 – 19)

Linoleat

18

2

-5

10,3 (5 – 11)

0,7 (0,5 – 2)

53,0

19,2

Jumlah asam lemak tak jenuh

( Mangoensoekarjo, 2003) Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat. 2.5.3 Keunggulan Minyak Kelapa Sawit Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dalam CPO kadar sterol berkisar antara 360 – 620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu but ir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat dinyatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah).(Yan Fauzi, 2002) 2.5.4 Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan industri nonpangan. A. Minyak Sawit Untuk Industri pangan Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produk CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingka n minyak goreng lainnya, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehinnga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. B. Minyak Sawit Untuk Industri Nonpangan Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Kandungan minyak dalam sawit berjumlah kurang lebih 1%, diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokimikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metal ester, dan gliserin. Bahan – bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri komestik dan aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen. (Yan Fauzi, 2002) 2.6 Mutu Minyak Sawit Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar – benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing – masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor – faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standart mutu minyak sawit seperti:

Table 6. Standart Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit. Karakteristik Inti Sawit Keterangan Minyak Minyak Inti Sawit Sawit Asam Lemak bebas

5 %

3,5%

3,5%

Maksimal

Kadar kotoran Kadar

0,5%

0,02%

0,02%

Maksimal

zat menguap

0,5%

7,5%

0,2%

Maksimal

6 meq

-

2,2 meq

44–58 mg/gr

-

10,5–18,5 mg/gr

Lovibond

10 ppm

-

-

Kadar minyak

3-4 R

-

-

-

47%

-

-

6%

-

-

15%

-

Bilangan peroksida Bilangan iodine Kadar logam (Fe, Cu)

Kontaminasi Kadar pecah

Maksimal - Minimal Maksimal Maksimal

2.7 Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Asam lemak bebas (ALB) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Kadar ALB minyak kelapa sawit dianggap sebagai Asam Palmitat ( berat molekul 256). ALB yang tinggi menimbulkan kerugian dalam Rafinasi dan korosi logam proxidant seperti besi dan tembaga. Rata-rata kadar ALB adalah sebesar 3,5% dalam bentuk asam palmitat, hal ini menunjukkan bahwa kandungan ALB yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih masuk dalam kualitas yang ditetapkan oleh SNI yaitu sebesar 5%, walaupun di beberapa PKS memiliki ALB lebih besar dari 4%. Asam – asam lemak yang terdapat sebagai ALB dalam CPO terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Untuk ALB dalam CPO komponen utamanya adalah asam palmitat dan oleat. (Naibaho, P. 1998) Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor- faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.(Tim Penulis PS, 2000) Pembentukan ALB dikatalis oleh enzim lipase yang terdapat dalam sel mesokrap atau yang berasal dari luar sel seperti yang dihasilkan oleh bakteri maupun kapang. Kerusakan fisik akibat transportasi, ataupun penundaan panen dan pengangkutan akan meningkatkan jumlah buah luka, memar ataupun rusak sehingga merangsang bekerjanya enzim lipase dan sebagai akibatnya ALB meningkat. Aktivitas enzim lipase sangat dipengaruhi oleh suhu. Kecepatan hidrolisa oleh enzim lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada suhu rendah, sedangkan pada kondisi yang cocok proses hidrolisa oleh enzim lipase akan sangat cepat. Reaksi pembentukan ALB pada minyak kelapa sawit:

(Hutomo, T., 1991) Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain : - Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu. - Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah. - Penumpukan buah yang terlalu lama. - Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik. Setelah mengetahui faktor – faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatan lebih mudah dilakukan. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum matang (saat proses biokimia belum sempur na) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah pemanenan tandan buah segar harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Sebaiknya panen dilakukan pada saat buah berumur 15 – 17 minggu, karena pada saat itu tidak terjadi peningkatan asam lemak bebas yang terbentuk antara lain karena penguraian lemak oleh enzim lipase yang mulai aktif pada mesokrap yang berumur 16 – 20 minggu. (Tim Penulis PS, 2000) Meningkatnya kandungan ALB disebabkan oleh 3 peristiwa: 1. Peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi biologis dalam buah yaitu proses buah menjadi lewat matang atau mulai membusuk. 2. Jatuhnya tandan buah ke tanah waktu dipanen, yang menyababkan terjadinya goresan atau memar. 3. Penanganan (handling) buah dalam rangka pengankutan ke Tempat Pemungutan Hasil (TPH) dan dari TPH ke pabrik. Sebelum dipasarkan, minyak ditimbun dalam tangki – tangki timbun yang memiliki ukuran serta kapasitas yang bervariasi. Isi tangki timbun dipanaskan pada suhu 50 – 60oC. Selama penimbunan ini kadar ALB juga dapat meningkat. Untuk menjamin agar kadar ALB tidak melebihi 5% maka sebaiknya kadar ALB tersebut dijaga agar tidak lebih 3,5% pada saat penimbunan. (Mangoensoekarjo, S., 2000)

Jangan lupa tinggalkan comment ya Diposting oleh Djoel Simata di Jumat, September 30, 2011

Tidak ada komentar:

Link ke posting ini

Beranda Langganan: Postingan (Atom)

[email protected]. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.



Postingan Lama

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.