Henri Lefebvre Ruang Produksi - Documents [PDF]

Dec 16, 2015 - Dalam pengertian ini ruang diproduksi sedemikian rupa untuk melanggengkan kekuasaan dan menciptakan domin

3 downloads 21 Views 151KB Size

Recommend Stories


Christopher Alexander i Henri Lefebvre
Your task is not to seek for love, but merely to seek and find all the barriers within yourself that

LA SOCIOLOGÍA CRÍTICA DE HENRI LEfEbVRE
Don't fear change. The surprise is the only way to new discoveries. Be playful! Gordana Biernat

Der Metaphilosoph Henri Lefebvre. Linke Krise und Erneuerung in
Happiness doesn't result from what we get, but from what we give. Ben Carson

Henri Lefebvre und der Begriff der Urbanisierung ohne Urbanität
Be like the sun for grace and mercy. Be like the night to cover others' faults. Be like running water

PdF Henri Vever
What we think, what we become. Buddha

[PDF] Henri Cartier-Bresson
Why complain about yesterday, when you can make a better tomorrow by making the most of today? Anon

henrı lefebvre
Be grateful for whoever comes, because each has been sent as a guide from beyond. Rumi

Jérémie LEFEBVRE
Learn to light a candle in the darkest moments of someone’s life. Be the light that helps others see; i

ruang-baca [PDF]
Apr 6, 2010 - Dunia pendidikan nasional akan memberantas plagiarisme? Selama pemerintah tidak mengevaluasi mentalitas totaliter, plagiarisme tidak akan pernah habis sebab plagiarisme adalah bentuk lain dari usaha untuk mengelabui pemenuhan aneka form

Philippe Lefebvre
You often feel tired, not because you've done too much, but because you've done too little of what sparks

Idea Transcript


(https://docslide.com.br/register.html)

(https://docslide.com.br/)

HOME (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/) LEADERSHIP (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/CATEGORY/LEADERSHIP-MANAGEMENT.HTML) TECHNOLOGY (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/CATEGORY/TECHNOLOGY.HTML) EDUCATION (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/CATEGORY/EDUCATION.HTML) MORE TOPICS (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/CATEGORY.HTML)

Home (https://docslide.com.br/) / Documents (https://docslide.com.br/category/documents.html) / Henri Lefebvre Ruang Produksi (https://docslide.com.br/documents/henri-lefebvre-ruang-produksi.html)

Henri Lefebvre Ruang Produksi Category

RECOMMENDED View

Download

Posted on

REPORT (HTTPS://DOCSLIDE.COM.BR/REPORT-COPYRIGHT/HENRI-LEFEBVRE-RUANG-PRODUKSI) Documents (https://docslide.com.br/category/documents.html) 5 0 16-DEC-2015

Henri Lefebvre, Dialektika Spasial dan Produksi Ruang Revisiting Henri Lefebvre "The Production of Space," 1991 Pendahuluan: Ruang (Sosial) Sebagai Produk (Sosial) Henri Lefebvre merupakan salah seorang filsuf kiri Prancis yang penting walau tidak sepopuler filsuf Marxis di masanya seperti Althusser, Adorno, Benjamin, Marcuse, Heidegger, Habermas atau Debord. Lahir di 1901 dan meninggal di tahun 1991, Lefebvre merupakan satu-satunya filsuf Marxis yang mengalami langsung pergulatan peradaban Eropa sejak awal modernisme hingga pascamodernisme. Di akhir usianya ia menyelesaikan versi terjemahan dari magnum opus-nya, âThe Production of Space.â Perhatian Lefebvre pada ruang-ruang sosial berawal dari keterlibatannya dengan gerakan Situasionist International dalam perlawanan terhadap rezim Charles De Gaulle di Paris yang berujung pada peristiwa Paris Riot di bulan Mei 1968. Lefebvre banyak melakukan analisis terhadap

(https://docslide.com.br/documents/lefebvrehenri-lefebvre-on-the-situationists-aninterview.html)

Lefebvre, Henri - Lefebvre on the Situationists--An Interview (https://docslide.com.br/documents/lefebvre henri-lefebvre-on-the-situationists-aninterview.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-the-urban-revolution.html)

penting dari âThe Production of Spaceâ adalah kontribusi atas satu aspek yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh kaum

Henri Lefebvre - The Urban Revolution (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-the-urban-revolution.html)

Marxis, Strukturalis dan bahkan oleh Marx sendiri. Yaitu peran ruang, peran spasialisasi dalam kehidupan manusia dan

Documents

kegagalan aksi massa tersebut. Menurutnya, akses massa terhadap ruang-ruang kota menjadi kunci dari kegagalan itu. Itulah awal pemikiran âThe Right to the City,â yang kemudian melahirkan âThe Production of Space.â Titik tolak yang

bagaimana perebutan wacana yang terjadi di dalamnya. Jika Marx berbicara mengenai relasi produksi dan akumulasi kapital, maka itu semua tidak dapat berlangsung tanpa adanya ruang. Relasi produksi itu sendiri juga menciptakan ruang yang khusus diperuntukkan baginya. Kapitalisme bahkan lebih jauh lagi, menjadikan ruang sebagai sarana dari akumulasi kapital. Misalnya tanah dan bangunan sebagai asset. Relasi sosial menciptakan ruang, akan tetapi yang lebih penting bagi Lefebvre adalah melihat bahwa ruang sosial adalah produk sosial. Ruang sosial memiliki logika yang panjang untuk menjelaskan dirinya sendiri. Lefebvre menjelaskan, â(Social) space is a (social) product ⦠the space thus produced also serves as a tool of thought and of action; that in addition to being a means of production it is also a means of control, and hence of domination, of power; yet that, as such, it escapes on part from those who would make use of it. The social and political (state) forces which engendered this space now seek, but fail, to master it completely; the very agency that has forced spatial reality towards a sort of uncontrollable autonomy now strives to run it into the ground, then shackle and enslave it.â (1991, 26-27) Secara sosial, ruang menjadi sarana untuk meraih dan menciptakan kontrol. Ruang dikonstruksi sedemikian rupa sebagai sarana pemikiran dan tindakan, yang koheren sifatnya dengan upaya kontrol dan dominasi dalam relasi produksi Marx. Dalam pengertian ini ruang diproduksi sedemikian rupa untuk melanggengkan kekuasaan dan menciptakan dominasi. Itu sebabnya, pada bagian awal dari âThe Production of Space,â Lefebvre lebih fokus kepada persoalan bagaimana peradaban Barat menciptakan konsep ruang melalui konstruksi dan struktur ilmu pengetahuan. Ia memersoalkan bagaimana relasi sosial juga menciptakan akumulasi pengetahuan yang pada akhirnya berperan dalam konstruksi wacana tentang ruang. Jauh sebelum manusia menyadari bagaimana ruang itu seharusnya diperlakukan (dikapitalisasi, misalnya), wacana tentang ruang telah terbentuk lebih dahulu. Setidaknya wacana ini telah menjadi konsep dasar bagi manusia untuk membuat kategori, memilah, memisahkan dan menyekat ruang-ruang fisik yang ada dalam kesehariannya. Wacana ini memberikan kemampuan manusia untuk menciptakan ruang dalam bentuk abstraksi. Yaitu, ketika alam mulai diabstraksi oleh manusia ke dalam praktik sosiokultural seperti menjadikannya bagian dari lagu atau ornamentasi pada karya seni. Lefebvre mengungkapkan, âThe first implication is that (physical) natural space is disappearing. Granted, natural space was â and it remains â the common point of departure: the origin, and the original model, the social process â perhaps even the basis of all âoriginalityâ. Granted too,

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-writings-on-citiesbookosorg.html)

[Henri Lefebvre] Writings on Cities(Bookos.org) (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-writings-oncitiesbookosorg.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/eldenstuart-understanding-henri-lefebvre.html)

Elden Stuart - Understanding Henri Lefebvre (https://docslide.com.br/documents/eldenstuart-understanding-henrilefebvre.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-a-revolucao-urbanacap1.html)

Henri Lefebvre. A revolução urbana.Cap1 (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-a-revolucaourbanacap1.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

that natural space has not vanished purely and simply from the scene ⦠As source and as resource, nature obsesses us, as do childhood and spontaneity, via the filter of memory ⦠Nature is also becoming lost to thought ⦠Even the powerful myth of nature is being transformed into a mere fiction, a negative utopia: nature is seen as merely the raw material out of

(https://docslide.com.br/documents/a-revolucaourbana-henri-lefebvre.html)

infinite in its depth, but it has been defeated, and now waits only for its ultimate voidance and destruction.â (1991, 30-31).

A revolução urbana henri lefebvre (https://docslide.com.br/documents/arevolucao-urbana-henri-lefebvre.html)

Menurut Lefebvre, ini adalah awal dari runtuhnya ruang alamiah ke dalam ruang sosial. Semenjak ruang alamiah ini runtuh

Documents

which the productive forces of a variety of social systems have forged their particular spaces. True, nature is resistant, and

ke dalam ruang sosial melalui proses abstraksi dan pewacanaan, maka ruang mulai memiliki historisitasnya. Historisitas ini ternarasikan melalui proses abstraksi dan pewacanaan terhadap ruang yang lambat lain menjadi sebuah konsepsi keruangan (konsepsi spasial). Bermula dari pemisahan ruang-ruang sakral dan profan, manusia mulai membangun relasi sosial yang berdasar pada praktik sosial dalam ruang-ruang tertentu. Jika ruang sudah memiliki historisitasnya, maka dengan sendirinya ruang-ruang baru yang dikonstruksi melalui relasi sosial ini adalah juga sebuah produk sosial. Hal ini juga yang mendasari pembedaan âruangâ dengan âalam.â Ruang pada akhirnya berimplikasi pengetahuan. Ruang dibentuk oleh konsepsi spasial manusia. Konsepsi spasial tersebut lambat laun menstrukturisasi dirinya menjadi ilmu pengetahuan

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/lefebvrehenri-sociologia-de-marx.html)

lefebvre, henri - sociología de marx (https://docslide.com.br/documents/lefebvre henri-sociologia-de-marx.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

tentang ruang. Jika alam memberikan inspirasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya seperti biologi, matematika, fisika, kimia dan ilmu alam lain, maka ruang menciptakan ilmu pengetahuan tentang dirinya sendiri. Dalam âThe Production of Spaceâ Lefebvre berusaha menunjukkan bahwa ilmu pengetahuanlah yang paling berperan memberi jalan bagi manusia untuk memaknai lingkungannya sebagai ruang. Baginya, persoalan pemaknaan manusia terhadap ruang seharusnya menjadi agenda utana ilmu pengetahuan karena keberadaan manusia itu sendiri di dalam ruang alamiahnya sebagai sebuah peristiwa spasial. Lefebvre lalu memulainya dari perdebatan ruang dan waktu, yang ia maknai sebagai historisitas. Aspek Historisitas: Ruang dan Waktu Sebagai Kontinuum Serupa dengan argumentasi Foucault di masa yang

(https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-contra-los-tecnocratas.html)

Henri Lefebvre - Contra los Tecnócratas (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-contra-los-tecnocratas.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

sama (1967), relasi antar-ruang yang terjadi sepanjang sejarah peradaban Barat telah memosisikan ruang secara dikotomis terhadap waktu. Dicurigai, hal tersebut bermula dari interpretasi terhadap teks-teks Biblikal tentang penciptaan jagad raya dalam kitab Kejadian (Genesis) pada masa Abad Pertengahan dan sebelumnya. Waktu dianggap dimulai bersamaan terjadinya âledakanâ pertama yang membuat jagad menjadi âada.â Bahkan interpretasi waktu dalam konsep yang sekuensial tersebut berasal dari hal yang sama. Kemudian perkembangan ilmu pengetahuan Barat yang menjadikan ilmu pengetahuan alam sebagai garda depannya membuat peradaban Barat terobsesi dengan rasionalisme yang dijelaskan melalui kausalitas. Kausalitas

(https://docslide.com.br/documents/the-urbanrevolution-henri-lefebvre.html)

The Urban Revolution - Henri Lefebvre (https://docslide.com.br/documents/theurban-revolution-henri-lefebvre.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

kemudian memberi jalan bagi peradaban Barat untuk mengonstruksi pemahaman terhadap ruang dalam prinsip yang sama, bahwa ada ruang maka ada waktu, atau sebaliknya, waktu harus meruang untuk menjadi âada.â Kelanjutan dari prinsip ini adalah ruang-ruang yang dioperasionalisasikan secara dikotomis, seperti ruang sakral (rumah ibadah, gereja) dan profan

(https://docslide.com.br/documents/ruang-kelasdalam-produksi.html)

dan neraka. Untaian logika ini kelamaan menempatkan ranah publik dan kolektif sebagai yang profan dan yang privat

Ruang Kelas Dalam Produksi (https://docslide.com.br/documents/ruangkelas-dalam-produksi.html)

sebagai yang sakral. Gereja menjadi sakral karena dimaknai sebagai rumah Tuhan. Lefebvre berargumentasi bahwa ruang

Documents

(kedai minum, pasar, alun-alun), ruang privat (istana raja, rumah tinggal) dan ruang publik (pasar, alun-alun) hingga surga

yang kolektif itulah ruang sesungguhnya, yang diproduksi melalui relasi sosial dengan berbagai modus produksi. Kembali kepada penjelasan sebelumnya, interseksi dari relasi sosial dengan modus produksi manusia menghasilkan berbagai beragam ruang yang saling berinterseksi satu sama lain. Interseksi ini adalah relasi antar-ruang yang lambat laun sejalan dengan perkembangan peradaban, perlu untuk dikendalikan. Upaya kontrol (means of control) yang berhasil dikontruksi manusia melalui ilmu pengetahuan adalah ilmu geografi. Geografi ini merupakan proyeksi dari intensi kontrol atas ruang yang sesungguhnya dikehendaki manusia sebagai sebuah praksis politik, yang kemudian dimaknai sebagai Geopolitik. Dalam geografi, ruang alamiah dirasionalisasi dan diabstraksi baik secara imajinasi spasial (seperti peta) maupun secara utilitarian (yang menjadikan tanah sebagai asset kapital). Uraian di atas mencoba menjelaskan bagaimana konstruksi ilmu pengetahuan membantu manusia untuk merasionalisasi ruang-ruang alamiahnya ke dalam abstraksi modus produksi. Jika logika Marxian mereduksi segala praktik sosial ke dalam abstraksi ekonomi, maka Lefebvre justru berusaha menambahkan determinisme Marxian tentang relasi produksi ini kepada konteksnya, yaitu melalui relasi manusia dengan lingkungan alamiah yang menjadi latar belakang sosialnya. Lefebvre menempatkan persoalan praktik rasionalisasi sebagai kecenderungan untuk mereduksi ruang ke dalam abstraksi utilitarian, ketika manusia secara kolektif mulai melakukan aktivitas produksinya dengan kesadaran penuh. Modus produksi membangun relasi ruang-ruang dan kemudian memroduksi

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/53694751henri-lefebvre-contra-los-tecnocratas.html)

53694751 Henri Lefebvre Contra Los Tecnocratas (https://docslide.com.br/documents/536947 henri-lefebvre-contra-lostecnocratas.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

ruang baru sesuai dengan kepentingan produksi. Cara ini dilakukan dengan apropriasi. Lefebvre menjelaskan bahwa setiap kelompok masyarakat â dan setiap modus produksi yang berlangsung â memroduksi ruangnya masing-masing. Lefebvre menyatakan, â⦠every society â and hence every mode of production with its subvariants (i.e. all those societies which exemplify the general concept) â produces a space, its own space ⦠For the ancient city had its own spatial practice: it forged its own â appropriated â space.â (1991, 31) Aktivitas produksi ruang membuat sebuah proses produktif tertanam dalam ruang tersebut. Itu sebabnya, ketika membicarakan ruang, aspek historisitas tidak mungkin dihindari. Historisitas dari ruang, sebagai praktik memroduksi realitas, bentuk dan representasinya tidak dapat serta-merta dianggap sebagai

(https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-the-production-of-space.html)

Henri Lefebvre - The Production of Space (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-the-production-of-space.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

kausalitas yang berimplikasi waktu (baik dalam konsep Gregorian tradisional berupa jam, tanggal, hari, minggu, bulan, dan tahun) yang mewujud dalam peristiwa, atau sekuen. Ungkap Lefebvre, âIf space is produced, if there is a productive process, then we are dealing with history ⦠The history of space, of its production qua ârealityâ, and its forms and representations, is not to be confused either with the causal chain of historical (i.e. dated) events, or with a sequence, whether teleological or not, of customs and laws, ideals and ideology, and socio-economic structures or institutions (superstructures). But we may be sure that The forces of production (nature; labour and the organization of labour; technology and knowledge) and, naturally, the relations of

(https://docslide.com.br/documents/material-delectura-sobre-henri-lefebvre.html)

Material de Lectura Sobre Henri Lefebvre (https://docslide.com.br/documents/materia de-lectura-sobre-henri-lefebvre.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

production play a part â though we have not yet defined it â in the production of space.â (1991, 46) Historisitas dalam konteks ini merupakan seluruh rangkaian relasi produksi yang berlangsung dalam sebuah ruang, termasuk konstruksi ilmu pengetahuan yang memungkinkan proses produksi ruang tersebut terjadi. Keseluruhan rangkaian relasi tersebut, mengejawantah melalui relasi sosial (antarkolektif) sebagai sebuah praktik sosial. Agar dapat memahami ruang secara komprehensif sebagaimana yang diargumentasikannya, Lefebvre menganjurkan untuk melepaskan dikotomi ruang yang telah melembaga dalam paradigma episteme Barat. Itu sebabnya, Lefebvre mengajukan konsep pemahaman ruang tidak dalam struktur yang dikotomis, akan tetapi secara trikotomis. Konsep ini kemudian disebut âTriad Konseptualâ yaitu

(https://docslide.com.br/documents/o-direito-acidade-henri-lefebvre-55fc72d81b094.html)

O Direito À Cidade - Henri Lefebvre (https://docslide.com.br/documents/odireito-a-cidade-henri-lefebvre55fc72d81b094.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

representasi dari relasi produksi yang berimplikasi dalam sebuah praktik sosial. Triad Konseptual ini yang dimaksudnya sebagai âThe Production of Space,â yaitu praktik memroduksi ruang yang dilakukan manusia melalui relasi produksi pada sebuah relasi dan praktik sosial. âA triad: that is, three elements and not two. Relations with two elements boil down to oppositions, contrasts or antagonisms. They are defined by significant effects: echoes, repercussions, mirror effects.â (1991, 38-39) Konsepsi triad dimaksudkan Lefebvre untuk menghindari oposisi elemen satu dengan lainnya, sebagai jawaban atas problem dikotomi yang dipersoalkannya. Sebagai sebuah trikotomi, ketiganya merupakan struktur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap ruang (baik dalam tataran ruang, tempat maupun locus) dalam peradaban manusia

(https://docslide.com.br/documents/lefebvrehenri-o-direito-a-cidade.html)

LEFEBVRE, Henri - O Direito a Cidade (https://docslide.com.br/documents/lefebvre henri-o-direito-a-cidade.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html)

merupakan hasil produksi manusia â untuk membedakannya dengan alam â yang di dalamnya terdapat struktur trikotomis ini. Masing-masing elemen dari triad ini menunjang keberadaan yang lain. Triad itu terdiri dari Praktik Spasial (Spatial Practice), Ruang Representasional (Representational Space) dan Representasi Ruang (Representations of Space). Setiap elemen dari triad ini akan dibahas dalam uraian berikut ini. Praktik Spasial (Spatial Practice) Berangkat dari uraian panjang di atas, Lefebvre memandang bahwa hanya melalui relasi sosio- historis dari sebuah sosial sebuah ruang dapat diproduksi. Namun bagaimana sebuah ruang secara konkret diproduksi? Lefebvre mendudukkan praktik sosial sebagai praktik spasial. Praktik sosial dalam perspektif Lefebvre selalu mengapropriasi ruang-ruang fisik tempat praktik sosial terjadi atau berlangsung. Apropriasi dapat berupa tindakan fisik dan konkret memberi tindakan,[1] atau, melalui konstruksi ilmu pengetahuan yang memungkinkan praktik pemaknaan terhadap ruang, yang merupakan sebuah pemfungsian spesifik terhadap ruang (specific use of space). Elaborasi dari Lefebvre menjelaskan, âEveryone knows what is meant when we

(https://docslide.com.br/documents/lefebvrehenri-1996-writings-on-cities.html)

Lefebvre, Henri (1996) - Writings on Cities (https://docslide.com.br/documents/lefebvre henri-1996-writings-on-cities.html) Documents

(https://docslide.com.br/category/documents.html) (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-o-direito-a-cidade-560c26c392334.html)

general to

Henri Lefebvre - O Direito à Cidade (https://docslide.com.br/documents/henrilefebvre-o-direito-a-cidade560c26c392334.html)

describe a social space. They correspond to a specific use of that space, and hence to a spatial practice that they express

Documents

speak of a âroomâ in an apartment, the âcornerâ of the street, a âmarketplaceâ, a shopping or cultural âcentreâ, a public âplaceâ, and so on. These terms of everyday discourse serve to distinguish, but not to isolate, particular spaces, and in

and constitute.â (1991, 16) Menyesuaikan dengan penggunaan spesifik ruang, setiap praktik sosial, menurut Lefebvre, selain berimplikasi ruang juga merupakan konstitusi dari kategorisasi dan pengunaan spesifik ruang yang disebutkan di atas. Setiap praktik sosial selalu menemukan ruangnya sendiri dan sebaliknya, praktik sosial merupakan praktik yang disadari atau tidak, menciptakan (Lefebvre menggunakan istilah âmemroduksiâ) ruang. Praktik sosial selalu menginvestasikan makna tertentu kepada sebuah ruang (Massey, 1994) dan membuat sebuah ruang menjadi âtempat.â Secara geografis dan geopolitik, ruang yang telah dimaknai sebagai tempat adalah âlocusâ (lokasi). Praktik sosial, disadari atau tidak, melakukan pemaknaan-pemakaan itu terus-menerus. Lefebvre tidak membedakan praktik sosial dengan praktik spasial. Praktik spasial adalah praktik sosial. Spatial Practice (Praktik Spasial) dijelaskannya: â⦠embraces production and reproduction, and the particular locations and spatial sets characteristic of each social formation. Spatial practice ensures continuity and some degree of cohesion. In terms of social space, and of each member of a given societyâs relationship to that space, this cohesion implies a guaranteed level of competence and a specific level of performance.â*2+ (1991, 33) Praktik spasial secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika seorang petani menanami sebidang tanah dengan singkong, dapat dikatakan bahwa ia sedang memaknai sebuah ruang (berupa tanah kosong) sebagai ladang. Ladang ini menjadi tempatnya melakukan aktivitas produksi. Jika kemudian ia mengurus hak kepemilikan atas sebidang tanah tersebut melalui kantor urusan agraria, maka pemaknaan tersebut menjadi lebih spesifik. Ia memberikan kategori geografis untuk menjelaskan bahwa aktivitas produksinya menanam singkong berada pada lokasi geografis tertentu. Sebagaimana dikatakan Lefebvre, â⦠the spatial practice of a society secretes that societyâs space; it propounds and presupposes it, in a dialectical interaction; it produces it slowly and surely as it masters and appropriates it. From the analytic standpoint, the spatial practice of a society is revealed through the deciphering of its space.â (1991, 38) Dalam hal ini, ladang ini telah menjadi tempat fisik yang dibingkai oleh relasi antar-ruang yang membedakan ruang yang diapropriasinya dalam konteks tertentu. Ladangnya menjadi berbeda dengan pekarangan rumahnya walaupun mungkin saja ia juga menanam singkong di pekarangannya. Contoh di atas menjadi lebih rumit jika setting yang digunakan adalah aktivitas dagang. Misalnya jika sebidang tanah kosong dimaknai secara kolektif sebagai pasar, yaitu tempat bertenunya relasi sosial dalam bentuk transaksi dagang dan praktik jual-beli. Di dalam pasar, masing-masing pedagang mengapropriasi ruang masing-masing (berupa kios) dan interseksi ruang-ruang antarkios tersebut membangun relasi sosial yang dikonstruksi bersama dengan para pembeli. Oleh karena pasar tidak akan menjadi pasar tanpa transaksi dagang, maka sebagai ruang, pasar berinterseksi dengan wacana-wacana lain di luar praktik spasial yang fisik. Pada saat yang sama, praktik spasial tidak hanya semata apropriasi fisik terhadap ruang. Ia juga merupakan praktik simbolik seperti yang dijelaskan berikut ini. Representasi Ruang (Representations of Space) Wacana lain di luar praktik spasial dalam tataran fisik yang disebutkan di atas adalah berbagai wacana yang diperlukan untuk memroduksi atau mengonstruksi ruang. Lefebvre menjelaskan bahwa ruang yang dikonseptualisasi sebagai wacana adalah ruang itu sendiri. Secara terstruktur, ruang dikonseptualisasi menjadi sebuah abstraksi dan ilmu oleh para ilmuwan, seperti arsitek, ahli planologi, insinyur sipil, pemegang kebijakan, pemerintah. Abstraksi secara terus-menerus diwacanakan pada akhirnya menjadikan ruang runtuh ke dalam representasi. Wacana dan konsepsi tentang ruang hanya memungkinkan persoalan ruang dipraktikkan secara verbal dan melalui representasi bahasa dan sistem tanda. Ia mengatakan bahwa ruang ini adalah â⦠the dominant space in any society (or mode of production) ⦠towards a system of verbal (and therefore intellectually worked out) signs.â (1991, 39). Ruang Urban merupakan contoh yang paling tepat. Terminologi âRuang Urbanâ itu sendiri merupakan produksi dari praktik intelektual melalui sistem tanda yang verbal, dan terartikulasikan dalam ruang ilmu pengetahuan. Terminologi Ruang Urban hadir sebagai istilah yang merepresentasikan ruang hidup (Lived Space)[3] manusia kontemporer di perkotaan. Dalam ruang hidup ini, praktik spasial terjadi dan terus-menerus mengapropriasi spasialitas sehari-hari manusia urban. Lebih jauh lagi, spasialitas ini kemudian dipersepsi oleh ilmuwan yang ahli di bidang ruang (sebagai Perceived Space)[4] dan kemudian secara verbal dipersoalkan dalam berbagai diskusi akademik. Dalam diskusi akademik tersebut, ruang yang dibicarakan sama sekali tidak hadir secara fisik. Namun hasil dialog akademis tersebut menghasilkan ruang baru (berupa Conceived Space), yaitu wacana ilmiah tentang ruang (dari ruang fisik di kota) yang dibicarakan. Dari situlah konsepsi terhadap ruang tertentu hadir dan melembaga sebagai wacana. Dalam situasi ini, gagasan seorang arsitek atau desainer interior tentang ruang tidur yang ia gambar di buku sketsanya sudah merupakan sebuah ruang. Ruang yang kemudian diproduksinya secara fisik tidak akan mungkin mewujud tanpa adanya gagasan dan sketsa tersebut. Relasi antara gagasan terhadap ruang dengan praktik spasial merupakan sebuah kontinuum tempat historisitas manusia direproduksi terus-menerus (melalui praktik spasial dan relasi sosial) sebagai konstruksi sosio-historis. Hal inilah yang Lefebvre maksud sebagai relasi antara Perceived, Conceived dan Lived Space. Ia menggambarkan relasi tersebut, âRelations between the three moments of the perceived, the conceived and the lived are simple or stable, nor are they âpositiveâ in the sense in which this term might be opposed to ânegativeâ, to the indecipherable, the unsaid, the prohibited, or the uncounscious. ⦠The fact is, however, that these relationships have always had to be given utterance, which is not the same thing as being known â even âuncosciouslyâ.â (1991, 46). Representasi Ruang membuka peluang bagi ruang yang tadinya tidak hadir dalam kesadaran menjadi âditemukanâ oleh peradaban. Perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia telah memungkinkan manusia mengubah âruang alamiahâ menjadi âkota.â Hal tersebut dimulai ketika ruang masuk ke dalam kesadaran manusia, masuk ke dalam sistem verbal manusia melalui percakapan dan perlahan membangun episteme tentang ruang. Melalui praktik simbolik dalam bahasa, ilmu pengetahuan dan struktur pemaknaannyalah manusia menciptakan ruang-ruang dalam sistem representasi. Lefebvre menjelaskan bahwa Representasi Ruang adalah ruang yang: â⦠tied to the relations of

(https://docslide.com.br/category/documents.html) View more (https://docslide.com.br/search? q=Henri+Lefebvre+Ruang+Produksi)

production and to the âorderâ which those relations impose, and hence to knowledge, to signs, to codes, and to âfrontalâ relations.â (1991, 33). Representasi Ruang, dalam konteks ini, berfungsi sebagai penata dari berbagai relasi yang menghubungkan ruang-ruang tertentu dengan berbagai wacana di luar ruang itu sendiri. Representasi inilah yang memberikan jalan bagi manusia untuk membingkai ruang pada konteksnya, dan kemudian memaknainya melalui sistem tanda, kode dan bahasa. Pemaknaan ini diperlukan agar ilmu pengetahuan tentang ruang dapat dikembangtumbuhkan, dan dengan demikian manusia dapat menempatkan dirinya sebagai pengendali dari berbagai relasi antar-ruang yang terjadi. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan tentang ruang agar dapat memroyeksikan dirinya dan orang lain dalam sebuah ruang. Geografi, arsitektur dan planologi merupakan sarana manusia untuk membangun relasi antar-ruang agar manusia dapat menguasai dan mengendalikan ruang-ruang di sekelilingnya, baik yang hadir secara fisik sebagai realitas yang belum dimaknai, maupun yang telah dimaknai melalui aktivitas produksi ruang. Interseksi antar-wacana ilmu pengetahuan dengan keinginan untuk mengontrol ruang dapat ditemukan secara konkret dalam abstraksi ekonomi yang berimposisi terhadap ruang tersebut. Pada momen tertentu, ilmu pengetahuan tentang ruang berbalik menjadi sarana bagi praktik kapitalisasi ruang yang didominasi logika atau abstraksi ekonomi. Dalam hal ini, Lefebvre menyatakan: âRepresentations of space are certainly abstract, but they also play a part in social and political practice: established relations between objects and people in represented space are subordinated to a logic which will sooner or later break them up because of their lack of consistency.â (1991, 42). Ilmu pengetahuan membantu manusia memaknai ruang sebagai Perceived Space, yaitu ruang yang dipersepsi dalam kerangka pikir tertentu dan dikonversi ke dalam sistem representasi tertentu dan menjadikan ruang dalam tataran Conceived Space sebagai ruang yang semata simbolik. Simbolisme tersebut mewujud dalam spasialisasi dominan yang sesungguhnya memarjinalisasi Lived Space (Ruang yang Dihidupi). Persoalan yang dicermati Lefebvre adalah bagaimana relasi antar-ruang yang termapankan melalui struktur ilmu pengetahuan juga memapankan relasi antara manusia dengan objek dalam sebuah ruang yang direpresentasikan. Dalam situasi ini, manusia tersubordinasi ke dalam kerangka logika geopolitik yang dilakukan kelompok dominan. Ruang urban yang dihidupi manusia kini telah membangun logika spasialnya sendiri untuk memapankan posisi dominan sebagai penguasa, dan lebih jauh lagi, logika spasial tersebut diperlukan untuk memaksa masyarakat urban memahami hirarki kekuasaan yang ditanamkan negara ke dalam ruang urbannya. Menjadi penting misalnya, kantor pemerintah berada di pusat kota dengan alun-alun yang besar dan luas, alih-alih ruang publik. Namun ruang publik ini menuntut semua orang untuk berperilaku sesuai dengan keinginan penguasa. Hal tersebut yang membuat, sebuah konser kelompok Punk underground sulit terlaksana di alun- alun pusat kota. Representational Spaces (Ruang Representasional) Ketika ruang dipahami semata secara simbolik, maka sesungguhnya praktik spasial dalam keseharian manusia menjadikan simbolisme itu sebagai penanda relasi antar-ruang yang paling konkret. Contoh yang paling sederhana adalah ikon laki-laki dan perempuan yang dipasang di setiap penanda dan pintu toilet umum. Ikon tersebut merupakan pencapaian intelektual dari bidang ilmu Desain Grafis â yang menjadi derivasi dari Seni Rupa. Kepentingan pelayanan umum yang beroperasi di ruang publik tertentu, katakanlah sebuah bandar udara, menuntut adanya jawaban pertanyaan bagaimana memisahkan ruang privat laki-laki dan perempuan. Layanan umum yang dimaksudkan di sini sebenarnya adalah upaya kontrol atas seksualitas yang terjadi di ruang publik bandar udara. Yang menurut Lefebvre patut dicermati adalah bila ruang representasional runtuh ke dalam simbolisme semata. Menyambung contoh pada bagian sebelumnya kita dapat memahami mengapa sebuah konser Punk atau Metal underground sulit diselenggarakan di sebuah alun-alun kota yang berhadapan dengan simbol negara â kantor pemerintah kota. Ruang publik yang seharusnya dalam konsep Habermas menjadi ruang tempat konsensus terbangun karena pertemuan kepentingan dari berbagai kelompok yang (dipaksa menjadi) egalitarian, dalam konsep Lefebvre menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi hal tersebut dapat terjadi jika kekuasaan yang beroperasi melalui spasialisasi dominan[5] berhasil menemukan logika umum, untuk diterjemahkan ke dalam berbagai wacana kepentingan. Maka menurut Lefebvre, Ruang Representasional hanya menghasilkan hal-hal yang simbolik sifatnya. Yang menjadi persoalan adalah, karena seringkali produk simbolik Ruang Representasional ini terjebak dalam trend estetik, ia menjadi temporer dan mudah sekali kehilangan momentumnya. Seperti yang dijelaskannya: â... the only product of representational spaces are symbolic works. These are often unique; sometimes they set in train âaestheticâ trends and, after a time, having provoked a series of manifestations and incursions into the imaginary, run out of stream.â (1991, 42) Ketika sebuah Ruang Representasional kehilangan momentum, maka sebenarnya ruang tersebut juga kehilangan historisitasnya karena historisitas telah diambil alih oleh berbagai abstraksi melalui pemaknaan simbolik dan praktik simbolisasi yang dilakukan kelompok dominan. Abstraksi terus- menerus ini telah menjadikan praktik simbolik dan simbolisme tersebut sebagai ruang itu sendiri. Ruang ini yang kemudian disebutnya sebagai Ruang Abstrak (Abstract Space). Lefebvre menjelaskan: âThis abstract space took over from historical space, which nevertheless lived on, though gradually losing its force, as substratum or underpinning of representational spaces. Abstract space functions âobjecticallyâ, as a set of things/signs and their formal relationships: glass and stone, concrete and steel, angless and curves, full and empty. Formal and quantitative, it erases distinctions, as much those which derive from nature and (historical) time as those which originate in the body (age, sex, ethnicity).â (1991, 48-49) Contoh Ruang Representasional yang telah runtuh ke menjadi Ruang Abstrak adalah Bundaran Hotel Indonesia (Bundaran HI), Jakarta. Melalui relasi kekuasaan, Bundaran HI yang pada awalnya diciptakan sebagai penanda Jakarta metropolis kemudian menjadi situs tempat demonstrasi dilakukan sejak masa Reformasi 1998. Kini, Bundaran HI kehilangan pemaknaan historisnya ketika Pemerintah Kota DKI merombak situs tersebut dengan membuatkan air mancur yang megah. Penanda baru berupa air mancur tersebut dapat dimaknai sebagai upaya meruntuhkan Bundaran HI sebagai Ruang Representasi dari kelas atau kelompok tertentu yang âmenentangâ negara, karena ruang itu, secara representasional telah direbut sebelumnya oleh masyarakat. Sejak Bundaran HI tampil dengan wajah baru yang lebih mewah dan indah, maka kelompok lain dari masyarakat memaknainya secara berbeda, yaitu sebagai tempat untuk melakukan praktik produksi kreatif seperti fotografi atau perekaman gambar untuk film. Demonstrasi politik telah memberikan jalan bagi semua orang untuk berani mengakses Bundaran HI, namun kini yang tersisa hanyalah akses bagi semua orang karena berbagai pemaknaan yang berbeda terhadap ruang tersebut telah saling tumpang-tindih. Hal tersebut terjadi karena Ruang Representasional yang dikonstruksi negara hingga kelompok demonstran masa Reformasi telah runtuh ke dalam abstraksi pertunjukan. Abstraksi pertunjukan ini dilakukan oleh negara sendiri, yaitu Pemerintah Kota (dengan cara memercantik air mancur â menjadikan Bundaran HI sebagai landmark ibukota yang penting), juga oleh media massa (cetak dan elektronik) yang semasa Reformasi, telah memosisikan Bundaran HI sebagai ruang demo yang efektif melalui headline berita yang mereka sampaikan terus-menerus sejak 1998. Praktik tersebut menjadikan Bundaran HI sebagai Ruang Abstrak, bukan abstrak karena tidak dapat dipahami manifestasi fisiknya, melainkan abstrak dalam artian telah sepenuhnya runtuh ke dalam abstraksi. Abstraksi masing-masing kelompok yang menarasikan kepentingannya disuperimposisi dengan abstraksi kelompok dominan, melalui relasi kuasa Pemerintah DKI dengan kuasa media massa. Abstraksi tersebut merebut aspek historisitas yang telah diinvestasikan berbagai pihak, baik negara sejak masa Orde Lama hingga masyarakat umum kini. Pada akhirnya, sejarah yang tertulis pada situs kota tersebut hilang dan semata menjadi objek kota yang formal: monumen fisik. Oleh masyarakat kontemporer, Bundaran HI kini semata dimaknai sebagai panggung demonstrasi. Ruang Representasional oleh Lefebvre dikatakan sebagai ruang yang, â⦠embodying complex symbolisms, sometimes coded, sometimes not, linked to the clandestine or underground side of social lifeâ¦â (1991, 33). Namun di sisi lain, Ruang Representasional adalah ruang yang menurut Lefebvre penuh dinamika karena di ruang inilah berbagai kepentingan diartikulasikan melalui hasrat dan tindakan. Implikasinya adalah waktu, yang secara ironis justru memarjinalkan historisitas. Uraian tentang Bundaran HI dijelaskan oleh Lefebvre sebagai berikut: âRepresentational spaces, on the other hand, need obey no rules of consistency or cohesiveness. Redolent with imaginary and symbolic elements, they have their source in history â in the history of a people as well as in the history of each individual belonging to that people. ⦠By contrast, these experts have no difficulty discerning those aspects of representational spaces which interest them: childhood memories, dream, or uterine images and symbols (holes, passages, labyrinths). Representational spaces is alive: it speaks. It has an affective kernel or centre: Ego, bed, bedroom, dwelling, house; or: square, church, graveyard. It embraces the loci of passion, of action and of lived situations, and thus immediately implies time. Consequently it may be qualified in various ways: it may be directional, situational or relational, because it is essentially qualitative, fluid and dynamic.â (1991, 40-42) Spasialisasi Dominan Superblok Jakarta Persoalan Ruang Abstrak dalam pemikiran Lefebvre tidak semata menyangkut bagaimana abstraksi yang simbolik merebut spasialisasi konkret di tataran sosial. Di masa pergulatan pemikirannya, Lefebvre banyak berdialog dengan Guy Debord yang menggagas âThe Society of Spectacleâ (1967). Dialognya dengan Debord terefleksi pada paralelisme âMasyarakat Ruang Abstrakâ (The Society of Abstract Space) yang digagasnya, dengan âMasyarakat Pertunjukanâ (The Society of Spectacle) gagasan Debord. Lefebvre menekankan bahwa Masyarakat Ruang Abstrak adalah masyarakat yang harus diubah (dan jika perlu dilawan) karena tidak berdasarkan pada relasi sosial yang berbasis pada tindakan produktif yang nyata.[6] Masyarakat Ruang Abstrak hidup dalam simbolisme yang tidak berakar pada pengalaman sosial dan pengalaman spasial sesungguhnya. Akibatnya, praktik spasial yang mereka lakukan menjadi spasialisasi dominan yang cenderung mengondisikan masyarakat untuk hidup dalam homogenitas. Sebagai filsuf, Lefebvre berprinsip bahwa filsafat modern seharusnya memberikan lebih banyak perhatian pada tataran praksis dan bagaimana filsafat dapat sepenuhnya menjadi tindakan nyata. Highmore (2003) dalam Radical Philosophy edisi Mei â Juni 2003 menyebut bahwa, âLefebvre offers a definition of philosophy as ?an attempt to bring the greatest possible quantity of present-day human experience, the experience of our so-called âmodernâ era, along with the practical experience of love, political action or knowledge, into a

experience of our so-called âmodernâ era, along with the practical experience of love, political action or knowledge, into a set of reflections and concepts'.â*7+ Hal ini menjelaskan bahwa fokus utama Lefebvre dalam spasialitas adalah bagaimana pengalaman nyata manusia modern tentang cinta, tindakan politik dan pengetahuan, dapat merefleksi sebagai kerangka konseptual. Kerangka konseptual ini yang memberikan acuan bagi manusia modern merespon spasialisasi dominan. Respon ini diperlukan mengingat setiap manusia modern (yang urban) berhak atas ruang hidupnya di kota. Hal ini diungkapkannya sebagai âThe Right to the City.â Purcell (2003, 103) menjelaskan: âLefebvreâs vision of the right to the city is therefore one of radical transformation of urban social and spatial relations. It would transform both current liberaldemocratic citizenship relations and capitalist social relations. First, the dominant model of citizenship is entirely upended by the right to participation. Lefebvreâs idea entails much more than simply returning to or enlarging the established liberaldemocratic citizenship structures in the face of governance change. Rather urban inhabitance directly confronts national citizenship as the dominant basis for political membership.â*8+ Dalam keseharian urban Jakarta, kutipan di atas dapat dilihat pada kasus hadirnya superblok- superblok di Jakarta. Superblok adalah kawasan terintegrasi yang terdiri dari apartemen (pemukiman/hunian), mall mewah (pusat perbelanjaan) dan perkantoran. Merujuk pada Kusno (2009).[9] Superblok dapat dimaknai sebagai strategi Pemerintah Kota untuk mengembalikan investasi ke tengah kota Jakarta yang sempat âlariâ akibat peristiwa Mei 1998. Hilangnya investasi bersamaan pula dengan hilangnya Pemerintah Kota sebagai otoritas tertinggi kota. Di sisi lain, superblok dapat dibaca lebih kritis lagi dalam bingkai spasialisasi dominan, yaitu dengan menempatkan superblok sebagai gejala homogenisasi ruang ke dalam abstraksi ekonomi. Sebagai contoh kasus mal Taman Anggrek yang menempati sebidang tanah seluas 10.000 m2 di kawasan Jakarta Barat. Areal tanah yang diokupasinya adalah bekas taman anggrek milik Tien Suharto, semasa beliau masih menjadi ibu negara RI. Sebelum menjadi kawasan superblok yang selesai dibangun tahun 1996, taman anggrek merupakan kawasan wisata dengan nilai ekonomi yang tidak seberapa. Kapitalisasi terhadap taman anggrek, areal seluas 10.000 m2 itu dapat menampung setidaknya sekian ratus toko, sekian ribu lalu lalang manusia pekerja dan pengunjung mal, serta sekian ratus kepala keluarga bertempat tinggal di kompleks apartemen yang dibangun persis di atas mal. Kalkulasi akhir menunjukkan signifikansi profit yang dihasilkan. Tindakan mengubah taman anggrek menjadi âKompleks Apartemen dan Mal Taman Anggrekâ adalah spasialisasi dominan. Persoalannya adalah, ketika gagasan spasialisasi terhadap kawasan tersebut dinilai berhasil, maka kapitalisasi terhadap lahan menemukan logika yang membenarkannya, yaitu logika ekonomi. Setiap area yang tidak dianggap produktif lalu dikapitalisasi dengan cara yang sama. Nilai tanah dilipatgandakan melalui apropriasi lahan, dengan cara memroduksi ruangruang hidup secara diametral â bertumpuk ke atas. Karakteristik dua dimensional area tersebut dimodifikasi secara geometris dengan membuat bangunan yang menumpuk ke atas. Logika matematis menjelaskan bahwa jika dalam area seluas 10.000 m2 setiap manusia memerlukan luas lahan individual 2m2, maka jumlah manusia yang dapat ditampung adalah 5.000 orang. Jika superblok dibangun 5 tingkat ke atas, maka dapat dimaknai sebagai pelipatgandaan luas lahan 5 lapis ke atas. Hal tersebut memungkinkan daya tampung lahan naik 5 kali lipat, sehingga jumlah manusia yang dapat ditampung adalah 25.000 orang. Dengan manusia sebanyak itu dalam kawasan seluas 10.000 m2, melalui praktik jual-beli ruang (untuk keperluan usaha maupun tempat tinggal) dan transaksi dagang setiap harinya, maka bayangkan akumulasi kapital yang terkonsentrasi di kawasan tersebut. Seluruh relasi sosial dan produktivitas yang terkonstruksi dalam ruang tersebut tidak membangun relasi sosial yang mengakar (meminjam istilah Lefebvre âembeddedâ). Rangkaian logika ekonomi menjadi penggerak utama dari terbentuknya kelompok masyarakat yang hidup di kawasan superblok Taman Anggrek. Kelompok masyarakat ini yang dikategorikan Lefebvre sebagai âmasyarakat ruang abstrak,â yang terbentuk tidak melalui relasi sosial yang menyejarah dengan segala aspek historisitas yang terinskripsi pada praktik sosial mereka. Masyarakat ini justru terbentuk melalui abstraksi ekonomi terhadap ruang, melalui spasialisasi dominan, yang dioperasionalisasikan oleh kelompok penguasa, dalam hal ini, penguasa kapital. Dalam hal ini Lefebvre menjelaskan: âIt is beyond dispute that relations of inclusion and exclusion, and of implication and explication, obtain in practical space as in spatial practice. 'Human beings' do not stand before, or amidst, social space; they do not relate to the space of society as they might to a picture, a show, or a mirror.â (1991, 294) Lebih parah lagi ketika keberhasilan superblok Taman Anggrek kemudian dijadikan parameter pembangunan ruang hidup oleh Pemerintah Kota. Kini telah terbangun beberapa kawasan superblok di beberapa wilayah ibukota. Prinsip kerja superblok tetap sama, yaitu melipatgandakan nilai ekonomis sebuah ruang dengan cara mereproduksinya secara berlapis-lapis, ditumpuk ke atas. Penumpukan ruang seperti ini merupakan kekhasan â sekaligus pencapaian penting â dari peradaban modern. Sejak arsitek Frank Llyod Wright dan Le Corbusier membangun New York dan Paris secara vertikal melalui gedung pencakar langit di masa awal modernisme 1930-an, peradaban modern menjadi terobsesi dengan pendirian monumen phallic yang mampu mengakumulasi kapital. Efisiensi menjadi kata kunci penting untuk memaknai praktik spasial seperti ini. Efisiensi bahkan menjadi satu-satunya cara yang dipahami kelompok penguasa untuk memaknai spasialitas. Hal ini disebabkan oleh hilangnya relasi sosial di tataran publik atau warga kota akibat semakin kurangnya ruang publik di Jakarta. Di sisi lain, relasi produksi juga telah digantikan oleh akumulasi kapital. Kegiatan ekonomi (yang menjelaskan aktivitas produksi) telah runtuh sepenuhnya dalam logika kapitalisme yang berbasis pada logika akumulasi kapital. Persoalan yang penting dalam konteks ini adalah akumulasi kapital tersebut berdampak pada akumulasi ruang, karena perkembangan kapitalisme telah mengorbankan ruang secara signifikan. Ruang-ruang kota yang dikapitalisasi dan dikonversi menjadi ruang-ruang ekonomis namun tidak produktif. Mengapa tidak produktif? Ruang ekonomis menghasilkan profit namun tidak berbasis pada relasi produksi yang konkret. Spasialisasi dominan cenderung me-render kota atau ruang hidup menjadi homogen. Persoalan homogenitas tidak hanya tampil dalam visualitas (fisik kota). Yang harus menjadi perhatian adalah ketika spasialisasi dominan juga memaksa kelompok yang didominasi untuk tunduk dalam spasialitas dan kehilangan relasi sosial mereka. Contohnya, ketika sebuah kampung pemukiman padat di tengah kota hendak dijadikan superblok. Terlepas dari argumentasi ekonomi yang kerap diutamakan dalam pertimbangan, kampung pemukiman itu harus tergusur oleh kuasa kapital yang beroperasi melalui kebijakan ruang (spasialisasi dominan). Hal tersebut berarti, lapangan olah raga yang didirikan bersama oleh warga kampung akan digantikan oleh pusat kebugaran (fitness center) di dalam kompleks superblok yang didirikan (hanya) oleh segelintir pemilik modal untuk tujuan akumulasi kapital. Warung-warung rokok dan toko kelontong kecil di dalam kampung akan digantikan oleh hypermarket yang biasanya berada di lantai paling bawah superblok. Tempat mangkal tukang sayur yang biasanya menjadi ajang pertemuan ibu-ibu kampung sambil berbelanja harian untuk keperluan masak sehari-hari akan digantikan oleh ruang-ruang display dalam hypermarket. Di dalam ruang seperti itu, relasi sosial yang terjadi ketika berbelanja (bertemu dan berbincang-bincang) tidak akan terjadi. Uraian di atas masih belum memersoalkan siapa yang akan menempati ruang superblok tersebut. Apakah warga kampung yang sama punya hak untuk tetap tinggal di superblok tersebut? Tentu jawabannya ya, namun persoalannya hak yang dipertanyakan itu direpresentasikan oleh kekuatan kapital semata. âYaâ jika ada uang. Hal ini menjelaskan, bahwa spasialisasi dominan merupakan praktik segregasi yang dilakukan Pemerintah Kota terhadap warganya. âSpace is divided up into designated (signified, specialized) areas and into areas that are prohibited (to one group or another). It is further subdivided into spaces for work and spaces for leisure, and into daytime and night-time spaces.â (1991, 292). Dalam kasus superblok, spaces for leisure dan spaces for work telah dikemas sedemikian rupa menjadi sesuatu yang compact dan padat. Persoalan dari spasialisasi dominan adalah ia dikendalikan oleh logika yang dominan. Jika kapitalisme menjadi logika dominan maka spasialisasi dominan akan didorong oleh semangat kapitalistik. Sebaliknya seperti di negara-negara komunis di masa perang dingin, spasialisasi dominan didorong oleh dominasi negara. Apa yang digagas Lefebvre dalam âThe Production of Spaceâ adalah kita dapat melihat bagaimana dominasi (relasi kuasa dalam bahasa Foucault, 1967) yang terjadi di ruang kota melalui praktik pembangunan dan apropriasi ruang fisik kota. Lefebvre menjelaskan, â⦠the replacement of residence by housing the latter being characterized by its functional abstraction. The ruling classes seize hold of abstract space as it comes into being (their political action occasions the establishment of abstract space, but it is not synonymous with it); and they then use that space as a tool of power, without for all that forgetting its other uses: the organization of production and of the means of production - in a word, the generation of profit.â (1991, 314) Lefebvre mengingatkan bahwa fenomena seperti yang diuraikan di atas perlu untuk disikapi secara serius, yaitu melawan. Seperti yang ia anjurkan, âRevolt through sudden re-spatialisation.â Warga kota dianjurkan untuk menciptakan ruang-ruang alternatif atas ruang dominan yang disuperimposisikan penguasa terhadap mereka. Ruang-ruang alternatif ini ia sebut âRuang Differensialâ (1991, 397). Ruang seperti ini merupakan apropriasi fisik terhadap kota yang memberikan peluang bagi warga kota untuk mengartikulasikan makna-makna berbeda terhadap ruang hidupnya di kota. Ruang Differensial ini dapat ditemukan dengan mudah sehari-hari, yaitu ketika para pedagang makanan kaki lima yang muncul di pinggiran superblok. âSpace is what makes it possible for the economic to be integrated into the political. 'Focused' zones exert influences in all directions, and these influences may be 'cultural', 'ideological', or of some other kind. It is not political power per se that produces space; it does reproduce space, however, inasmuch as it is the locus and context of the reproduction of social relationships - relationships for which it is responsible.â (1991, 321) Lefebvre menjelaskan bahwa Ruang Differensial memanusiakan, karena ia memberikan peluang bagi perbedaan untuk tampil. Persoalan yang selanjutnya harus dicermati adalah jika spasialisasi dominan memertemukan kapitalisme dengan sektarianisme yang berbasis agama, etnis atau penanda identitas kolektif lainnya. Lefebvre mengingatkan, âThe space that homogenizes thus has nothing homogenous about it.â (1991, 308). Menurut Lefebvre, Ruang Differensial adalah ruang yang memberikan hak untuk perbedaan (âThe Right to Differenceâ). Contoh sederhananya adalah taman bermain di sebuah ruang

kota yang menjelaskan bagaimana âleisure spaceâ dapat menjadi Ruang Differensial di sebuah urban. Ruang ini menjadi counter-space terhadap proyek planologi yang mendorong spasialisasi dominan kota. Melalui Shields (1999), âAs a counterspace/counter-site towards dominant spatialization on the city planning, its existence becomes a contradiction balancer that has been accumulated in an urban space.â Spasialisasi dominan selalu menghasilkan Ruang-ruang yang Kontradiktif (Contradictory Space). Dalam ruang seperti ini setiap perbedaan dihomogenisasi ke dalam ruang-ruang yang homogenik. Setiap perbedaan representasi kebudayaan diunifikasi ke dalam satu sistem bahasa yang tunggal. Contoh sederhana dari superblok adalah bagaimana setiap gedung tampil dalam ciri arsitektural (visualitas dan juga episteme terhadap ruang) yang sama, karena diproduksi oleh paradigma yang sama dan diinterupsi oleh abstraksi yang sama (abstraksi ekonomi). Di dalam ruang superblok, semua mengonsumsi representasi kebudayaan yang sama melalui produk-produk kapitalisme yang sama, seperti yang diargumentasikan Lefebvre: âIn a tight contradiction space, every difference is homogenized into homogenous spaces. Every cultural identity representation is unified (look back at the example on buildings). At the same time, those homogenous rooms contradict creates empty spaces (without identity, without investment of meaning by certain cultural identity) that are very different.â (1991, 356). Daftar Pustaka Aronowitz, Stanley, 2007. The Ignored Philosopher and Social Theorist: The Work of Henri Lefebvre. In: âSituations,â Vol. 2, No. 1, pp. 133â155. Burgin, Victor, 1996. In/different Places: Place and Memory in Visual Culture. Berkeley: University of California Press. Dear, J., Michael, Flusty, Steven, (Eds.), 2002. The Spaces of Postmodernity: Readings in Human Geography. Massachusetts: Blackwell. Habermas, Jürgen, 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Translated by Thomas Burger. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press. Higmore, Ben, 2003. On the Run, Tinjauan terhadap Henri Lefebvre, âCritique of Everyday Life,â Volume 2: Foundations for a Sociology of the Everyday, terjemahan John Moore, Verso, London and New York, 2002. 380. Dalam Radical Philosophy 119, Mei â Juni 2003. Kusno, Abidin, 2009. Ruang Publik, Identitas dan Memori Kolektif: Jakarta Pasca- Suharto.Yogyakarta: Ombak. Lefebvre, Henri, 1991. The Production of Space. Translated by Donald Nicholson-Smith, Oxford: Blackwell. Lefebvre, Henri, 2002. Critique of Everyday Life,. Trans. John Moore, London and New York,: Verso Morley, David, Robins, Kevin, 1995. Spaces of Identity. London and New York: Routledge. http://www.notbored.org/space.html Shields, Rob, 1999. Lefebvre, Love and Struggle: Spatial Dialectics. London and New York: Routledge. [1] Atau dapat juga menginvestasikan makna, Doreen Massey (1994) *2+ Catatan kaki dari penerjemah: âThese terms borrowed from Noam Chomsky, but this should not be taken as implying any subordination of the theory of space to linguistics.â [3] Lihat Lefebvre, 1991, 46. [4] Ibid. *5+ Terminologi âSpasialisasi Dominanâ Lefebvre muncul dalam âThe Right to the City,â melalui ungkapan âRevolt Through Dominant Spatialization.â [6] Untuk diskusi komparasi Lefebvre dengan Debord, lihat http://www.notbored.org/space.html [7] Radical Philosophy, dari http://www.radicalphilosophy.com/reviews/119-reviews, diakses tanggal 19 Desember 2011 pukul 20:29. *8+ Mark Purcell (2002), âExcavating Lefebvre: The right to the city and its urban politics of the inhabitant,â dalam GeoJournal 58, halaman 99 â 108. [9] Pembahasan mengenai Superblok Jakarta dalam bingkai kritik urban, lihat Abidin Kusno (2009) dalam âRuang Publik, Identitas dan Memori Kolektif: Jakarta Pasca-Suharto.â (https://docslide.com.br/documents/henri-lefebvre-ruang-produksi.html)

Download (https://docslide.com.br/download/link/henrilefebvre-ruang-produksi) DESCRIPTION Bagaimana Ekspansi manusia berjalan

TOP RELATED







HENRI LEFEBVRE (HTTPS://DOC…

LEFEBVRE, HENRI - DIALECTICA…

LEFEBVRE, HENRI RYTHMANALY…

reseña segundo capitulo de la revolucio urbana de

DIALECTICAL MATERIALISM BOOKS BY HENRI

1. 26 Rhythmanalysis The rhythm analyst could, in

henri lefevbre

LEFEBVRE Published by the University of

the long term, attempt somethinganalogous: works

Minnesota Press The Urban Revolution State,

[oeuvres] might return to and intervene in

4

We built a platform for members to share

0

Space, World: Selected Essays Dialectical 825 Materialism…

COMPANY

0

theeveryday. Without claiming…

CONTACT & LEGAL

documents and knowledge. And we are not related to any other website

About (https://docslide.com.br/about.html) Contact (https://docslide.com.br/contacts.html)

Terms (https://docslide.com.br/info/terms.html)

1456

0

OPENING HOURS Monday to Saturday 9:00am to 5:00pm Sunday: CLOSED

DMCA (https://docslide.com.br/info/dmca.html)

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

(https://facebook.com/d (https://twitter.com (https://goo

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.