Cradle - Documents - docslide.us [PDF]

Jul 2, 2015 - Hal ini disebabkan karena sumberdaya pada suatu daerah yang telah terganggu oleh aktivitas penambangan mem

2 downloads 18 Views 154KB Size

Recommend Stories


The Cradle to Cradle concept
Kindness, like a boomerang, always returns. Unknown

Cradle Country Visitor's Guide
I tried to make sense of the Four Books, until love arrived, and it all became a single syllable. Yunus

Cradle-SYS
Open your mouth only if what you are going to say is more beautiful than the silience. BUDDHA

Mineral Batuan PDF - Documents [PDF]
Jul 24, 2015 - Mineral Batuan Pdf Macam-Macam Mineral & Batuan Batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan biasanya berupa agregat mineral-mineral yang telah mengeras, (Kosmono). Batuan menurut genesanya (asal batuan) dibagi menjadi batuan beku

Spell - Documents - docslide.com.br [PDF]
Aug 5, 2015 - ... psico-físicas psicólogo psicólogos psicópata psicoanálisis psicoanalítico psicoanalista psicodélico psicofísica psicolingüística psicolingüísticas psicológica psicológico psicológico,ca psicológicos psicología psico

Cradle tales on Hinduism
Do not seek to follow in the footsteps of the wise. Seek what they sought. Matsuo Basho

Asty wahyu - Documents [PDF]
Apr 12, 2017 - 100406033 - WAHYU ARDHININGTIKA (1).pdf. SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ROMAWI SEBELUM REVOLUSI INDUSTRI MAKALAH Disusun Oleh : WAHYU ARDHININGTIKA NIM. 100406033 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN…

Court documents [PDF]
May 11, 2011 - Acs Support. Case 601127993 Rosales Mathew. P O Box 24017. Fresno, CA 93779-4017. Acs Support. Case No 458431647. Miller Vincent. Bensalem, PA 19020-0057. Action Bolt and Supply Inc. 1623 Cedar Line Drive. Rock Hill, SC 29732. Action C

New Customer Documents (PDF)
I cannot do all the good that the world needs, but the world needs all the good that I can do. Jana

soal A001 - Documents [PDF]
Jun 29, 2015 - A. JAWABLAH SOAL-SOAL BERIKUT DENGAN SINGKAT DAN BENAR 1. Siapakah Khalifah Islam yang pertama? 2. 3. 4. 5. 6. 7. lafadz bergaris bawah mempunyai hukum bacaan«« Secara historis, manusia adalah anak turun dari Nabi Adam AS. Karena itu

Idea Transcript


(https://docslide.us/register.html)

(https://docslide.us/)

HOME (HTTPS://DOCSLIDE.US/) LEADERSHIP (HTTPS://DOCSLIDE.US/CATEGORY/LEADERSHIP-MANAGEMENT.HTML) TECHNOLOGY (HTTPS://DOCSLIDE.US/CATEGORY/TECHNOLOGY.HTML) EDUCATION (HTTPS://DOCSLIDE.US/CATEGORY/EDUCATION.HTML) MORE TOPICS (HTTPS://DOCSLIDE.US/CATEGORY.HTML)

Home (https://docslide.us/) / Documents (https://docslide.us/category/documents.html) / Cradle (https://docslide.us/documents/cradle-559546d5af92c.html)

Cradle Category

View

Download

Posted on

REPORT (HTTPS://DOCSLIDE.US/REPORT-COPYRIGHT/CRADLE-559546D5AF92C/5571FA7C49795991699252FC) Documents (https://docslide.us/category/documents.html) 149 2 02-JUL-2015

Please download to view (https://docslide.us/download/link/cradle-559546d5af92c) TUGAS PENGELOLAAN B3 TL - 3204 CRADLE TO GRAVE LIMBAH PERTAMBANGAN (TAILING) Kelompok IV: Camelia Indah M. Luciana Stephanie Pratiwi Utamiputri Kania Mayang L. Ayu Disa Anissa S. Adisty Dwi U. Adhiet Bayu W. Titis Sekar N. Sonya Christania Sarah Ayunita 15307060 15307062 15307064 15307068 15307070 15307072 15307074

RECOMMENDED

15307076 15307078 15307080 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Pertambangan adalah usaha mengelola sumberdaya alam yang tidak terbaharui dengan mengambil mineral berharga dari dalam bumi. Pertambangan memang memiliki potensi untuk merusak lingkungan. Dewasa ini paradigma pertambangan sudah mulai bergeser dari pilar keuntungan ekonomi menjadi tiga pilar, yaitu orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan.

(https://docslide.us/documents/cradle-to-cradleintroduction.html)

Cradle to Cradle Introduction (https://docslide.us/documents/cradleto-cradle-introduction.html)

Berlanjutnya sistem ekologi di sekitar wilayah pertambangan sangat berkaitan pula dengan daya dukung wilayah tersebut.

Documents

Hal ini disebabkan karena sumberdaya pada suatu daerah yang telah terganggu oleh aktivitas penambangan memiliki batas

(https://docslide.us/category/documents.html)

kemampuan untuk menghadapi perubahan, mendukung sistem kehidupan, serta menyerap limbah. Potensi penurunan fungsi lingkungan yang masih mungkin terjadi adalah akibat masuknya tailing sebagai hasil sampingan produk pertambangan ke dalam lingkungan. Karena pembuangan tailing ini berjalan terus seiring produksi perusahaan maka volume yang dikeluarkan juga akan ada dalam jumlah besar sehingga perlu pengelolaan yang kontinyu dan akurat. Pengertian Tailing Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang. Selain tailing kegiatan tambang juga menghasilkan limbah lain, seperti: limbah batuan keras (overburden), limbah minyak pelumas, limbah kemasan bahan

(https://docslide.us/business/invista-cradle-tocradle.html)

Invista, Cradle to Cradle (https://docslide.us/business/invistacradle-to-cradle.html) Business

(https://docslide.us/category/business.html)

kimia, dan limbah domestik. Limbah-limbah itu hanyalah salah satu bagian dari sekian banyak permasalahan pertambangan yang ada. Tailing sebenarnya merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penggerusan batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya. Tailing umumnya memiliki komposisi sekitar 50% batuan dan

(https://docslide.us/documents/composil-cradleto-cradle.html)

mencemarkan lingkungan baik dilihat dari volume yang dihasilkan maupun potensi rembesan yang mungkin terjadi pada

Composil, Cradle to Cradle (https://docslide.us/documents/composilcradle-to-cradle.html)

tempat pembuangan tailing. Tailing hasil ekstraksi logam seperti emas dan nikel umumnya masih mengandung beberapa

Documents

50% air sehingga sifatnya seperti lumpur (slurry). Sebagai limbah, tailing dapat dikatakan sebagai sampah dan berpotensi

logam dengan kadar tertentu. Logam ini berasal dari logam yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan mineral berharga itu sendiri. Mineral yang mengandung emas dan perak biasanya berasosiasi dengan logam perak, besi, krom, seng dan tembaga seperti kalkokpirit (CuFeS2) dan berbagai mineral sulfida lain sehingga dapat dikatakan bahwa limbah tailing dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Karena di dalam tailing kandungan logam berharga sudah sangat sedikit dan dalam jumlah yang tidak ekonomis, maka tailing ini biasanya dibuang. Perbandingan logam berharga

(https://docslide.us/category/documents.html) (https://docslide.us/real-estate/cradle-to-cradleinformatiekaart.html)

Cradle to Cradle informatiekaart (https://docslide.us/real-estate/cradleto-cradle-informatiekaart.html)

sepeti emas dan tailing sangat besar. Untuk penambangan emas dan perak secara bawah tanah di Jawa Barat, dalam satu

Real Estate

ton bijih batuan hanya mengandung rata-rata Au 9 gr/ton dan Ag 96 gr/ton (Antam, 2006). Sedangkan di daerah lain yang

(https://docslide.us/category/real-estate.html)

menambag emas porfiri dan tembaga hanya dengan kadar rata-rata hanya Au 0,3 gr/ton dan Ag 1,06 gr/ton. Perbedaan volume dan kadar yang besar ini menyebabkan jumlah tailing hasil pengolahan dan penambangan sangat besar. Untuk penambangan dengan sistem open pit, jumlahnya sangat besar. Sebuah tambang tembaga asing menghasilkan 40 juta ton tailing per tahunnya kemudian dengan skala lebih besar lagi menghasilkan lebih dai 81 juta ton tailing tiap tahunnya. Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga menyerupai bubur kental oleh pabrik pemisah mineral dari bebatuan. Proses itu dikenal dengan sebutan proses penggerusan. Batuan yang mengandung mineral seperti

(https://docslide.us/documents/architecturecradle-to-cradle.html)

Architecture Cradle to Cradle (https://docslide.us/documents/architecture cradle-to-cradle.html) Documents

(https://docslide.us/category/documents.html)

emas, perak, tembaga dan lainnya,diangkut dari lokasi galian menuju tempat pengolahan yang disebut Processing Plant dimana proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan hancur menyerupai bubur, biasanya dimasukan bahan kimia tertentu seperti sianida atau merkuri agar mineral yang dicari mudah terpisah. Mineral yang berhasil diperoleh biasanya

(https://docslide.us/business/cradle-to-cradlekort.html)

dibuang ketempat pembuangan. Dalam kegiatan pertambangan skala besar, pelaku tambang selalu mengincar bahan

Cradle To Cradle Kort (https://docslide.us/business/cradleto-cradle-kort.html)

tambang yang tersimpan jauh didalam tanah,karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik.Untuk

Business

berkisar antara 2% sampai 5% dari total bantuan yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi tailing, dan

mencapai wilayah konsentrasi mineral didalam tanah,perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas yang disebut tanah pucuk (top soil). Top soil ini kemudian disimpan disuatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan pasca penambangan. Setelah pengupasan tanah pucuk, penggalian batuan tak bernilai dilakukan agar mudah mencapai konsentrasi mineral. Karena tidak memiliki nilai, batu-batu itu dibuang sebagai limbah, dan disebut limbah batuan keras (overburden). Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawah ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan-batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Tailing hasil penambangan emas

(https://docslide.us/category/business.html) (https://docslide.us/travel/cradle-to-cradlenme.html)

Cradle To Cradle Nme (https://docslide.us/travel/cradle-tocradle-nme.html) Travel

(https://docslide.us/category/travel.html)

biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral itu antara lain: kuarsa, klasit dan berbagai jenis aluminosilikat. Walau demikian,tidak berarti tailing yang dibuang tidak berbahaya. Sebab, tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti; Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (pb), Merkuri (Hg) Sianida (Cn) dan lainnya. Logam-logam yang berada dalam tailing sebagian adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada awalnya logam itu tidak berbahaya jika terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada kegiatan tambang, logam-logam itu ikut terangkat bersama batu-batuan yang digali, termasuk batuan yang digerus dalam processing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman ketika terurai dialam bersama tailing yang dibuang.

(https://docslide.us/health-medicine/cradle-tocradle.html)

Cradle To Cradle (https://docslide.us/healthmedicine/cradle-to-cradle.html) Health & Medicine

(https://docslide.us/category/healthmedicine.html)

Tailing Sebagai Limbah Pengertian limbah berdasarkan PP No. 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Jika melampaui nilai ambang batas dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya. Tailing berpotensi sebagai sumber pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pengotoran lingkungan, pencemaran air dan tanah. Pengertian tailing diatas dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas pengolahan dan penambangan, tidak terpakai, karena membahayakan lingkungan harus dikelola dari lingkungan. Dengan demikian diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola tailing ini. Tailing penambangan emas sebagai limbah adalah sisa setelah terjadi pemisahan konsentrat atau logam berharga dari bijih batuan di pabrik pengolahan, bentuknya merupakan batuan alami yang telah digerus. Dalam artian sebagai limbah, tailing ini tidak bernilai karena hanya sebagai produk sisa atau buangan dari pengambilan emas dan perak. Tailing Sebagai

(https://docslide.us/business/ahrend-cradle-tocradle.html)

Ahrend, Cradle to Cradle (https://docslide.us/business/ahrendcradle-to-cradle.html) Business

(https://docslide.us/category/business.html) (https://docslide.us/real-estate/factsheet-cradleto-cradle.html)

sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain. Dengan demikian

Factsheet Cradle to Cradle (https://docslide.us/realestate/factsheet-cradle-to-cradle.html)

diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah dari hanya sekedar limbah yang tidak termanfaatkan. Tailing sebagai

Real Estate

sumberdaya telah mulai dimanfaatkan di beberapa perusahaan pertambangan baik di dalam maupun luar negeri. Komposisi

(https://docslide.us/category/real-estate.html)

Sumberdaya Dilain pihak terdapat pengertian bahwa tailing merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan

utama tailing hasil penambangan emas umumnya adalah kuarsa, lempung silikat dan beberapa logam yang terkandung di dalamnya (Prasetyo, 2005). Komposisi tailing seperti ini ditambah lagi dengan ukuran yang halus membuat banyak tailing dimanfaatan sebagai media tanam untuk reklamasi, pengurukan lahan reklamasi dengan sistem cutt and fill serta pembuatan bahan bangunan dan agregat. Untuk pembuatan bahan bangunan dan beton ini, tailing digunakan sebagai bahan utama dan ditambahkan beberapa bahan aditif lainnya. BAB II LIMBAH TAILING DAN PENANGANANNYA 2.1 Kasus Kasus yang Terkait Mengenai Limbah Tailing PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan kontrak karya

(https://docslide.us/documents/cradle-2cradle.html)

Cradle 2 Cradle (https://docslide.us/documents/cradle2-cradle.html) Documents

(https://docslide.us/category/documents.html)

pertambangan emas yang berlokasi di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongodow, Propinsi Sulawesi Utara. Kontrak Karya (KK) antara PT. NMR dengan Pemerintah Republik Indonesia ditandatangani pada tanggal 2 Desember 1986. Dokumen AMDAL PT. NMR disetujui pada tanggal 17 November 1994. PT. NMR telah mulai berproduksi sejak mulai bulan

(https://docslide.us/business/cradle-to-cradleverpakken.html)

NMR) adalah perusahaan tambang emas yang menerapkan Sistem Penempatan Tailing Bawah Laut/ Submerine Tailing

Cradle to Cradle Verpakken (https://docslide.us/business/cradleto-cradle-verpakken.html)

Placement (STP) terhadap hasil akhir proses pengolahan emas yang dilakukan. Tailing PT. NMR berupa lumpur kental

Business

Maret 1996 Permasalahan Sistem Penempatan Limbah Bawah Laut/Tailing dimana PT. Newmont Minahasa Raya (PT.

(slurry) yang terdiri atas air dan partikel batuan yang sangat halus (>70 mikron) yang dihasilkan dari proses penghancuran, penggilingan dan pemanggangan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas. Perbandingan antara padatan dan cairan dari tailing ini adalah kurang lebih 40% padatan dan 60% cairan. Penempatan tailing dalam bentuk lumpur kental (slurry) disalurkan lewat pipa didasar laut sampai kedalaman 82 meter dan dengan perbedaan densitas antara tailing dan air Iaut membuat tailing mengendap ke dasar Iaut. Bagian penting dari suatu proses pengelolaan emas adalah dimana tailing akan

(https://docslide.us/category/business.html) (https://docslide.us/business/cradle-2-cradlepromotions.html)

Cradle 2 Cradle Promotions (https://docslide.us/business/cradle-2cradle-promotions.html)

ditempatkan sesudah proses produksi. PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan tambang yang memanfaatkan

Business

dasar laut sebagai media untuk menempatkan tailing yang dihasilkan dari proses penambangan. Dalam dokumen AMDAL

(https://docslide.us/category/business.html)

disebutkan bahwa tailing hasil pengolahan bijih emas akan ditempatkan di bawah laut melalui pipa, dengan ujung pipa pada kedalaman 82 meter di bawah permukaan laut pada jarak sekitar 800 meter dari pantai. Sistem penempatan tailing dibawah ini disebut Submarine Tailing Placement (STP). Pemilihan sistem ini didasarkan pada pertimbangan kondisi lingkungan di

sekitar pertambangan. Dampak utama yang penting dari sistem ini adalah pengendapan dan penimbunan yang timbul akibat penempatan tailing didasar laut. Submarine Tailing Placement (STP) atau Submarine Tailing Disposal (STD) atau sistem pembuangan limbah tailing ke dasar laut, pertama-tama digunakan pada tahun 1971 oleh perusahaan tambang emas Island Copper Mine (ICM), Canada, dimana merupakan basis dari STD didesain dan dikembangkan untuk kegiatan pertambangan

(https://docslide.us/documents/cradle-to-cradledesign.html)

Cradle to Cradle Design (https://docslide.us/documents/cradleto-cradle-design.html)

emas di daerah pesisir (Ellis, et al.1995a). Sampai saat ini, sistem tersebut digunakan oleh pertambangan lainnya yang

Documents

mempunyai sistem yang sama dengan milik ICM, diantaranya adalah PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) Manado dan

(https://docslide.us/category/documents.html)

PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) di Indonesia. Namun, masih terdapat pro dan kontra seputar penggunaan STD/STP di beberapa negara. Hal ini terjadi karena sistem tersebut masih menjadi perdebatan apakah aman terhadap lingkungan, dan beberapa isu-isu lingkungan lainnya berkembang di negara yang menggunakan sistem tersebut. Penelitian limbah tailing sebelumnya menyebutkan bahwa komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat menyebabkan pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan dan juga dapat menyebabkan rusaknya sumber daya ikan di sekitar lokasi pembuangan tailing pada dasarnya ada beberapa dampak penting yang secara konsisten terjadi di daerah pertambangan yang menggunakan STD/STP sekalipun pengontrolan

(https://docslide.us/documents/cradle-to-cradledesign-558453c4b323d.html)

Cradle to Cradle Design (https://docslide.us/documents/cradleto-cradle-design558453c4b323d.html) Documents

(https://docslide.us/category/documents.html)

dilakukan salah satu dampak tersebut adalah penutupan daerah dasar perairan dan bioakumulasi logam (Ellis,1988) dampak tersebut meliputi aspek fisik, biologi dan kimia. Terdapat perbedaan pendapat yang berkembang dengan model pengelolaan limbah tailing dengan menggunakan STD/STP, yaitu kelompok yang menyatakan bahwa limbah tailing tidak menyebabkan degradasi sumber daya dan lingkungan biofisik perairan Teluk Buyat. Pendapat ini berdasarkan kepada alasan teknis bahwa limbah tailing telah di tetapkan di perairan dengan kedalaman dibawah lapisan termoklin. Lapisan termoklin ini sangat stabil dan dapat mencegah (menghalangi) naiknya masa air dasar yang telah tersaluri tailing ke permukaan. Pendapat yang lain menyatakan bahwa perairan di sekitar teluk buyat telah menurunkan kualitas perairannya secara signifikan. Hal ini menurut mereka di buktikan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi dan menurunnya sumberdaya perikanan. Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal No. B1456/BAPEDAL/07/2000 tentang pembuangan limbah

(https://docslide.us/documents/cradle-to-cradle5584b606aaa4f.html)

Cradle To Cradle (https://docslide.us/documents/cradleto-cradle-5584b606aaa4f.html) Documents

(https://docslide.us/category/documents.html) (https://docslide.us/documents/heavenscradle.html)

Ecological Risk Assessment (ERA). Studi ERA tersebut telah dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sesuai dengan batas

Heaven's Cradle (https://docslide.us/documents/heavenscradle.html)

waktu yang di berikan, dan telah di sampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL pada tanggal 11

Documents

tailing ke Teluk Buyat, PT. NMR di haruskan untuk memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dan melakukan studi

Januari 2001. Di dalam salah satu tugas KLH adalah melakukan pemantauan kualitas lingkungan, untuk memenuhi banyaknya pertanyaan tentangkualitas lingkungan di lokasi kegiatan pertambangan. Untuk memenuhi tugas tersebut maka dilakukan pemantauan kualitas lingkungan di daerh pertambangan PT. Newmont Minahasa Raya, khususnya di Teluk Buyat sebagai lokasi tempat penimbunan tailing. 2.2 Submarine Tailing Disposal (STD) Pembuangan tailing ke laut kini semakin digemari. Penelitian dan kampanye dilakukan pendukung STD agar publik memberi dukungan terhadap sistem itu. Semula pembuangan tailing ke laut dikenal dengan sebutan Submarine Tailing Disposal (STD). Jika diterjemahkan bebas menjadi pembuangan tailing bawah laut. Istilah STD kurang oleh perusahaan pertambangan karena ada kata disposal berarti pembuangan. Mereka lebih suka menggunakan Submarine Tailing Placement (STP), karena terdapat kata placement berarti penempatan. STP bermakna seakan-akan perusahaan tidak membuang tailing ke laut akan tetapi menempatkannya di laut. Selain istilah STD dan STP masih terdapat istilah lain, yaitu DSTP (Deep Sea Tailings Placement) atau penempatan tailing di Iaut dalam. Istilah itu pun dipopulerkan oleh perusahaan pertambang. Terlepas dari politik penggunaan bahasa, ketiga istilah tersebut pada prinsipnya sama, yaitu membuang tailing di laut. Katup pengaman STD yang diyakini perusahaan pertambangan adalah lapisan termoklin. Lapisan dipandang mampu menghalangi munculnya tailing kepermukaan. Di Indonesia, STD pertama kali digunakan oleh PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) di Minahasa, Sulawesi Utara. Kemudian diikuti oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Dalam asumsi dasar, tailing yang dibuang ke laut berbentuk lumpur kental yang mengandung 45-45% padatan. Berat jenis kurang lebih 1,336 kg/m. Berat jenis ini lebih besar dari densitas air laut, yaitu kurang lebih 1,028 kg/m3. Oleh karenanya tailing akan mengalir sepanjang dasar laut. Semakin lama kecepatannya semakin berkurang. Akhirnya padatan tailing akan mengendap di dasar laut sebagai sedimen. Pergerakan tailing akan stabil karena ditahan oleh lapisan termoklin. Untuk mendukung pembuangan tailing ke laut, perusahaan membangun tangki pengumpul tailing, pompa lumpur sentrifugal, jalur pipa baja di darat, fasilitas stasiun katup pembuangan limbah (choke station), instrumentasi dan utilitas di tepi pantai. Pipa pembuangan limbah terbuat dari HDPE dan diberi cincin-cincin pemberat yang terbuat dari baja. Mulanya, tailing akan melalui proses dekstruksi sianida dan detoksifikasi di pabrik pengolahan. Hasilnya tailing menjadi lumpur kental. Lumpur ini bisa memiliki suhu antara 40°C sampai 50°C Dalam padatan tailing terdapat partikel-partikel yang sangat halus. Lebih dari 93% partikel tersebut berukuran lebih halus dari 74 mikron. Selanjutnya tailing ditampung pada tangki pengumpul. Dengan bantuan pompa sentrifugal tailing dialirkan melalui pipa menuju bawah laut. Stasiun pengatur yang terletak di tepi pantai bertugas mengatur aliran menurut berbagai laju produksi dan berat jenis lumpur (slurry) . Secara teoritik asumsi dan teknologi yang digunakan bisa saja benar. Tapi yang terjadi di lokasi NMR dan NNT menunjukkan tingkat ketepatan asumsi dan teknologi diragukan. Beberapa kali pipa tailing kedua perusahaan itu pecah. Apalagi termoklin yang diagungkan ternyata digugat banyak pihak. Faktor turbulance dan upwelling yang mampu menyebarkan tailing semakin menguatkan keraguan bahwa STD tidak seaman yang didengungkan perusahaan penggunanya. Dampak - Dampak STD Dampak utama STD yang berpengaruh negatif pada lingkungan hidup terdiri dari : rusaknya bentang dasar laut dan ekosistemnya, ancaman terhadap perikanan, struktural masyarakat nelayan; mengancam keselamatan hidup, degradasi habitat dan ekosistem laut, dan dampak sosial lain, seperti terbukanya konflik horisontal, trauma sosial, serta penggunaan kekuasaan untuk menekan masyarakat yang menolak STD. Dampak-dampak itu dikelompokkan dalam lima kelompok utama, sebagai berikut : y Pertama, rusaknya bentang dasar laut dan ekosistemnya. Bentang dasar laut dan ekosistemnya merupakan bagian paling rawan terpengaruh pembuangan tailing melalui sistem STD. Secara normal, ketika tailing keluar dari mulut pipa pembuangan, mengakibatkan kondisi air di sekitarnya jadi keruh. Tingkat kekeruhan air laut menghambat penetrasi cahaya matahari. Kondisi ini akan megganggu terjadinya proses fotosintesis didaerah perairan. Padahal proses tersebut ikut mengatur keseimbangan senyawa kimia dan mineral lainnya, seperti kandungan oksigen pada air laut. Akibat selanjutnya adalah keseimbangan kimia dan biologi perairan jadi terganggu. Selain itu tailing yang mengendap di dasar laut, menutup permukaan bentang dasar laut. Rantai makanan jadi terputus karenanya. Tailing didasar laut juga member! dampak buruk bagi benthos dan biota dasar laut lainnya. Bagi biota yang bisa migrasi, segera mengungsi ketika tailing datang menggangu habitatnya. Namun sebagian besar habitat dasar laut akan matimassal saat tailing datang menutupi. Dengan demikian dapat dipastikan, secara teoritik pun faktanya, STD secara sistematis merusak bentang dasar laut beserta ekosistemnya. y Kedua, STD merusak bentang dasar laut. Salah satu bukti bahwa STD merusak bentang dasar laut tersirat dalam kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam (PPLH) Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT). Hasil kajian Kelayakan Pembuangan Limbah Tailing ke Laut di Perairan Teluk Buyat yang dilakukan lembaga itu menemukan perubahan bentuk Bhatimetry (bentang lahan) perairan Teluk Buyat. Sebagaimana diketahui Teluk Buyat merupakan lokasi pembuangan limbah tailing Newmont Minahasa Raya, Hasil pengukuran menemukan limbah tailing setebal 10 meter pada kedalaman 80 90 meter (sekitar mulut pipa buangan) yang tersebar (deposisi) memenuhi semua tempat di dasar laut mulai kedalaman >60 meter.Hasil penelitian itu juga menyebutkan bahwa akibat kondisi perairan yang demikian memberi dampak pada usaha perikanan masyarakat setempat. Khususnya terhadap kualitas hasil tangkapan mereka. y Ketiga, ancaman terhadap perikanan. Dampak lain dari STD adalah turunnya hasil usaha perikanan. Nelayan Tradisional di sekitar lokasi pembuangan limbah taling menderita akibat STD. Wilayah tangkapan mereka menjadi berubah (lebih jauh dari sebelumnya), dan produktifitas tangkapan pun jadi menurun, karena rusaknya ekosistem laut. Penderitaan semakin bertambah karena sensrtifitas pasar. Hasil tangkapan ikan yang didapat dengan susah payah tidak laku di pasaran. Petaka yang melanda nelayan tradisional berdampak luas bagi sistem perdagangan lokal. Penampung dan pengecer ikan juga menerima imbas. Menurunnya pendapatan nelayan berdampak pada turunnya kemampuan daya beli mereka. Para penyedia barang dan jasa di bidang perikanan juga ikut terpengaruh. Akibatnya tata perekonomian lokal jadi terganggu. Dari sinilah proses pemiskinan struktural terjadi. Selain nelayan tradisional, pencari dan pedagang ikan komersial pun ikut menderita karena STD. Perdagangan yang berorientasi eksport tentu akan lebih keras menghadapi sensitifitas pasar. Hasil tangkapan ikan dari perairan yang diduga tercemar limbah tidak akan laku di pasaran. Lebih keras dari itu, ancaman boikot bisa setiap saat diberikan untuk seluruh produksi dari perairan laut yang bersentuhan dengan lokasi pembuangan limbah. y Keempat, mengancam keselamatan hidup. Limbah tailing yang dibuang ke darat, sungai atau laut, selalu mengandung logam berat seperti Merkuri (Hg), Arsenik (As) Cyanida (Cn) dan Kadmium (Cd). Di Indonesia logam berat dikenal sebagai material Bahan Berbahaya Beracun (B3). Secara teoritis tailing yang dibuang dan masuk ke laut telah melalui proses penghilangan racun yang dikenal dengan istilah proses detoksifikas. 1.5 STD ancaman bagi sumber perikanan Teluk Buyat. y Kelima, degradasi habitat di ekosistem laut. STD berpengaruh pada ekosistem perairan dalam dan dasar laut, salah satu ekosistem di dunia yang paling tidak dikenal, yaitu laut tropis dalam. STD juga berdampak langsung pada mahkluk hidup laut dalam yang besar, spektakuler, dan rapuh seperti paus lumba-lumba, coelacanths, hiu laut dalam, penyu berpunggung kulit dan bill fish. Fakta Dalam STD Sifat tailing yang mengandung kadar keasaman tinggi menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut. Belum lagi tailing dapat menyebar dan menutupi bentang laut karena jumlah buangannya sangat banyak. STD juga menimbulkan gangguan serius jaring-jaring makanan yang stabil dan kompleks, menjadi jaring-jaring makanan yang tidak stabil dan miskin keragamannya. Tidak bisa dipungkiri tailing yang dibuang ke laut mengikutkan logam-logam berat yang masuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam berbagai kadarnya. Proses detoksifikasi tidak 100% terserap oleh penambahan Natrium Sulfida dan Ferri Sulfat yang sering digunakan dalam proses itu. Artinya, kadar racun yang tersimpan dalam tailing tidak hilang oleh proses detoksifikasi. Logam berat yang tidak terserap selama detoksifikasi akan menumpuk di dasar laut. Dan bisa jadi pada saat tertentu akan terurai dan larut ke dalam air laut. 2.3 Pengemasan Limbah Tailing Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. 2.4 Penyimpanan Limbah Tailing Faktor yang harus diperhatikan

(https://docslide.us/category/documents.html) View more (https://docslide.us/search?q=Cradle)

untuk mengolah penempatan tailing adalah karakteristik tailing, stabilitas waduk tailing, antisipasi potensi rembesan dan polusi air bawah tanah, antisipasi polusi air permukaan dan polusi udara, perlindungan biodiversity, dampak visual, reklamasi dan restorasi. Sedangkan, pertimbangan utama dalam pemilihan sistem penempatan tailing haruslah tentang dampaknya terhadap lingkungan hidup, bukan pada biaya sistemnya. Proses yang harus ada dalam perencanaan fasilitas penyimpanan tailing: Prinsip mendasar yang melatarbelakangi pengelolaan tailing yang bertanggung jawab dan efektif adalah perancangan dan pengoperasian yang menghasilkan penutupan yang efektif. Ini merupakan satu tujuan yang penting karena mencakup aspek kewajiban jangka panjang dari fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing. Jika aspek-aspek tersebut tidak dipertimbangkan secara memadai sejak dini, maka mereka akan dapat menambah secara signifikan biaya-biaya berjalan untuk pembersihan dan pemeliharaan terhadap sebuah proyek setelah pendapatan dari produksi mineral terhenti. Perencanaan dan Perancangan Praktek unggulan membutuhkan penyelarasan antara perencanaan fasilitas penyimpanan tailing dan rencana tambang. Perencanaan fasilitas penyimpanan tailing juga harus ditinjau ulang sebagai tanggapan terhadap setiap perubahan terhadap rencana tambang dan direvisi, jika diperlukan. Ini akan memastikan bahwa setiap kebutuhan akan penahapan atau peninggian bertahap didanai dan dijadwalkan secara memadai, dan bahwa aktivitasaktivitas operasi dan pengelolaan berupaya keras untuk mencapai tujuan-tujuan penutupan selama masa kehidupan tambang. Pertimbangan perlu diberikan terhadap: y integrasi dengan rencana dan jadual tambang didalam pengembangan metodologi pembuangan tailing. Misalnya, memanfaatkan atau penyimpanan tanah lapisan atas dan batuan sisa untuk pembangunan peninggian dinding bendungan dan penutuppenutup y lokasi fasilitas penyimpanan tailing untuk mencegah sterilisasi sumberdaya mineral atau kontaminasi sumberdaya air y ketersediaan bahan-bahan konstruksi penanggulan dan bahan-bahan penutupan permukaan yang sesuai y karakterisasi geokimia tailing untuk menilai potensinya bagi drainase asam dan logam selama pengoperasian dan setelah penutupan. Pemilihan metode penempatan tailing dan jenis konstruksi tanggul keduanya dapat dipengaruhi oleh tingkat risiko geokimia. Sampel-sampel untuk karakterisasi dapat diperoleh dari pekerjaan uji metalurgi yang umumnya dilaksanakan sebagai bagian dari tahap pra-kelayakan ekonomi dari suatu proyek pertambangan yang baru y pengelolaan perubahan - peningkatan dalam kebutuhan penyimpanan dampak keluaran pabrik pengolahan untuk tailing dan air. Laju penambahan tinggi permukaan tailing juga dapat memberikan implikasi terhadap kekuatan dan stabilitas tailing y pengolahan kembali tailing - beberapa tailing mungkin berisi mineral-mineral berharga dan karenanya suatu tujuan pengelolaan mungkin adalah untuk menyediakan penyimpanan sementara hingga ekstraksi yang ekonomis dimungkinkan. Namun demikian, hal ini tidak boleh digunakan sebagai justifikasi atau pembenaran untuk membiarkan tailing dalam keadaan tidak stabil atau reaktif secara geokimia untuk periode waktu yang berkepanjangan. Komponen-komponen dari satu rencana pengelolaan tailing: y Rencana fasilitas penyimpanan tailing selama masa kehidupan tambang Bagaimana dan di mana akan disimpan selama masa operasi, perkiraan anggaran (dan jadwal), dan bagaimana pentahapan konstruksi dilakukan y Kriteria rancangan tujuan Tujuan kinerja produksi, geoteknik, geokimia, operasional dan penutupan, kesehatan dan keselamatan masyarakat, komunitas dan lingkungan yang diharapkan dapat dicapai oleh fasilitas penyimpanan tailing (pada setiap tahapan), selama masa kehidupan tambang. y Laporan rancangan Rancangan terperinci untuk setiap struktur atau tahapan dari fasilitas penyimpanan tailing, termasuk gambar-gambar, untuk mencapai kriteria rancangan yang telah ditentukan. Ini termasuk investigasi-investigasi geoteknik dan lainnya yang dilaksanakan untuk mendukung rancangan. y Laporan konstruksi Laporan terperinci mengenai pembangunan fasilitas penyimpanan tailing sebagaimana gambar-gambar lapangan dan rencana-rencana kualitas bangunan. Ini harus berisi gambar dan foto sebagaimana yang akan dibangun yang membantu didalam mengidentifikasi risiko yang akan muncul, dan didalam analisis-kebelakang dari isu-isu yang timbul (lihat Bagian 4.3) y Buku panduan operasi - prinsip-prinsip operasi, metodologi dan sumberdayasumberdaya terkait serta pelatihan: Rencana pengelolaan keselamatan (atau risiko) - rencanarencana pengawasan dan pemantauan termasuk inspeksi-inspeksi, pemantauan, pengkajian neraca air dan kinerja. Rencana aksi dan tanggap darurat - langkah-langkah yang akan diambil saat darurat guna meminimalkan risiko-risiko yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan umum, masyarakat dan lingkungan, serta dampak-dampak jika suatu insiden terjadi. y Rencana penutupan Strategi penutupan yang membentuk tujuan akhir rencana pengelolaan tailing. Rencana operasi, rencana pengelolaan keselamatan dan rencana aksi dan tanggap darurat bersifat mendasar dan rinci untuk suatu fasilitas penyimpanan tailing yang berisiko tinggi, namun akan bersifat singkat (satu dokumen tunggal yang menggabungkan seluruh aspek) untuk suatu fasilitas yang sederhana dan berisiko rendah. Rencana selama masa kehidupan tambang Suatu rencana fasilitas penyimpanan tailing selama masa kehidupan tambang diperlukan untuk memastikan terpenuhinya tujuan-tujuan operasional dan kesehatan serta keselamatan umum, komunitas dan lingkungan selama masa operasi tambang. Umumnya hal ini melibatkan pembaruan-pembaruan besar dalam basis lima tahunan, dan peninjauan-ulang secara tahunan. Kriteria bagi rencana ini didapat dari rencana selama masa kehidupan tambang. Saat dimana fasilitas penyimpanan tailing dikembangkan secara bertahap untuk memuaskan permintaan produksi, maka satu jadual terperinci perlu dipersiapkan yang mencakup: y y saat dimulainya tahap-tahap atau modifikasi-modifikasi baru jadwal yang dibutuhkan untuk perancangan-perancangan, investigasi-investigasi dan persetujuan-persetujuan y estimasi biaya untuk setiap tahun dan untuk setiap tahap. Perencanaan seperti ini akan memastikan adanya anggaran yang memadai untuk pekerjaan, bahwa investigasi dan rancangan dilaksanakan tepat waktu, dan ada cukup waktu untuk menyelesaikan konstruksi (dengan memasukkan faktor ketidakpastian cuaca dan faktor lainnya) dan menyelenggarakan tahap atau modifikasi baru. Kondisi-kondisi latar belakang dan baseline Dimulai pada saat tahap pra-kelayakan atau pengkajian dampak lingkungan, adalah penting untuk secara terus-menerus mengukur sifat, kualitas, tingkat atau kuantitas fitur lingkungan yang mungkin terkena dampak akibat kehadiran suatu fasilitas penyimpanan tailing sebelum fasilitas tersebut dibangun. Kondisi-kondisi latar belakang yang perlu didefinisikan umumnya termasuk: y y y paras atau ketinggian muka air tanah dan kualitasnya kandungan air dan geokimia tanah dan batuan pondasi kualitas udara y y populasi dan kepadatan flora dan fauna tingkat radiasi alami dan latar belakang di mana bahan-bahan radioaktif akan ditempatkan Penting untuk mengidentifikasikan data latar belakang yang dibutuhkan melalui satu pengkajian risiko kesehatan dan keselamatan umum, komunitas, dan lingkungan sebelum dimulainya operasi. Sebagai tambahan, parameter-parameter tailing baseline perlu didefinisikan, termasuk: y y geokimia tailing atau bijih tambang cairan tailing, air yang tersimpan, atau kualitas air peluluhan (pelindian). Kondisi latar belakang dan baseline ini penting untuk mendeteksi kontaminan-kontaminan yang dapat memberikan dampak pada sumberdaya tanah atau air tanah. Proses ini juga diperlukan bagi lembaga berwenang untuk merancang persyaratan-persyaratan lisensi operasi yang dapat diterapkan untuk fasilitas tersebut. Bila parameter-parameter tailing berubah selama masa beroperasinya fasilitas penyimpanan tailing, perubahan-perubahan tersebut hendaknya dicatat di samping data awal, mencatat tanggal perubahan tersebut muncul. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghasilkan modifikasi-modifikasi terhadap rencana rancangan dan pengelolaan. Nilai-nilai masyarakat Nilai-nilai masyarakat seperti kesehatan, estetika dan lingkungan harus dimasukkan selama proses pengambilan keputusan dari perencanaan hingga penutupan fasilitas penyimpanan tailing. Ini akan melibatkan konsultasi yang berarti, terus-menerus dan teratur dengan kelompok pemerhati terkait, termasuk berbagi informasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan. Pengkajian risiko Fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing membutuhkan satu pengkajian risiko yang resmi untuk mengidentifikasikan dan mengkuantifikasikan risiko-risiko yang perlu dikelola. Fasilitasfasilitas penyimpanan tailing umumnya diperingkatkan sebagai fasilitas-fasilitas berisiko tinggi, nyata atau rendah, sesuai dengan rangkaian satu kumpulan kriteria peringkat. Peringkat risiko digunakan untuk menentukan persyaratan-persyaratan rancangan, konstruksi, pengelolaan risiko, inspeksi dan pelaporan. Semakin tinggi peringkat risiko, semakin ketat persyaratan-persyaratan rancangan, pengawasan konstruksi, pengelolaan risiko, dan perencanaan tanggap daruratnya. Fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing berisiko tinggi umumnya perlu diaudit oleh lembaga-lembaga pemerintah yang berwenang. Kriteria rancangan Kriteria utama rancangan fasilitas penyimpanan tailing penting untuk didefinisikan oleh tim proyek tambang, dan disediakan untuk perancang fasilitas. Kriteria utama rancangan meliputi: y laju-laju produksi minimal, maksimal dan rata-rata tailing pada mana sistem pengiriman akan beroperasi (m3/jam) y karakteristik geokimia yang dapat mempengaruhi pemilihan rancangan yang paling sesuai untuk operasi dan penutupan y kisaran konsentrasi-konsentrasi padatan dan konsentrasi padatan rata-rata (sebagai persentase terhadap massa) atas mana laju-laju produksi dapat diterapkan y tonase tailing tahunan dan selama masa operasi berdasarkan apa fasilitas penyimpanan tailing harus dirancang y y y kapasitas maksimal dari sistem air-balik (m3/jam) kisaran karakteristik reologi dari lumpur (slurry) tailing sasaran kepatuhan terhadap kesehatan dan keselamatan umum, komunitas dan lingkungan, seperti yang didefinisikan pada saat berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk persyaratan-persyaratan rembesan, kualitas air tanah, penghentian operasi, rehabilitasi dan penutupan, tingkattingkat kepatuhan dalam hal radio aktif dan kualitas air y persyaratan-persyaratan pengoperasian dan pemeliharaan Laporan rancangan Fasilitas penyimpanan tailing dan komponen-komponen terkait harus dirancang oleh orang yang berkompeten dan berpengalaman. Laporan rancangan menjelaskan dasar rancangan, termasuk seluruh parameter rancangan, dan kriteria kinerja utama. Sangat penting untuk menentukan pengendalian keselamatan, prosedur operasi dan program-program pemeliharaan yang dibutuhkan untuk memastikan operasi fasilitas penyimpanan tailing yang aman. Laporan rancangan menyediakan referensi yang mudah dan cepat saat mengevaluasi suatu proposal untuk memodifikasi operasi atau rancangan. Laporan juga menyediakan rincian saat peristiwa darurat. Laporan rancangan yang komprehensif berisi: y y y y standar-standar rancangan minimum kondisi-kondisi baseline dan latar belakang (lihat Bagian 4.2.1) nilai-nilai masyarakat pengkajian risiko fasilitas penyimpanan tailing dan persyaratan-persyaratan yang terkait dengan rancangan (lihat Bagian 4.2.1) y investigasi-investigasi geoteknik dan geokimia, analisis-analisis rembesan, rancangan dinding bendungan, dan rancangan liner (pelapis) serta sistem drainase-bawah, jika dibutuhkan y neraca air fasilitas penyimpanan tailing, rancangan pompa tailing dan sistem pipa saluran, dan rancangan sistem air-kurasan (decant water) dan air-balik Laporan rancangan harus menjelaskan dengan lengkap standar, proses dan metodologi rancangan yang diadopsi. Perencanaan pengelolaan air Pengelolaan air adalah satu pertimbangan utama rancangan dan akan memiliki pengaruh besar pada rancangan, operasi dan penutupan fasilitas penyimpanan tailing. Laporan rancangan harus menyertakan: y data hidrologi - termasuk areal tangkapan lokasi, identifikasi seluruh sumber-sumber air dan derivasi dari rancangan peristiwa hujan dan banjir y pembuatan model neraca air tailing - melibatkan pemilihan kedalaman bibir tanggul penampung air (freeboard), estimasi kehilangankehilangan dan pengelolaan kekurangan atau kelebihan air y rancangan sistem pengiriman tailing - termasuk pemilihan dan ukuran pompa dan jaringan pipa y rancangan sistem air-balik, termasuk pemilihan dan ukuran air-pisahan, pompa dan jaringan pipa y pertimbangan mengenai masalah kualitas air, menuju kepada satu rencana pengendalian pelepasan kontaminan Pembangunan Adalah penting bahwa laporan pembangunan menjaga pencatatan yang akurat mengenai pekerjaan-pekerjaan konstruksi agar: y memastikan bahwa fasilitas penyimpanan tailing dibangun oleh seorang kontraktor yang berkompeten, dengan tingkat pengawasan dan kualitas kontrol bahan bangunan, serta teknik yang memadai untuk

menunjukkan bahwa mereka telah sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi rancangan y menyediakan satu catatan dan deskripsi terperinci mengenai aspek-aspek utama geoteknik seperti persiapan pondasi-pondasi, perlakuan terhadap retakan-retakan pada parit-parit utama dan parit-parit pemotong (cut-off), atau pemadatan urukan di sekitar pekerjaan-pekerjaan saluran pengeluaran. Catatan ini membantu didalam merancang dan membangun pekerjaanpekerjaan pemulihan jika timbul masalah-masalah pascakonstruksi y menyediakan gambaran sesuai dengan yang akan dibangun yang: menyediakan satu representasi akurat mengenai pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang terperinci terutama bila perubahan-perubahan rancangan mungkin timbul selama konstruksi membantu memperbaiki rancangan untuk tahap-tahap selanjutnya menyediakan rincian dan dimensi pekerjaan-pekerjaan pemulihan sehingga tidak berdampak terhadap integritas struktur yang ada menyediakan rincian untuk analisis-ke belakang (back analysis) jika hal ini diperlukan Dinding bendungan hilir fasilitas penyimpanan tailing pada keadaan iklim yang kering Dinding bendungan hilir fasilitas penyimpanan tailing pada keadaan iklim yang basah Tinjauan-tinjauan kinerja Kinerja fasilitas penyimpanan tailing harus dikaji secara tahunan oleh ahli geoteknik yang berpengalaman dalam pengelolaan tailing. Pengkajian harus secara kritis menilai kinerja aktual dibandingkan terhadap rancangan dan membuat rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan mitigasi risiko. Pengkajian seperti ini diperintahkan oleh beberapa lembaga berwenang. Pengkajian harus mempertimbangkan: y kinerja pengembangan tahapan dibanding rancangan ketinggian puncak dan pantai, tonase tailing tersimpan dan volume terisi y konfirmasi asumsi yang digunakan pada rancangan pengkajian stabilitas di bawah keadaan pemuatan normal dan seismik dan kejadiankejadian meteorologi terancang, parameter tailing in situ (kepadatan, kekuatan dan permeabilitas) dan posisi permukaan air tanah y kinerja perangkat pengendali rembesan seperti saluran-saluran bawah (untuk pengendalian rembesan), atau filterfilter internal (yang mengendalikan erosi atau pembentukan erosi pipa internal) y y kondisi liner, di mana ia digunakan kinerja sistem pengawasan dan pemantauan status dan kondisi sistem pemantauan, kinerjanya didalam mendeteksi perubahan pada indikator awal (lingkungan dan/atau struktural), dan analisis serta evaluasi data pemantauan dibandingkan dengan tren yang diprediksikan y hasil-hasil pemantauan air tanah - perbandingan tingkat air tanah dan kualitas terhadap data dasar dan terhadap rancangan dan kriteria penutupan, dengan mempertimbangkan: rembesan lateral dekat permukaan yang dapat menekan vegetasi atau membuat dinding bendungan tidak stabil - rembesan vertikal yang dapat menyebabkan penyumbatan di bagian tertentu di bawah tempat penyimpanan y kinerja operasional - praktek-praktek penimbunan tailing (lapisan tipis) dan pengendalian air permukaan (air tersimpan minimum dan perawatan freeboard yang diminta) y pengkajian insiden-insiden operasi, dan rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan atau modifikasi guna memperbaiki dan membawa pelajaran yang didapat bagi rancangan dan operasi di masa depan Tameng batuan dan vegetasi di muka bagian luar fasilitas penyimpanan tailing Pembendungan Konvensional Sebuah pembendungan konvensial adalah suatu struktur penahan permukaan yang didesain untuk menyimpan tailing maupun air tambang, dengan tujuan memperoleh kembali air yang terkandung didalamnya untuk digunakan pada proses-proses lainnya seperti yang dibutuhkan. ada 2 tipe pembendungan permukaan, yaitu dam tipe water retention dan tipe tanggul meninggi yang memiliki banyak bentuk. Perbedaan utamanya adalah suatu dam water retention dibangun hingga mencapai tinggi maksimalnya sebelum pengeluaran limbah apapun ke dalam bendungan. Dam tanggul meninggi dibangun semakin tinggi seiring bertambahnya colume tailings dan air limbah yang perlu dibuang. 1. Water Retention (Penahan Air) Dam penahan air untuk tailing hanya berbeda sedikit dari struktur penyimpanan air konvensional. Prinsip desain dan teknik konstruksi adalah sama, perbedaan utamanya yaitu, tanggul penyimpanan tailing memiliki kemiringan hulu yang lebih curam karena tidak harus mengalami aliran drawdown yang deras seperti halnya pada struktur pnahan air konvensional. Dam Penahan air Tailing biasanya digunakan untuk operasi mineral yang direncanakan untuk menyiman air dengan volume tinggi. Penyimpanan air bisa saja dibuthkan untuk cadangan air saat musim kemarau bagi process plants. 2. Desain Tanggul Meninggi Desain tanggul meninggi adalah teknik konstruksi yang paling umum digunakan dalam fasilitas penyimpanan tailing. Tiga desain utama, yaitu hilir, hulu, dan struktur centerline. Seperti ditunjukkan oleh namanya, tanggul akan ditinggikan selang interval waktu tertentu utnuk meningkatkan volume penyimpanan tailing dan air yang tersedia, sehingga biaya initial awal akan lebih rendah daripada dam retensi karena biaya untuk material dan pembangunan bertahap selama masa pembendungan. Pilihan material konstruksi akan meningkat karena kuantitasnya yang dibutuhkan akan berkurang setiap waktu. sebagai contoh, dam retensi secara umum menggunakan tanah alami, sedangkan dam tanggul meninggi dapat menggunakan tanah alami, tailing, dan limbah batu dengan bermacam kombinasi. materia yang paling umum digunakan untuk desain tanggul meninggi adalah limbah batu pertambangan, tanah alai, dan material uji coba untuk jalan di bawah tanah, tailing ter-cyclone (fraksi kasar), dan tailing yang didepositkan secara hidraulik. Sekarang, konstruksi tanggul meninggi hampir selalu dimekanisasi untuk mendapatkan level kompaksi yang dibuthkan untuk meningkatkan keamanan dan menurunkan resiko instabilitas fasilitas penyimpanan. a. Upstream (Hulu) Metode hulu adalah metode yang paling rendah biaya initial nya dan merupakan desain paing populer untuk tipe tanggul meninggi. salah satu alasannya, adalah karena jumlah material pengisi yang minimal untuk konstruksi inisial dan peninggian berikutnya yang seluruhnya terdiri dari fraksi kasar dari tailing itu sendiri. Konstruksi desain dam tanggul meninggi metode hulu dimulai dengan fondasi bendungan tembus air. Tailing biasanya dialirkan dari puncak dam bagian atas menciptakan sebuah pantai yang menjadi fondasi untuk peninggian tanggul bendungan selanjutnya. Gambar 1 menggambarkan diagram sederhana mengenai tahap-tahap konstruksi material kasar akan mengendap paling dekat dengan spigot dan yang paling halus akan mengendap paling jauh dari spigot. Cyclone dapat digunakan untuk mempercepat segregasi partikel ini untuk karateristik tailing tertentu untuk mengirimkan proporsi lendir ke tengah-tengah bendungan dan fraksi pasir ke pantai di belakang puncak. Sekarang, kompaksi dengan alat-alat berat sering dilakukan untuk meningkatkan keamanan dari tanggul-tanggul yang telah ditinggikan. Secara umum, fraksi kasar yang telah terendapkan dari spigot/titik discharge digunakan sebagai material peninggi dari tanggul. Untuk pengaliran dengan multiple spigot, beberapa lubang digali di depan spigot (setelah tailing mengering dan terkonsolidasi) dan tailing ditempatkan pada puncak bendungan, dan akan dikompresi, batas tailing terangkat, dan proses selanjutnya terulang. Metode Hulu b. Downstream ( Hilir) Desain hilir dikembangkan untuk menurunkan resiko yang ada pada desain hulu, terutama yang berhubungan dengan beban dinamis sebagai hasil dari earthquake shaking. Instalasi dari inti kedap air dan zona drainase dapat juga memungkinkan bendungan untuk menahan volume air substansial langsung terhadap muka hulu bendungan tanpa mengganggu stabilitas. Desain bendungan hilir dimulai dengan tanggul kedap air tidak seperti desain hulu yang menggunakan tanggul tembus air. Tailing akan disimpan dibelakang tanggul dan seiring bendungan dinaikkan, dinding baru dibangun dan disanggah pada baguan atas dari kemiringan hilir peninggian sebelumnya. hal ini merubah centerline dari puncak dam hilir seiring peninggian bendungan. sebuah keuntungan dari desain hilir adalah bagian yang ditinggikan dapat didesain dengan porositas bervariasi untuk mengatasi berbagai masalah dengan permukaan bendungan. hal ini dapat sangat berguna ketika suatu processing plant telah membuat perubahan untuk meningkatkan efisiensi dan sebagai akibatnya, memperngaruhi karateristik tailing. ini dapat mengakibatkan pemompaan air yang lebih banyak ke fasilitas tailing atau merubah karateristik zona drainase dari tailing yang baru dibuang. Metode Hilir Desain hilir sangatlah cocok untuk berbagai parameter desain spesifik site dan berlaku seperti dam penahan air. keuntungan utamanya adalah desain hilir dapat bertambah tinggi tanpa batas karena tidak bergantung secara struktur terhadap tailing. Kerugian utamanya adalah biaya peninggian bendungan dalam volume-volume besar diperlukan, dan secara bertahap, suatu luas yang besar disekitar bendungan juga diperlukan sebagai perluasan ketika peninggian-peninggian selanjutnya dilakukan. hal ini dapat menimbulkan masalah bila lahan yang tersedia terbatas. Karena sebenarnya peninggian dam hilir tak terbatas, maka biasanya akan terbatasi dengan perluasan yang sudah maksimal. c. Centreline Metode centerline adalah kombinasi antara metode hulu dan metode hilir. Metode centerline lebih stabil dari metode hulu namun tidak membutuhkan banyak material seperti desain hilir. seperti metode hulu, tailing akan di discharge dari spigots dari puncak bendungan utnuk membentuk pantai di belakang dinding dam. Saat peninggian secara bertahap diperlukan, material ditempatkan pada bendungan tailing dan bendungan eksisting. Puncak bendungan yang ditinggikan secar avertikal dan tidak bergerak dalam arah hulu maupun hilir, dengan demikian disebut desain centerline. Metode Centerline Desain centerline mengadopsi zona drainase internal seperti pada metode hilir, sehingga air lepas dapat menjangkau lebih dekat ke puncak dam daripada metode hulu tanpa harus mengkhawatirkan permukaan phreatic dan menimbulkan resiko kegagalan potensial. Walaupun begitu, dam centerline tidak dapat digunaka sebagai fasilitas retensi air yang besar karena peninggian yang dilakukan pada tanggul yang terkonsolidasi. Suatu sistem decant dibutuhkan untuk mencegah air bebas menenggelamkan pantai di sekitar puncak dam. Konstruksi hilir Konstruksi hulu menggunakan tailing 2.5 Pengangkutan Limbah Tailing Pilihan-pilihan transportasi tailing yaitu pemompaan, pengangkutan dan pengantaran. Namun tailing biasanya dipompa sebagai lumpur di sepanjang pipa saluran, walaupun dalam beberapa situasi mungkin untuk mengantar tailing, dengan memanfaatkan gaya gravitasi, ke fasilitas penyimpanan. Kemampuan lumpur tailing untuk dipompa merupakan fungsi dari reologinya dan kemampuan sistem pemompaan yang dipertimbangkan. Semakin tinggi konsentrasi zat padat dari lumpur tailing, semakin tinggi tekanan yang dihasilkan dan semakin sulit untuk dipompa, untuk satu jenis pompa yang sama. Persayaratan-persyaratan peralatan pemompaan tailing umum untuk berbagai konsistensi tailing diberikan di Tabel (Williams & Williams 2004). Kebutuhan peningkatan tenaga dan tekanan saluran dengan peningkatan konsentrasi padatan tailing berhubungan dengan peningkatan yang nyata dari biaya-biaya pemompaan. Kebutuhan-kebutuhan umum peralatan pemompaan tailing untuk berbagai konsistensi tailing Sepanjang koridor pipa saluran tailing terdapat kebutuhan untuk melindungi lingkungan dari tumpahan tailing karena kemungkinan adanya kebocoran dan keretakan pipa saluran, dan pembersihan hambatanhambatan pada pipa saluran. Metode-metode untuk mengendalikan pembuangan tailing jika terjadi insiden seperti itu termasuk: 1. Konstruksi bendungan pengeringan tempat air di sepanjang koridor pipa saluran 2. Menyambung pipa saluran dengan pipa berdiameter lebih besar untuk situasi di mana pipa saluran tailing melintasi lingkungan yang sensitif (misalnya, melewati sungai) atau melewati rute transportasi 3. Inspeksi rute pipa saluran secara teratur untuk mencari kebocoran 4. Penggunaan sensor tekanan diferensial atau instrumentasi pengukuran arus dan sistem alarm untuk memperingatkan operator jika terjadi kegagalan pipa saluran. 2.6 Pengolahan Limbah Tailing Limbah tailing merupakan limbah hasil kegiatan pertambangan yang mengandung logam berat. Limbah tailing harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya : Pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan

lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit. Siklus Merkuri Limbah Tailing Batu Bara Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah tailing yang mengandung logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low Temperature Thermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. 1. Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) Pada sistem thermal desorption material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption material yang berbahaya di pisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang. Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan merkuri dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap ion-ion merkuri dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH-) sulfida (S2) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang mobil. 2. Phytoremediation Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization: polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman. Phytostimulation: akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri Rhizosphere Phytodegradation: tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya untuk sementara waktu. Phytoextraction: polutan terakumulasi dijaringan tanaman terutama daun. Phytovolatilization: polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara. Rhizofiltration: polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hidroponik. Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara khusus. Mine Tailings: Phytoremediation 2.7 Penimbunan Akhir Limbah Tailing Penimbunan Dalam Tanah Limbah tailing sisa pengolahan emas (contoh : di PT Antam Pongkor) dipakai sebagai daerah penelitian karena limbah tailing ini pada awalnya merupakan bahan beracun dan berbahaya. Lumpur ini mempunyai beberapa sifat kimia yang kurang menguntungkan. Hasil analisis tanah sifat kimia lumpur tailing adalah sebagai berikut : pH KCl 6.8, pH H2O 7.8, Cu total 1260 ppm, Fe tersedia 130 ppm, Pb total 524 ppm, P2O5 total 174 mg/100g, P2O5 tersedia tidak terukur, K2O total 72 mg/100g, K2O tersedia 51 mg/100g, C organik 0.3%, N total 0.3%, Ca dd 16.6 me/100g, Mg dd 3.3 me/100g, K dd 2.0 me/100g, Na dd 3.0 me/100g, KTK 29 me/100g, dan KB 86% (Siringoringo, 2001). Melihat nilai tersebut maka lahan tempat penimbunan tailing ini merupakan lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang karena pemanfaatan atau eksploitasi yang beerlangsung telah mengakibatkan terjadinya proses degradasi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi tanaman, pemukiman dan kehidupan sosial ekomomi. BAB III EVALUASI CRADLE TO GRAVE TERHADAP LIMBAH TAILING Cradle to grave yang dilakukan ini berkaitan dengan pengangkutan limbah tailing. Pengangkutan limbah padat B3 limbah tailing meliputi pengangkutan dari masing-masing unit produksi ke tempat penyimpanan sementara (intern) dan pengangkutan limbah ke pihak ke-3 sebagai pengolah limbah B3 yang telah mendapat ijin dari KLH untuk kemudian limbah diolah secara off-site. 3.1 Pengangkutan ke tempat penampungan sementara (intern) a. Dokumen Dalam memonitor keberadaan limbah B3 maka dibuat 7 lembar dokumen perjalanan limbah untuk tiap pihak yang melakukan pengelolaan limbah B3 dari perusahaan penghasil tailing. Mekanisme dokumen perjalanan limbah tersebut adalah: y PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), contohnya. Sebagai penghasil/generator limbah mengisi dokumen 7 rangkap dan lembar 1 untuk PT. NMR sendiri. y Lembar 6 dikirim ke badan institusi kontrol (BAPEDAL), dan memberikan lembar yang lain ke pengumpul/pengangkut (pihak ke-3) y Pengumpul/pengangkut (pihak ke-3) menyimpan lembar 2 dan memberikan lembar lainnya ke pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3) y Pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3) menyimpan lembar 3, dan memberikan lembar 4 ke PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) (penghasil), serta lembar 5 ke badan institusi kontrol (BAPEDAL) dan lembar 7 ke walikota/bupati. Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi ke tempat penampungan sementara adalah dokumen identifikasi jenis, dokumen jumlah dan sumber limbah B3, dokumen pemberitahuan limbah B3 dan dokumen berita acara serah terima limbah B3. b. Operator Operator adalah karyawan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) yang berpengalaman di lapangan, mempunyai kualifikasi sebagai pengemudi alat angkut yang akan dipakai, mempunyai surat ijin kerja, telah mengikuti pelatihan keselamatan kerja. 3.2 Pengangkutan dari PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) ke pihak ke-3 (offsite) Agar pengangkutan limbah B3 untuk diolah secara ex-situ atau offsite ke pihak ke-3, PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) memenuhi standar yang ada dan memenuhi konsep Cradle To Grave, maka program pengiriman limbah B3 ke PPLI harus berjalan sesuai persyaratan yang ada dengan dilengkapi manifest. 3.3 Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 a. Perizinan Sebagaimana tercantum dalam PP no.74 tahun 2001 disebutkan bahwa setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah wajib memiliki ijin dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Perijinan berfungsi sebagai alat kontrol dalam ketaatan kepada peraturan lingkungan hidup yang ada. Sebelum dimulainya kegiatan pengelolaan limbah di lapangan, PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) harus memproses permohonan perijinan kepada KLH yang kemudian ditembuskan kepada aparat daerah tentang pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah tersebut yang mencakup ijin lokasi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan limbah B3. Selain itu , PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) sebagai pengelola limbah B3 juga harus mempunyai dokumen AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pihak ke-3 yang menawarkan jasa untuk mengolah limbah B3 harus mempunyai surat sebagai mitra kerja PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) dan telah memenuhi syarat secara teknis dan ekonomis sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia. Jika sudah mendapatkan surat penunjukan sebagai mitra kerja, maka pihak ke-3 dapat memproses permohonan ijin kepada KLH dengan dilengkapi surat kuasa dari pihak PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Mekanisme Perijinan dalam Pengelolaan Limbah B3 b. Pengawasan Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh 2 pihak, yaitu intern perusahaan yang dilakukan manajemen lingkungan dan pihak pemerintah yaitu kementrian lingkungan hidup (KLH). Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 DAFTAR PUSTAKA y ANCOLD 1998, Guidelines for Design of Dams for Earthquake, Australian National Committee on Large Dams. y ANCOLD 1999, Guidelines on Tailings Dam Design, Construction and Operation, Australian National Committee on Large Dams. y ANCOLD 2000a, Guidelines and Assessment of Consequences of Dam Failure, Australian National Committee on Large Dams. y ANCOLD 2000b, Guidelines on Selection of Acceptable Flood Capacity for Dams, Australian National Committee on Large Dams. y ANCOLD 2003, Guidelines on Dam Safety Management, Australian National Committee on Large Dams. y y y y y http://affanenviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=30# http://anton182.wordpress.com/category/umum/ http://binational.pharmacy.arizona.edu/projects.php http://www.dim.esdm.go.id/kolokium%202007/KONSERVASI/Prosiding%20PT.FI.pdf http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukumlingkungan/ y y y y http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/pekerjatambang/message/8663 http://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbahdan-sumberdaya/ http://www.ima-api.com/news.php?pid=998&act=detail http://www.menlh.go.id/home/index.php? option=com_content&view=article&id=1083:CaraAlternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-MengandungMercury-DanArsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=id y y http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1102322765.pdf http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6 .pdf y Lacy, H 2005, Closure and rehabilitation of tailings storage facilities, M Adams (ed.), Ch. 15, developments in Minerals Processing, Elsevier. y Lacy, H. and Barnes, K. 2006 Tailings Storage Facilities; Decommissioning Planning is vital for successful closure. In Mine Closure 2006. Eds. Fourie and Tibbett. Center for Land Rehabilitation and Australian Centre for Geomechanics. Perth, Australia. y Western Australia Department of Minerals and Energy 1999, Guidelines on the Safe Design and Operating Standards for Tailings Storages. y Western Australia Department of Minerals and Energy 1998, Guidelines on the Development of an Operating Manual for Tailings Storage. y Williams, DA & Williams, DJ 2004, Trends in tailings storage facility design and alternative disposal methods , Proceedings of ACMER Workshop on Design and Management of Tailings Storage Facilities to y Minimise Environmental Impacts During Operation and Closure, Perth, Australia, pp. 28. Australian Centre for Minerals Extension and Research, Brisbane, Australia. (https://docslide.us/documents/cradle-559546d5af92c.html)

Download (https://docslide.us/download/link/cradle559546d5af92c)

DESCRIPTION TUGAS PENGELOLAAN B3 TL - 3204 CRADLE TO GRAVE LIMBAH PERTAMBANGAN (TAILING) Kelompok IV: Camelia Indah M. Luciana Stephanie Pratiwi Utamiputri Kania Mayang L. Ayu Disa Anissa…

TOP RELATED (https://docslide.us/documents/cradle.html)

(https://docslide.us/documents/cradle-55846592f32e0.html)

CRADLE (HTTPS://DOCSLIDE.US/…

CRADLE (HTTPS://DOCSLIDE.US/…

Slab construction and heart-shaped dovetails by

TUGAS PENGELOLAAN B3 TL - 3204 CRADLE

Jacques Berger Building a Cradle M y good friend

TO GRAVE LIMBAH PERTAMBANGAN (TAILING)

was expecting a baby and I decided to build a

Kelompok IV: Camelia Indah M. Luciana Stephanie

cradle for the new arrival.…

We built a platform for members to share

102

0

Pratiwi Utamiputri Kania Mayang L. Ayu Disa 6 Anissa…

COMPANY

CRADLE TO CRADLE INTRODUC…

0

CONTACT & LEGAL

documents and knowledge. And we are not related to any other website

(https

About (https://docslide.us/about.html)

Terms (https://docslide.us/info/terms.html)

Contact (https://docslide.us/contacts.html)

DMCA (https://docslide.us/info/dmca.html)

277

0

OPENING HOURS Monday to Saturday 9:00am to 5:00pm Sunday: CLOSED

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

(https://facebook.com/d (https://twitter.com (https://goo

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.