Musnanda Satar | Geography, Regional Planning, GIS, Participatory [PDF]

Geography, Regional Planning, GIS, Participatory, Conservation and me...

8 downloads 21 Views 4MB Size

Recommend Stories


Department of Geography and Regional Planning, Olabisi
In the end only three things matter: how much you loved, how gently you lived, and how gracefully you

GIS Solutions for Urban and Regional Planning
Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. Mahatma Gandhi

Syllabus World Regional Geography Geography 101 Instructor
You have to expect things of yourself before you can do them. Michael Jordan

Regional Planning
Where there is ruin, there is hope for a treasure. Rumi

World Regional Geography SOUTH ASIA
Learn to light a candle in the darkest moments of someone’s life. Be the light that helps others see; i

GIS and HIV Program Planning
There are only two mistakes one can make along the road to truth; not going all the way, and not starting.

City and Regional Planning
Don't ruin a good today by thinking about a bad yesterday. Let it go. Anonymous

ALCOSAN Regional Planning Basins
I cannot do all the good that the world needs, but the world needs all the good that I can do. Jana

Regional Planning Process
Learning never exhausts the mind. Leonardo da Vinci

Regional Conference Planning Guide
The happiest people don't have the best of everything, they just make the best of everything. Anony

Idea Transcript


Musnanda Satar

Tutupan Hutan dan Lahan Kalimantan Timur Posted on January 31, 2018



Rate This

Berbicara tentang kondisi wilayah saya sangat setuju dengan kutipan yang mengatakan ‘peta berbicara lebih banyak dari kata-kata”. Berikut adalah hasil kalkulasi GIS tentang tutupan hutan di Kalimantan Timur yang dapat dilihat dalam peta dan tabel berikut:

Untuk sebaran spatial dapat dilihat dalam peta berikut:

Kalkulasi selanjutnya dilakukan untuk wilayah-wilayah konsesi serta wilayah kategori hutan produksi dan APL di Kalimantan Timur. Detail laporan dapat diunduh dalam link berikut: https://tnc.box.com/s/6iwre98ner4idvvi1cwm8r113fwc1ic3

Report this ad

Report this ad

Share this: Share

Tweet

2

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in GIS, Kalimantan Timur, Kehutanan | Tagged Hutan Kaltim 2016, Kalkulasi Tutupan Lahan Kaltim, Tutupan Lahan Kaltim, Tutupan Lahan Kaltim 2016 | Leave a comment

Threats for Mangrove Ecosystem Posted on January 10, 2018



Rate This

In East Kalimantan major threats for mangrove ecosystem mostly from aquaculture such as shrimp or fish pond. In general the primary threats to all mangrove species are habitat destruction and removal of mangrove areas for conversion to aquaculture, agriculture, urban and coastal development, and overexploitation.

Land cover in Mahakam river Delta, 70% of areas converted into pond

Same land conversion happened in Berau, some of areas converted into pond. Numbers of shrimp ponds increased by years.

Land cover in Berau river Delta

Share this: Share

Tweet

7

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in Forestry, Geography, GIS | Tagged Indonesia, mangrove | Leave a comment

Bagaimana Tutupan Lahan di Taman Nasional? Posted on December 20, 2017



1 Vote

Taman Nasional merupakan kawasan yang dilindungi dari kegiatan-kegiatan konversi dari kawasan alami seperti hutan menjadi kegiatan-kegiatan pembangunan. Penunjukkan kawasan Taman Nasional bukan berarti menjadikan kawasan tersebut aman dan bebas dari kegiatan konversi lahan. Berikut adalah gambaran Taman Nasional Kutai. Bagian berwarna ungu adalah kawasan taman nasional berdasarkan SK KLHK no 278 tentang fungsi kawasan hutan.

Tetapi kawasan seperti Taman Nasional Kutai merupakan kawasan dengan tutupan hutan yang sudah berubah. Saya mencoba melakukan overlay antara kawasan Taman Nasional dengan Peta Tutupan Lahan 2016 yang dari KLHK. Tanpa melakukan kalkulasi kita bisa melihat bagaimana kawasan Taman Nasional sudah berubah menjadi penggunaan lain.

Dari peta di atas terlihat semak belukar rawa menyebar di beberapa bagian mulai dari bagian timur. Semak/belukar menyebar di hampir semua bagian mulai dari timur, barat, utara dan selatan dengan tutupan yang cukup luas. Juga terdapat 2 blok lahan terbuka sudah terlihat di bagian selatan yang berbatasan dengan tutupan lahan tambang dan tutupan lahan HTI. Juga terdapat bagian Taman Nasional dengan tutupan lahan hutan tanaman industri.

Share this: Share

Tweet

3

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in GIS, Indonesia, Kalimantan, Kalimantan Timur, Manual ArcGIS, Penataan Ruang, Perkebunan, Spatial Planning, Tata Ruang, Urban and Regional Planning | Tagged Ancaman Taman Nasional Kutai, Taman Nasional, Taman Nasional Kutai, Tutupan Lahan | Leave a comment

Pentingnya Kajian Landscape dalam KLHS Posted on December 6, 2017



1 Vote

Salah satu yang menjadi perhatian saya ketika mendampingi kegiatan KLHS di beberapa lokasi adalah minim-nya baseline yang digunakan untuk memberikan masukkan bagi KRP yang dikaji, baik untuk KLHS RTRW maupun KLHS RPJMD. Tanpa baseline yang baik, rekomendasi dalam KLHS tidak lebih dari usulan normatif yang tidak mampu memberikan solusi nyata atau memberikan pilihan mitigasi yang dapat diimplementasikan. Bagaimana baseline dibuat akan menjadi pertanyaan lain, dimana dalam regulasi KLHS disebutkan bahwa kajian seperti daya dukung dan daya tampung merupakan kajian yang dapat dilakukan, tetapi secara jelas tidak pernah ada regulasi detail yang menjelaskan bagaimana kajian dilakukan. KLH pernah membuat dokumen panduan tetapi tetap tidak keluar dengan detail kajian dilakukan. Saya akan mencoba melihat dari sisi daya dukung, dimana esensi dasar dari daya dukung adalah perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan atau supply dan demand. Hal ini menjadi penting karena supply umumnya terbatas, sedangkan demand tidak terbatas. Perhitungan menjadi sulit, karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan ketersediaan. Bagaimana kajian landscape dapat berkontribusi misalnya pada KLHS RTRW dan RPJMD saya akan mencoba melihat bagaimana kajian yang mampu mendukung KLHS: 1. Pada kajian-kajian daya dukung lingkungan misalnya kajian detail mulai dari proyeksi perkembangan penduduk, kebutuhan lahan per sektor dan kemudian diterjemahkan secara spatial distribusi kebutuhan tersebut dalam pola ruang dan struktur ruang yang lebih baik. 2. Pada kajian daya dukung lingkungan belum ada kajian detail mengenai DAS yang mampu memberikan masukkan mengenai bagaimana penataan ruang dikaji dalam kaitan dengan DAS. Ini akan link dengan daya tampung terkait DAS sebagai wilayah tangkapan air. Bagaimana dengan kajian daya tampung, konsep daya tampung awalnya ditujukan untuk perlindungan spesies dimana dilakukan analisis untuk menilai jumlah populasi ideal yang dapat bertahan hidup secara baik dalam satu habitat. Ini dilakukan dengan menilai sisi ketesediaan pangan dan air misalnya. Daya tampung ini pada kajian penataan ruang kadang bersifat ekosentrik yang kebanyakan berfokus pada pembangunan ekonomi untuk kebutuhan manusia. Kajian landscape akan banyak membantu misalnya dengan melihat kajian-kajian seperti HCV- high conservation area. Kajian mendasar lainnya adalah kajian yang dihubungkan dengan konsep siklus biologi dimana dalam satu ekosistem. Pemahaman siklus biologi akan memberikan gambaran daya tampung dari sisi ekosistem dimana ada banyak komponen yang perlu dilakukan. KLH sebelum bergabung menjadi KLHK pernah mengeluarkan buku_DDTLH_2014, tetapi sayangnya beberapa baseline awal seperti Ecoregion yang semestinya sudah lengkap belum diadopsi secara utuh. Demikian juga konsep footprints masih sedikit dipahami oleh pihak-pihak yang melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Share this: Share

Tweet

3

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in Kajian Lingkungan Hidup Strategis, SEA, Spatial Planning, Tata Ruang | Tagged KLHS, KLHS Tata Ruang, Pedoman KLHS | Leave a comment

Fakta Perkebunan Kalimantan Timur Posted on November 9, 2017



3 Votes

Berikut adalah fakta bidang perkebunan di Kalimantan Timur yang dikutip dari data Dinas Perkebunan. Peruntukan Lahan Perkebunan dalam RTRW 2016-2036: 3.269.561 hektar Lahan yang telah dibebani ijin perkebunan (Ijin Lokasi): 2.969.152 hektar Jumlah ijin: 373 ijin (konsesi) IUP Perkebunan: 2.391.471 hektar Jumlah ijin: 323 HGU: 1.123.907 hektar Jumlah ijin: 178 ijin (konsesi) IUP yang belum HGU: 1.267.564 hektar Jumlah ijin: 145 Ijin lokasi yang belum ada progres: 243.541 hektar Jumlah ijin: 50 Lahan peruntukan lahan yang belum dibebani ijin: 911.201 hektar Lahan yang belum dibebani ijin dikurangi luas kebun non sawit: 204,783 hekta Berikut realisasi-nya: Luas komoditas perkebunan: 1.312.977 hektar Luas tanam sawit: 1.150.078 hektar Luas tanam kebun inti: 842.856 hektar Luas tanam kebun rakyat/plasma: 307.222 hektar Luas tanam non sawit: 162.899 hektar Prosentase luas plasma: 21.72 % Produksi: CPO 2.511.984 ton Tandan Buah Segar (TBS): 11.418.110 Jumlah pabrik minyak sawit: 75 mills Kapasitas terpasang: 4.170 ton Kapasitas terpakai: 3.775 ton (sumber: Dinas Perkebunan, 2017) Ada fakta dan pertanyaaan menarik: 1. Apa yang menyebabkan perbedaan besar antara ijin lokasi dengan HGU, atau perbedaan besar jumlah luas ijin dengan realisasi tanam? 2. Untuk apa ijin diberikan, jika realisasi tanam sangat rendah (kurang dari 50%) dari luas total ijin? 3. Dengan membagi produksi luas tanam dan produktifitas TBS maka didapatkan hasil produksi/ha: 9,9 ton/ha. Ini adalah angka luas biasa karena Kementan menyampaikan produktifitas di Indonesia rata-rata 3 ton/ha. Ataukah ada luasan sawit diluar data tersebut seperti luasan kebun sawit mandiri (small holder) yang belum dihitung oleh Dinas Perkebunan?

Kebun sawit di Kaltim



Share this: Share

Tweet

12

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in Indonesia, Kalimantan Timur, Perkebunan | Tagged data sawit kaltim, Fakta Perkebunan Sawit, Ijin sawit Kaltim | Leave a comment

Newest East Kal Forest Status: More APL and HPK for oil palm Posted on October 17, 2017



1 Vote

Anyone need spatial data on forest status in East Kalimantan, please follow this link and you could download shapefile format of the data. https://drive.google.com/open?id=0B5TgHjfSZOMXX0dTUHBiWTBIVkk As you can see from table and chart below, some additional areas designated for APL (read: oil palm).

Additional area were in Berau as you could see from table below:

Difference between previous forest status with this new one

Regulation in decree format could download with this link: https://drive.google.com/open? id=0B5TgHjfSZOMXbHpsX0cxTUh2QVU

Share this: Share

Tweet

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in GIS, Kalimantan, Kalimantan Timur | Leave a comment

INA Geo-Portal: Bagaimana Kualitas Data Yang Di Share untuk di download? Posted on September 28, 2017



1 Vote

Pernah mendowload data dari INA Geoportal? Beberapa hari terakhir saya mencoba mendownload data dari INA Geoportal, tetapi sayang sekali bahwa data yang saya dapatkan bukan-lah data-data terbaik yang bisa langsung digunakan.

Halaman download INA Geo-portal Ada beberapa catatan penting dalam melakukan download. Download data dalam bentuk shapefile biasanya selalu gagal. Cobalah download data dalam format geodatabase. Data 25k hanya pada wilayah tertentu saja tersedia, terutama Jawa.

Ini beberapa clip data yang saya dapatkan:

Overlay data PEMUKIMAN hasil download (2017) dari INA Geoportal dengan GoogleEarth

Hasil overlay Pemukiman dari INA Geoportal dengan ESRI Imageries (ini adalah basemap ArcGIS Online) dimana data INA Geoportal ditampilkan

Data Wilayah Terbangun Hasil overlay dengan ESRI Imageries menunjukkan ada banyak wilayah yang tidak tercover. Akurasi data juga sangat rendah, mungkin sedikit tidak fair membandingkan dengan data citra resolusi tinggi, tetapi terlihat ada blok permukiman yang tida tercover yang seharusnya tercover pada citra resolusi rendah seperti LANDSAT.

Cakupan permukiman yang tidak tergambar dari data yang didownload.

Delineasi pemukiman yang faktanya adalah kawasan Bandara

Data infrastruktur Data data infrastruktur: data-data seperti lokasi airport ternyata tidak lengkap. Ada banyak airport di Kaltim yang tidak masuk dalam data infrastruktur yang didownload. Perbandingan dengan data dari imageries ArcGIS online menunjukkan banyak beberapa airport tidak masuk, padahal secara jelas airport dapat terlihat dengan menggunakan citra satelit. Data Hipsografi/Sungai Hasil overlay tampilan data sungai menunjukkan tingkat kedetailan yang berbeda dari beberapa sheet/grid yang didownload.

Perbedaan tingkat kedetaialan antar grid

Peta di atas jika di zoom akan memperlihatkan inkonsistensi data yang besar.

Inkonsistensi antar grid pada peta sungai 1:50.000 hasil download dari INA Geoportal

Data Landcover Saya men-download data landcover yang berisikan banyak layer perkebunan, pertanian, dll. Ketika data di overlay dengan data imageries ESRI yang merupakan data dasar ArcGIS online, maka data yang didownload sangat jauh berbeda dengan kenyataan di lapangan. Berikut overlay data tutupan lahan perkebunan hasil download dengan data imageries.

Overlay data Tutupan Lahan hasil download dengan data imageries. Ini hanya mengcover sebagian wilayah perkebunan dari sebuah hamparan besar.

Dari peta di atas terlihat bahwa justru kawasan perkebunan yang sudah tertanam tidak ditampilkan, jika ini adalah data lama maka sebaliknya areal baru terbuka tidak akan tampak. Kesimpulan yang saya ambil adalah data hasil download dari INA_geoportal tidak dapat digunakan langsung, perlu proses pengecekan ulang terkait dengan kualitas data yang telah didownload. Sebagai sebuah webGIS portal yang merupakan wujud dari kebijakan OneMap Policy di Indonesia, seharusnya data yang disediakan untuk didownload adalah data-data yang memiliki kualitas yang baik. Ketersediaan peta-peta dasar serta peta lain secara online di Indonesia sebenarnya akan sangat berpengaruh positif, bayangkan ada banyak kajian dan proses perencanaan yang dapat disusun dan dilakukan dengan lebih baik jika data-data dasar yang tersedia untuk diakses oleh publik adalah data valid dengan kualitas yang baik. .

Share this: Share

Tweet

11

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in Geografi, Geography, Indonesia, OneMap Policy Indonesia, WebGIS | Leave a comment

Pentingnya Peta dalam Pengambilan Kebijakan Ruang Posted on September 19, 2017



Rate This

Suatu hari saya sedang berada di desa di Kalimantan Timur, sebuah desa yang indah dengan pemandangan gunung karst di latar belakangnya dan hutan tropis yang masih bagus. Desa itu sedang konflik dengan perusahaan kayu yang diberikan konsesi di wilayah kelola penduduk local yang juga masih menggunakan hutan. Hari itu juga baru saja turun hujan deras, saya berniat mandi di sungai tetapi tiba-tiba seorang penduduk mengingatkan saya untuk tidak ke sungai karena air yang sangat keruh. Saya tanya kenapa? Penduduk itu bilang karena kebun sawit yang ada disekitar sungai menyebabkan keruhnyanya air. Dalam hati saya marah karena entah siapa yang memberikan ijin konsesi logging dan konsesi sawit di hulu sungai sementara masyarakat masih tergantung hidupnya pada hutan dan sungai. Saya yang bekerja dibidang pemetaan melihat banyak sekali kebijakan yang diambil terkait pengelolaan lahan yang tidak dilakukan dengan baik. Terbang diatas Kalimantan seperti terbang diatas sebuah hamparan hutan yang terdegradasi, hutan rusak Karena expansi perkebunan, pertambangan dan pembangunan lain yang tidak direncanakan dengan dasar informasi spatial yang baik. Tanpa dukungan informasi spatial yang baik, saya menemukan ada banyak kebijakan yang akhirnya membawa dampak negative seperti kerusakan lingkungan, bencana alam. Dulu ketika awal bekerja dengan pemetaan saya menyadari bahwa peta masih sulit di dapat, saya masih merasakan melakukan survey-survey dengan menggunakan peta cetakan dan handheld GPS yang besar ukurannya. Dijaman modern ini peta bukanlah barang langka, bahkan untuk negara berkembang seperti Indonesia, peta ada digengaman kita, setiap ponsel yang kita punya paling tidak punya satu aplikasi peta online dan satu aplikasi navigasi dengan menggunakan GPS dan peta. Ketika saya melihat ada banyak kebijakan pembangunan terkait lokasi tidak dilakukan dengan menggunakan peta yang baik, saya bertanya-tanya dalam hati ‘mengapa?”. Sejarah penggunaan peta di Indonesia berkembang dengan beberapa tahapan; tahapan awal ketika Indonesia dibawah rejim militer adalah peta merupakan ‘rahasia’ negara. Peta dapat dikatakan sebagai ‘barang langka”, “barang bernilai” yang sebarannya terbatas di lingkungan pemerintah dan militer, buat geograf itu merupakan ‘masa kegelapan”. Jaman reformasi peta kemudian mulai bisa diakses oleh public, peta bisa diakses dan didapatkan dengan lebih mudah, beberapa lembaga pemerintah mulai memberikan akses kepada public untuk mendapatkan peta tetapi tetap yang bisa diakses adalah sangat umum informasinya. Pada masa awal reformasi sekalipun masih banyak pihak di lembaga pemerintah yang enggan berbagi dan enggan menggunakan data spatial dalam perencanaan. Perkembangan pesat dibidang informasi melalui internet kemudian membawa angin baru dimana peta kemudian menjadi barang public, beberapa situs dan program pemetaan kemudian memberikan informasi gratis mengenai peta, saat itulah peta kemudian menjadi milik public. Saat ini kebijakan penggunaan peta sudah diadopsi, bahkan pemerintah menerapkan kebijakan “one map” policy karena masingmasing lembaga pemerintah ternyata masih enggan berbagi peta dan mengakibatkan adanya duplikasi peta, sampai kemudian kebijakan satu peta ini menjadi cara menyediakan satu referensi peta untuk satu tema. Sayangnya perkembangan pemetaan dan aplikasi penggunaan peta di Indonesia untuk pengambilan keputusan masih sangat lambat. Ada banyak kebijakan-kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan kebijakan terkait lokasi tidak dilakukan dengan menggunakan peta dan informasi spatial yang baik. Jakarta dimana tempat saya tinggal adalah ‘langanan’ banjir tahunan dan juga kota dengan tingkat kemacetan tertinggi bersama beberapa kota lain di Asia. Ketika beberapa riset geografi dilakukan ternyata penyebabnya adalah kebijakan pengelolaan ruang tidak dilakukan dengan baik. Bayangkan kebijakan penentuan lokasi pemukiman tidak dilakukan dengan menggunakan peta yang baik, kemudian muncullah pemukiman-pemukiman di sepanjang sungai Ciliwung, menutup wilayah aliran sungai dan meningkatkan resiko banjir. Tengok juga pembangunan pemukiman dan pembangunan jalan yang dibangun secara organic, tidak ada perencanaan dengan peta yang baik. Akibatnya kemacetan terjadi di semua ruas jalan di Jakarta. Peta merupakan instrument penting dalam perencanaan, alat yang sangat penting dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Bayangkan berapa kerugian yang bisa dihindari dengan memanfaatkan peta sebagai sebuah dasar dalam pengambilan keputusan. Kerugian banjir di Jakarta mencapai 1-5 trilun rupiah (100 mio USD) setahunnya, kerusakan akibat dampak perubahan iklim misalnya mencapai perkiraan 20 billion dollar berdasarkan riset World Bank. Semua kerusakan tersebut dapat dikurangi dengan melakukan perencanaan yang lebih baik dan perencanaan yang lebih baik hanya dapat dilakukan dengan menggunakan basis data spatial yang lebih. Ini bisa dilakukan dengan mulai menggunakan peta dan kajian berbasis spatial yang baik dalam melakukan perencanaan.

Share this: Share

Tweet

Email

Print

More

Like One blogger likes this.

Posted in Geografi, Geography, Spatial Planning, Urban and Regional Planning | Tagged Pentingnya Peta, Peta dan Kebijakan, SDSS | Leave a comment

Photography: Sakura in Japan Posted on August 1, 2017



Rate This

Sakura is one of most attractive tourist object in Japan, million of peoples visited Japan during April only to see Sakura. Here some of Sakura pictures from my last trip in Japan.

Share this: Share

Tweet

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in Japan, Photography, Travel | Tagged Sakura flower | Leave a comment

Data LandSystem Posted on June 19, 2017



Rate This

Salah satu data ‘kuno’ yang masih terus dipakai adalah data Land system keluaran REPPPROT tahun 1988 dengan sedikit revisi yang dirilis tahun 1990. Data tersebut dibuat dengan sekala 1:250k. Data landsystem merupakan salah satu data yang paling banyak dipakai untuk kajian HCV di Indonesia. Yang cukup membingungkan adalah kebanyakan kajian HCV tersebut pada sekala 1:5k – 1:25k, berarti terjadi bias yang sangat besar dalam penggunaan data ini. Berikut link data landsystem Indonesia: Indonesia: https://www.dropbox.com/s/ev0pgq9l1kedj52/Land_systemIDNandPNG.zip?dl=0

Share this: Tweet

Share

Email

Print

More

Like Be the first to like this.

Posted in GIS, Indonesia | Tagged Data land system Indonesia, Data spatial landsystem, Landsystem Indonesia | 2 Comments

Older posts

Musnanda Satar

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.