Nusantara pada periode prasejarah - Wikiwand [PDF]

Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini.

6 downloads 23 Views 370KB Size

Recommend Stories


Rini Soemarno - Wikiwand [PDF]
Ketika itu, jika berkaca pada laporan Presiden Direktur Astra dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSBL) 8 Februari 1998, boleh dibilang ... Beberapa langkah segera Rini ambil, seperti program efisiensi usaha melalui pemotongan gaji jajaran

Kaugaliang Pilipino - Wikiwand [PDF]
Batay sa mga pananaliksik, pag-aaral, pagsisiyasat, opniyon, anekdota, at iba pang literaturang gawa ng mga eksperto, na nakaugnay sa mga panlipunan o pangunahing kaugalian, kasama na rin ang pagkatao, identidad, at katangian ng mga Pilipino, natagpu

Homosexualitate - Wikiwand [PDF]
Homosexualitatea ) reprezintă atracția romantică, atracția sexuală sau activitatea sexuală între membrii de același sex sau gen.[1] Această atracție și activitate se pot manifesta fie ca o alegere liberă a unei persoane a cărui identitat

Kabupaten Jombang - Wikiwand [PDF]
Tebu merupakan bahan mentah utama industri gula di Jombang. (Jombang memiliki dua buah kilang gula). Perkebunan tebu tersebar di merata-rata dataran rendah dan tinggi Kabupaten Jombang. Daerah pergunungan di sebelah tenggara (terutamanya Kecamatan Wo

Agroindustri - Wikiwand [PDF]
Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses. Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya

Kaugaliang Pilipino - Wikiwand [PDF]
Batay sa mga pananaliksik, pag-aaral, pagsisiyasat, opniyon, anekdota, at iba pang literaturang gawa ng mga eksperto, na nakaugnay sa mga panlipunan o pangunahing kaugalian, kasama na rin ang pagkatao, identidad, at katangian ng mga Pilipino, natagpu

Bir - Wikiwand [PDF]
Proses pembuatan bir disebut brewing. Karena bahan yang digunakan untuk membuat bir berbeda antara satu tempat dan lainnya, maka karakteristik bir (seperti rasa dan warna) juga sangat berbeda baik jenis maupun klasifikasinya. Kadar alkohol bir biasan

nusantara
We can't help everyone, but everyone can help someone. Ronald Reagan

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia - Wikiwand [PDF]
Sejarah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan azas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung Karno. Ketiga organis

periode pranatal
Don't be satisfied with stories, how things have gone with others. Unfold your own myth. Rumi

Idea Transcript


ID

+ Upgrade Wikipedia

Nusantara pada periode prasejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Bagian dari seri artikel mengenai Sejarah Indonesia Lihat pula: Garis waktu sejarah Indonesia Sejarah Nusantara Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Salakanagara (130-362) Kutai (abad ke-4) Tarumanagara (358–669) Kendan (536–612) Galuh (612-1528) Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7) Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13) Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kanjuruhan (abad ke-8) Kerajaan Medang (752–1006) Kerajaan Kahuripan (1006–1045) Kerajaan Sunda (932–1579) Kediri (1045–1221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) Singhasari (1222– 1292) Majapahit (1293–1500) Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15) Kerajaan Islam Penyebaran Islam (1200–1600) Kesultanan Samudera Pasai (1267–1521) Kesultanan Ternate (1257– sekarang) Kerajaan Pagaruyung (1500–1825) Kesultanan Malaka (1400–1511) Kerajaan Inderapura (1500–1792) Kesultanan Demak (1475–1548) Kesultanan Kalinyamat (1527–1599) Kesultanan Aceh (1496–1903) Kesultanan Banjar (1520–1860) Kesultanan Banten (1527–1813) Kesultanan Cirebon (1430–1666) Kerajaan Tayan (Abad Ke-15-sekarang) Kesultanan Mataram (1588–1681) Kesultanan Palembang (1659–1823) Kesultanan Siak (1723–1945) Kesultanan Pelalawan (1725–1946) Kerajaan Kristen Kerajaan Larantuka (1600–1904) Kolonialisme bangsa Eropa Portugis (1512–1850) VOC (1602–1800) Belanda (1800–1942) Kemunculan Indonesia Kebangkitan Nasional (1899–1942) Pendudukan Jepang (1942–1945) Revolusi nasional (1945–1950) Republik Indonesia Orde Lama (1950–1959) Demokrasi Terpimpin (1959–1965) Masa Transisi (1965–1966) Orde Baru (1966–1998) Era Reformasi (1998–sekarang) Portal Indonesia lihat bicara sunting Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil hewan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah.

Geologi Wilayah Nusantara merupakan kajian yang menarik dari sisi geologi karena sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan kepulauan ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Di bagian ini, lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara menghujam ke bawah lempeng Eurasia. Akibat hal ini terbentuk barisan gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, hingga pulau-pulau Nusa Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa bumi sebagai akibatnya.Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua besar lainnya, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Pertemuan ini membentuk barisan gunung api di Kepulauan Maluku bagian utara ke arah bagian utara Pulau Sulawesi menuju Filipina.

Nusantara di Zaman Es akhir pernah menjadi bagian dua daratan besar Wilayah barat Nusantara modern muncul kira-kira sekitar kala Pleistosen terhubung dengan Asia Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan ini dinamakan Paparan Sunda ("Sundaland") oleh kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan apa yang sekarang dikenal sebagai Garis Wallace. Wilayah timur Nusantara, di sisi lain, secara geografis terhubung dengan Benua Australia dan berumur lebih tua sebagai daratan. Daratan ini dikenal sebagai Paparan Sahul dan merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari Benua Gondwana. Di akhir Zaman Es terakhir (20.000-10.000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode inilah terbentuk Semenanjung Malaya, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, Pulau Irian dan Kepulauan Aru terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka laut ini memaksa masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong terbentuknya masyarakat penghuni Nusantara modern.

Tumbuhan, hewan dan hominid Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini. Sebagian daratan Nusantara dulu merupakan dasar laut, seperti wilayah pantai selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Aneka fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah ini dikenal sebagai daerah karst yang terbentuk dari endapan kapur terumbu karang purba. Endapan batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan memberi indikasi pernah adanya hutan dari masa Paleozoikum. Laut dangkal di antara Sumatera, Jawa (termasuk Bali), dan Kalimantan, serta Laut Arafura dan Selat Torres adalah perairan muda yang baru mulai terbentuk kala berakhirnya Zaman Es terakhir (hingga 10.000 tahun sebelum era modern). Inilah yang menyebabkan mengapa ada banyak kemiripan jenis tumbuhan dan hewan di antara ketiga pulau besar tersebut. Flora dan fauna di ketiga pulau tersebut memiliki kesamaan dengan daratan Asia (Indocina, Semenanjung Malaya, dan Filipina). Harimau, gajah, tapir, kerbau, babi, badak, dan berbagai unggas yang hidup di Asia daratan banyak yang memiliki kerabat di ketiga pulau ini. Makhluk mirip manusia (hominin) yang menghuni Nusantara yang diketahui adalah manusia Jawa. Fosil dari satu bagian tengkorak Pithecanthropus erectus ditemukan pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois di Trinil, Kabupaten Ngawi. Sejak 1934, G.H.R. von Koenigswald beserta timnya menemukan serangkaian fosil hominin di lembah sepanjang Bengawan Solo, yaitu di Sangiran dan Ngandong serta di tepi Sungai Brantas di dekat Mojokerto. Para ahli paleontologi sekarang kebanyakan berpendapat bahwa semua fosil temuan dari Jawa adalah Homo erectus dan merupakan bentuk yang primitif. Semula diduga berumur 1.000.000 sampai 500.000 tahun (pengukuran karbon tidak memungkinkan), kini berdasarkan pengukuran radiometri terhadap mineral vulkanik pada lapisan penemuan diduga usianya lebih tua, yaitu 1,7-1,5 juta tahun.[1][2] Homo sapiens modern pertama masuk ke Nusantara diduga sekitar 100.000 tahun lalu, melalui India dan Indocina. Fosil Homo sapiens pertama di Jawa ditemukan oleh van Rietschoten (1889), anggota tim Dubois, di Wajak, dekat Campurdarat, Tulungagung, di tepian Sungai Brantas.[3] Ia ditemukan bersamaan dengan tulang tapir, hewan yang pada masa kini tidak hidup di Jawa. Fosil Wajak dianggap bersamaan ras dengan fosil Gua Niah di Sarawak dan Gua Tabon di Pulau Palawan. Fosil Niah diperkirakan berusia 40.000-25.000 tahun (periode Pleistosen) dan menunjukkan fenotipe "Australomelanesoid".[4] Mereka adalah pendukung budaya kapak perimbas (chopper) dan termasuk dalam kultur paleolitikum (Zaman Batu Tua). Pengumuman pada tahun 2003 tentang penemuan Homo floresiensis yang dianggap sebagai spesies Homo primitif oleh para penemunya memantik perdebatan baru mengenai kemungkinan adanya spesies mirip manusia yang hidup dalam periode yang bersamaan dengan H. sapiens, karena hanya berusia 20.000-10.000 tahun sejak era modern dan tidak terfosilisasi. Hal ini bertentangan dengan anggapan sebelumnya yang menyatakan bahwa hanya H. sapiens yang bertahan di Nusantara pada masa itu. Perdebatan ini belum tuntas, karena penentangnya menganggap H. floresiensis adalah H. sapiens yang menderita penyakit sehingga berukuran katai.

Migrasi manusia Bukti-bukti Homo sapiens pertama diketahui dari tengkorak dan sisa-sisa tulang hominin di Wajak, Gua Niah (Serawak), serta temuan-temuan baru di Pegunungan Sewu sejak awal paruh kedua abad ke-20 hingga sekarang, membentang dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, hingga kawasan Teluk Pacitan, Kabupaten Pacitan. Temuan di Wajak, yang pertama kali ditemukan sulit ditentukan penanggalannya, namun fosil di Gua Niah menunjukkan usia sekitar 40.000 tahun yang lalu. Usia fosil utuh di Gua Braholo (Gunungkidul, ditemukan tahun 2002) dan Song (Gua) Keplek dan Terus (Pacitan) berusia lebih muda (sekitar 10.000 tahun sebelum era modern atau tahun 0 Masehi). Pendugaan ini berasal dari bentuk perkakas yang ditemukan menyertainya. Walaupun berasal dari masa budaya yang berbeda, fosil-fosil itu menunjukkan ciri-ciri Austromelanesoid, suatu subras dari ras Negroid yang sekarang dikenal sebagai penduduk asli Pulau Papua, Melanesia, dan Benua Australia. Teori mengenai asal usul ras ini pertama kali dideskripsikan oleh Fritz dan Paul Sarasin, dua sarjana bersaudara (sepupu satu sama lain) asal Swiss di akhir abad ke-19. Dalam kajiannya, mereka melihat kesamaan ciri antara orang Vedda yang menghuni Sri Lanka dengan beberapa penduduk asli berciri sama di Asia Tenggara kepulauan dan Australia.

Periodisasi Paleolitik Periode paleolitik di Nusantara diketahui dari alat-alat batu kasar (paleolit) atau terbuat dari cangkang kerang yang ditemukan di berbagai penjuru. Temuan-temuan fosil tengkorak dan tulang-belulang di Jawa menjadi petunjuk penting periode ini. Hingga 2014 telah ditemukan fosil-fosil hominid di Patiayam (Jekulo, Kudus), Miri (Sragen), Sangiran (Sragen), Sambungmacan (Sragen), Trinil (Ngawi), Punung (Pacitan), Ngandong (Kradenan, Blora)), Wajak (Tulungagung), Kedungbrubus (Kabupaten Madiun)[5], dan Perning (Jetis, Mojokerto). Dari Pulau Flores ditemukan fosil kerangka yang diperdebatkan apakah termasuk Homo erectus atau Homo sapiens. Analisis bekas irisan pada fosil tulang mamalia yang berasal dari era Pleistosen mencatat 18 luka bekas irisan akibat alat serpihan cangkang kerang saat menyembelih lembu purba, ditemukan pada formasi Pucangan di Sangiran yang berasal dari kurun 1,6 sampai 1,5 juta tahun lalu. Tanda bekas irisan pada tulang ini menunjukkan penggunaan alat batu pertama yang menunjukkan bukti tertua penggunaan alat serpihan cangkang kerang yang ditajamkan di dunia.[6]

Neolitik Batu yang diasah adalah bukti peradaban neolitik, misalnya mata kapak batu dan mata cangkul batu yang diasah. Batu yang diasah dan dihaluskan ini dikembangkan oleh orang-orang Austronesia yang menghuni kepulauan Indonesia. Pada periode inilah berkembang tradisi megalitik di Nusantara yang tampaknya berkembang secara independen dari tempat-tempat lain, dan menjadi dasar tradisi asli Indonesia pada masa-masa berikutnya. Tradisi Megalitik

Masyarakat di pulau Nias di Indonesia tengah memindahkan sebuah megalit ke kawasan pembangunan, sekitar tahun 1915.

Monolitik Toraja sekitar tahun 1935. Nusantara adalah rumah bagi banyak situs megalitik bangsa Austronesia pada masa lalu hingga masa kini. Beberapa struktur megalitik telah ditemukan, misalnya menhir, dolmen, meja batu, patung nenek moyang, dan piramida berundak yang lazim disebut Punden Berundak. Struktur megalitik ini ditemukan di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Punden berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Pagguyangan, Cisolok dan Gunung Padang, Jawa Barat. Situs megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan sarkofagus.[7] Punden berundak ini dianggap sebagai strukstur asli Nusantara dan merupakan rancangan dasar bangunan candi pada zaman kerajaan Hindu-Buddha Nusantara setelah penduduk lokal menerima pengaruh peradaban Hindu-Buddha dari India. Candi Borobudur dari abad ke-8 dan candi Sukuh dari abad ke-15 tak ubahnya adalah struktur punden berundak. Di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, ditemukan beberapa relik megalitik yang menampilkan patung nenek moyang. Kebanyakan terletak di lembah Bada, Besoa, dan Napu. [8]

Tradisi megalitik yang hidup tetap bertahan di Nias, pulau yang terisolasi di lepas pantai barat Sumatera, Kebudayaan Batak di pedalaman Sumatera Utara, pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, serta kebudayaan Toraja di pedalaman Sulawesi Selatan. Tradisi megalitik ini tetap bertahan, terisolasi, dan tak terusik hingga akhir abad ke-19.

Zaman Perunggu Kebudayaan Dong Son menyebar ke Indonesia membawa teknik peleburan dan pembuatan alat logam perunggu, pertanian padi lahan basah, ritual pengorbanan kerbau, praktik megalitik, dan tenun ikat. Praktik tradisi ini ditemukan di masyarakat Batak dan Toraja serta beberapa pulau di Nusa Tenggara. Artifak peradaban ini adalah gendang perunggu Nekara yang ditemukan di seantore Nusantara serta kapak perunggu upacara.

Sistem kepercayaan Warga Indonesia purba adalah penganut animisme dan dinamisme yang memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah meninggal dunia dipercaya masih memiliki kekuatan spiritual dan mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap arwah nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini misalnya diwujudkan dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian, hingga upacara kematian dan pemakaman yang rumit untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang yang baru meninggal menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat mata ini dikenali sebagai hyang di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam agama Hindu Dharma Bali.

Penghidupan Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga kehidupan pertanian yang rumit, dengan kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar. Kondisi pertanian yang ideal memungkinkan upaya bercocok tanam padi lahan basah (sawah) mulai berkembang sekitar abad ke-8 SM.[9] memungkinkan desa dan kota kecil mulai berkembang pada abad pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip kumpulan kampung yang tunduk kepada seorang kepala suku, berkembang dengan kesatuan suku bangsa dan sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan curah hujan yang cukup banyak dan tanah vulkanik memungkinkan pertanian padi sawah berkembang subur. Sistem sawah membutuhkan masyarakat yang terorganisasi dengan baik dibandingkan dengan sistem padi lahan kering (ladang) yang lebih sederhana sehingga tidak memerlukan sistem sosial yang rumit untuk mendukungnya. Kebudayaan Buni berupa budaya tembikar berkembang di pantai utara Jawa Barat dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M.[10] Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang menghasilkan banyak prasasti yang menandai awal berlangsungnya periode sejarah di pulau Jawa.

Peninggalan masa prasejarah Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala. Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara: Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran Situs Purbakala Wajak, Tulungagung Liang Bua, Pulau Flores Gua Leang-leang, Sulawesi Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur Situs Pasemah di Lampung Situs Cibedug, Banten[11] Situs Pangguyangan, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat Situs Gunungpadang, Cianjur, Jawa Barat Situs Gunungpadang Cilacap, Cilacap, Jawa Tengah[12] Situs Dusun Mbolu, Desa Ngepo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur[13] Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali Situs Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali[14] Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM)[15] Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum)[16] Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalong

Catatan kaki 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

^ The First Humans: Java Man ^ Java Man di Encyclopaedia Brittanica. ^ Foto H. sapiens wadjakensis ^ M.D. Poesponegoro dan N. Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia 1: Jaman Prasejarah di Indonesia. Balai Pustaka. p.92. ^ Fosil Manusia dan Hewan Purba Ditemukan di Madiun. Republika Online. Rabu, 27 Juli 2011, 21:36 WIB ^ Shell tool use by early members of Homo erectus in Sangiran, central Java, Indonesia: cut mark evidence ^ [1]|Cipari archaeological park discloses prehistoric life in West Java. ^ [2]|Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. ^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlmn. 8–9. ISBN 0-300-10518-5. ^ Zahorka, Herwig (2007). The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory. Yayasan cipta Loka Caraka. ^ Ada Lagi Situs Megalitikum, Kali Ini di Cibedug Banten ^ Ada Lagi Mirip “Gunung Padang” di Cilacap ^ Ratusan Fosil Purba Berusia 40.000 SM Ditemukan di Tulungagung ^ Ditemukan Benda Purbakala Sarkofagus & Rangka Manusia Megalitikum di Bali ^ Papua Kaya Situs Arkeologi Kuno. Kompas daring. Edisi 17-04-2009. ^ Papua Kaya Situs Arkeologi Kuno. Kompas daring. Edisi 17-04-2009.

Pranala luar P. M. Alhamidi Kerajaan Kandis "Atlantis Nusantara": Antara Cerita dan Fakta (Sebuah Hipotesa Lokasi Awal Peradaban di Indonesia). Makalah Seminar. Kenedi Nurhan. Memburu Jejak Manusia Purba di Tepi Kali Baksoka. Mirror dari Artikel di Kompas daring Edisi 8 Desember 2000 Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. [hide] l b s

Topik Indonesia

Sejarah Nusantara

Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Kerajaan Islam Era Portugis Era VOC Era Belanda Era Jepang Era Kemerdekaan

Sejarah Indonesia

Sejarah nama Indonesia Proklamasi Masa Transisi Era Orde Lama (Dekrit Presiden Demokrasi Terpimpin Gerakan 30 September) Era Orde Baru (Supersemar Integrasi Timor Timur Gerakan 1998) Era reformasi

Geografi

Air terjun Bendungan & Waduk Danau Gunung & pegunungan Gunung berapi Laut Pulau & kepulauan Selat Sungai Tanjung & ujung Teluk Titik-titik garis pangkal

Politik dan pemerintahan

Lembaga Negara Pemerintah Presiden Kementerian MPR DPR DPD MA MK KY BPK Perwakilan di Luar Negeri Kepolisian Militer Administratif (Provinsi Kabupaten/kota Kecamatan dan Kelurahan/Desa) Hubungan Luar Negeri Hukum Undang-Undang Pemilu Partai Politik Kewarganegaraan

Ekonomi

APBN APBD Bank Pasar Modal Bursa Efek Indonesia Bursa Berjangka Jakarta Pariwisata Perusahaan BUMN Sains dan Teknologi Transportasi

Demografi

Suku Bahasa Agama Nama Indonesia Tokoh Seni

Budaya

Film Tari Sastra Musik Lagu Masakan Mitologi Pendidikan Olahraga Busana daerah Arsitektur (Bandar udara Pelabuhan Stasiun kereta api Terminal Pembangkit listrik) Warisan budaya (Wayang Batik Keris Angklung Tari Saman Noken)

Simbol

Sang Saka Merah Putih Garuda Pancasila Ibu Pertiwi Nusantara

Flora fauna

Fauna Flora Bunga Binatang Burung Ikan Tumbuhan Cagar alam Suaka margasatwa Taman nasional Terumbu karang

Lainnya

Media Telekomunikasi Internet Penyiaran Televisi nasional Televisi lokal Televisi Berlangganan Radio Tanda kehormatan Kode telepon Kode kendaraan Kodepos Hari penting

Portal Indonesia Kategori Kategori: Sejarah Nusantara This page is based on a Wikipedia article written by contributors (read/edit). Text is available under the CC BY-SA 4.0 license; additional terms may apply. Images, videos and audio are available under their respective licenses. Cover photo is available under CC BY-SA 3.0 license. Credit: Gunawan Kartapranata (see original file). Enjoying Wikiwand? Give good old Wikipedia a great new look: Upgrade Wikipedia

Home About Press Site Map Terms Of Service Privacy Policy Nusantara pada periode prasejarah Introduction Geologi Tumbuhan, hewan dan hominid Migrasi manusia Periodisasi 1. Paleolitik 2. Neolitik 3. Zaman Perunggu Sistem kepercayaan Penghidupan Peninggalan masa prasejarah Catatan kaki Pranala luar Listen to this article

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.