For Healthy Living [PDF]

Aug 4, 2012 - Vektor yg dapat menularkan malaria pd manusia adalah nyamuk Anopheles sp betina yg melalui gigitannya dapa

9 downloads 12 Views 379KB Size

Recommend Stories


landscape for healthy living
Knock, And He'll open the door. Vanish, And He'll make you shine like the sun. Fall, And He'll raise

[PDF] Nutrition For Healthy Living Online Ebook
You have to expect things of yourself before you can do them. Michael Jordan

Healthy Living
How wonderful it is that nobody need wait a single moment before starting to improve the world. Anne

Healthy Living
Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder. Rumi

healthy living
Make yourself a priority once in a while. It's not selfish. It's necessary. Anonymous

Everyday Tools for Healthy Living
Life is not meant to be easy, my child; but take courage: it can be delightful. George Bernard Shaw

Action Plan for Healthy Living
Learn to light a candle in the darkest moments of someone’s life. Be the light that helps others see; i

Healthy Living Guide
The best time to plant a tree was 20 years ago. The second best time is now. Chinese Proverb

Healthy Living Summer 2016
Open your mouth only if what you are going to say is more beautiful than the silience. BUDDHA

Healthy Living Consumer Products
Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form. Rumi

Idea Transcript


More Next Blog»

Create Blog Sign In

For Healthy Living Popular Posts

Sabtu, 04 Agustus 2012

Feedjit

Plasmodium sp (Malaria)

Klasifikasi Plasmodium sp (malaria) JOIN THIS SITE

Klasifikasi Domain:

Eukariot

(tidak termasuk)

Alveolata

Filum:

Apicomplexa

Kelas:

Aconoidasida

Ordo:

Haemosporida

Famili:

Plasmodiidae

Genus:

Plasmodium

Plasmodium menyebabkan penyakit malaria, yang pd manusia terutama disebabkan oleh empat spesies utama yaitu : 1. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana benigna/malaria vivax 2. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tertiana maligna/ malaria tropika. 3. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana/malaria malariae 4. Plasmodium ovale, penyebab malaria tertiana benigna/malaria ovale. Siklus hidup

Andreas Heri

Facebook Badge Andreas Herry Purwanto

Create Your Badge

Pages - Menu

Vektor yg dapat menularkan malaria pd manusia adalah nyamuk Anopheles sp betina yg melalui gigitannya dapat ditularkan sporozoit Plasmodium sp ke dalam tubuh manusia. Malaria dapat juga diinokulasikan dari darah yg terinfeksi dan dapat juga diturunkan secara kongenital. Plasmodium sp sebagai penyebab penyakit malaria memiliki siklus hidup sebagai berikut : Pada saat mangisap darah, nyamuk betina Anopheles menginokulasikan sporozoit Plasmodium sp ke dalam tubuh manusia sebagai hospes perantaranya. Sporozoit ini lalu menginfeksi sel parenkim hepar, dimana sporozoit mengalami maturasi menjadi skizont. Stadium ini disebut stadium hepar manusia atau siklus eksoeritrositik. Pada P.vivax dan P.ovale dapat terjadi suatu fase istirahat dimana maturasi sporozoit terlambat bisa sampai dengan 1-2 tahun. Bentuk istirahat ini disebut hipnozoit. Skizont lalu akan mengalami ruptur dan kemudian melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran darah. Merozoit lalu menginfeksi eritrosit, kemudian berubah lagi menjadi trofozoit muda yg kemudian matur dan berubah menjadi skizont. Skizont kembali ruptur dan kembali melepaskan merozoit yg akan menginfeksi eritrosit lain. Siklus ini disebut siklus eritrositik. Trofozoit juga dapat berubah menjadi gametosit yg nantinya akan berdiferensiasi menjadi makrogametosit dan mikrogametosit. Fase ini disebut fase intrinsik, dimana terjadi reproduksi aseksual (skizogoni). Pada saat nyamuk, hospes definitif Plasmodium sp, menghisap darah, semua stadium Plasmodium sp akan ikut terisap ke dalam lambung nyamuk namun hanya yang berbentuk gametosit saja yg dapat bertahan dan melanjutkan siklus hidupnya. Fertilisasi akan membentuk zigot yg kemudian berubah bentuk menjadi ookinet. Ookinet kemudian bergerak menembus dinding usus dan menempel pd permukaan luar dinding usus dan berubah menjadi ookista. Setelah mengalami maturasi, ookista akan pecah dan sporozoit didalamya berhamburan ke dalam rongga tubuh nyamuk dan diantaranya ada yg sampai di kelenjar ludah nyamuk. Fase ini disebut fase ekstrinsik, dimana terjadi reproduksi seksual (sporogoni). Epidemiologi Malaria Penyakit malaria tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis. Penyebaran malaria di suatu tempat bergantung pada faktor sebagai berikut : a. manusia, sebagai karier dari gametosit Plasmodium. b. Vektor, dalam hal ini nyamuk Anopheles yg berbeda-beda tiap daerah. c. Parasit, Plasmodium yg mempunyai karakteristik tersendiri. d. Lingkungan, dimana daerah yg kurang mendukung silkus hidup vektor akan dapat mengurangi angka kejadian malaria. Pengendalian Malaria Angka kejadian dapat ditekan dengan berbagai cara yang intinya ialah memutus rantai penularan, diantaranya adalah : a. pengobatan penderita malaria. b. Mengurangi kontak vektor dan manusia. c. Pemberantasan vektor malaria. d. Penggunaan kemoprofilaksis bagi orang yg memasuki daerah endemis malaria. e. Vaksinasi.

Perbedaan Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum

Beranda

Mengenai Saya

Andreas Heri Lihat profil lengkapku

Blogger templates

Popular Posts

PEPTIC ULCER PEWARNAAN BAKTERI

PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN Nematoda Jaringan - Loa Loa

tropozoid

Blogger news

perbedaan

Plasmodium vivax

Plasmodium falciparum

erytrosit yang terinfeksi

mebesar

tetap

ukuran parasit

1/3 dari erytrosit yang terinfeksi

1/5 dari erytrosit yang terinfeksi

kromatin

1 buah tebal

ganda (2 buah)

sitoplasma

tebal

tipis

erytrosit

normal

normal

bentuk

seperti cincin besar/ amoeboit

seperti cincin/ring

Blogroll makrogametosit dan mikrogametosit Plamodiun vivax

perbedaan

About

mikrogametosit

bentuk

bulat/oval dan padat

bulat/oval dan pdat

ukuran

mengisi erytrosit yang membesar

mengisi erytrosit yang membesar

erytrosit

membesar

membesar

kromatin

menggumpal ditengah

menggumpal ditepi Plasmodium falciparum

Blog Archive Blog Archive

Labels

makrogametosit

mikrogametosit

makrogametosit

ujung

tumpul

runcing

bentuk

seperti ginjal

seperti bulan sabit

ukuran

lebih besar dierytrosit

lebih besar dierytrosit

kromatin

tersebar

menggumpal ditengah

Bakteri (3)

perbandingan

Plasmodium vivax

Plasmodium falciparum

Biokimia (2)

jumlah inerozolt

10000

40000

Hematologi (1)

schizont hati

45 mikron

60 mikron

daur erytrosit

48 jam

48 jam

erytrosit yang dihinggapi

muda

semua

MUSIC (10)

warna erytrosit

pucat

normal

News (1)

titik erytrosit

schuffner

maurer

pigmen

kuning tengguli

hitam

jumlah merozoit erytrosit

14-24

8 s/d 32

Daur dalam nyamuk

8-9 hari

10hari

bentukerytrosit

tidak berubah

berubah/ mengkerut

Kesehatan (5)

Parasitologi (3) Sepakbola (3)

Diposting oleh Andreas Heri di 23.59

Tidak ada komentar:

ANALISA SPERMA PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA

1. Penerangan dan cara penampungan sperma manusia Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Melakukan abstinensia selam 3 – 5 hari, paling lama selama 7 hari. b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan. c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu. e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah. f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom. 1.1 Beberapa cara memperoleh sperma a. Masturbasi / Onani Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain. b. Coitus Interuptus ( CI ) Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab : Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi. c. Coitus Condomatosus Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma d. Reflux poscital Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas. e. Massage prostat Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani. Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang di sunat, juga pengaruh religius. Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.

1.2 Tempat Penampung Sperma Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari : 1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu. 2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih . tidak mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat yang terbuat dari : » Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa. » Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis. » Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi » Ukuran tempat penampung sperma 50 ml – 100 ml. 2. Pelaksanaan Analisa Sperma Spermiogram memuat data-data tentang : 1. Volume sperma. 2. Bau. 3. pH 4. Warna. 5. Liquefaction. 6. Viskositas. 7. Aglutinasi. 8. Jumlah sperma / lapangan pandang. 9. Pergerakan spermatozoa. 10. Leucocyte. 11. Fruktosa.

2.1. Analisa sperma Secara Makroskopis Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi : a. Pengukuran Volume Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja : Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml. Kemudian baca hasil. Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia. Hypospermia disebabkan oleh : Ejakulasi yang berturut-turut Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi ) Penampung sperma tidak sempurna Hyperspermia disebabkan oleh : Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat. Minum obat hormon laki – laki. Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis. b. PH Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. Cara kerjanya : Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak. c. Bau Sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.

Cara pemeriksaannya : Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit. d. Warna sperma Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan. Cara kerja : Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup. e. Liquefection Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis. f. Viskositas (Kekentalan) Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara : Cara subyektif Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

Cara Pipet Elliason Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena : - Spermatozoa terlalu banyak - Cairannya sedikit - Gangguan liquedaction - Perubahan komposisi plasma sperma - Pengaruh obat-obatan tertentu. g. Fruktosa Kualitatif Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena - Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens - Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat - Kelainan pada kelenjar vesika seminalis Cara pemeriksaan fruktosa : - 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata. - Panaskan dalam air mendidih 5 menit. - Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga. - Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna. Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia 2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400600 X. 1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi. Cara Pemeriksaanya : - Diaduk sperma hingga homogen - Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover glass(ukuran standar) - Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X - Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang I = 10 Spermatozoa II = 5 Spermatozoa III = 7 Spermatozoa IV = 8 Spermatozoa Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang) Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia. Azoospermia dapat disebabkan oleh karena : - Testisnya kecil atau rusak - Salurannya testis buntu (obstruksi) - Vasectomy bila diperlukan untuk check up Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat menggembirakan pasien - Over dosis Androgen dan corticosteroid 2. Pergerakan Sperma Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka : - spermatozoa akan memburuk pergerakannya. - pH dan bau mungkin akan berubah . spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain - Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak - Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC). Perhitungan : Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal : - yang tidak bergerak = 25% - yang bergerak kurang baik = 50% - yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25% Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%) Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup. Sebab menurunnya motilitas spermatozoa Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan. Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau ”electronic coulter counter”. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara. Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup. hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml). Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah sebagai berikut : Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang) Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa Perhitungan : Luas = 1 mm2 Tinggi = 0,1 mm Vol = 0,1 mm3 Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N = 10 X N X pengenceran = 10 N X Pengenceran /mm3 Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000 N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W 4. Morfologi Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara : Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri. Bentuk Normal : Bentuk oval Bentuk spermatozoa abnormal : Bentuk Piri ( Seperti buah pir ) Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar ) Bentuk lepto ( ceking ) Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul ) Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides ) Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala ) Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )

Cytoplasmic droplet Arti klinik 1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik 2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek 3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan. Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama. 5. Lekosit Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 – 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ – organ spermiogenesis. 2.3. Analisa Sperma Secara Kimia Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis Cara pemeriksaan Fruktosa : Regensia : 1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N 2. Larutan Zn SO4 0,175M 3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%. 4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 % Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml. Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani. Prosedur Kerja 1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe. 2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko) Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1 Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa Tabung B diisi 2 ml aquadest 3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl 4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit 5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer 6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl

3. Interprestasi Hasil Analisa Sperma

NO ISTILAH Jumlah Spermatozoa (juta/ml) Motil Normal (%) Morfologi Normal (%) 1 Normozoospermia > 20 > 80 > 50 2 Oligozoospermia < 20 > 50 > 50 3 Ekstrim Oligozoospermia < 50 > 50 > 50 4 Asthenozoospermia > 20 < 50 > 50 5 Teratozoospermia > 20 > 50 < 50 6 Oligo Asthenozoospermia < 20 < 50 > 50 7 Oligi Astheno Teratozoospermia < 20 < 50 < 50 8 Oligo Teratozoospermia < 20 > 50 < 50 9 Astheno Teratozoospermia > 20 < 50 < 50 10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50 11 Azoospermia Bila tidak ada spermatozoa dalam cairan sperma 12 Nekrozoospermia Bila semua sperma tidak ada yang hidup 13 Aspermia Tidak ada cairan semen yang keluar saat ejakulasi

Diposting oleh Andreas Heri di 23.54

Tidak ada komentar:

Beranda Langganan: Postingan (Atom)

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Lama

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.