tudia - Neliti [PDF]

Hatta, menurut Suara Hidayatullah, tidak berbeda de- ngan beberapa tokob nasionalis sekuler lainnya yang menolak penerap

4 downloads 5 Views 14MB Size

Recommend Stories


STUDIAISLAilIIKA - Neliti [PDF]
rumbuh dakm sejarah Islam, neo-Modernisme Islam menauarkan sudtu parad.igma baru dalam memahami ...... Together with his leadership of HMI Nurcholish was also active in the"leadership of a number bf other .... ing of the PDI headquarters occupied by

13.2.pdf - Neliti
The beauty of a living thing is not the atoms that go into it, but the way those atoms are put together.

Untitled - Neliti
No amount of guilt can solve the past, and no amount of anxiety can change the future. Anonymous

SKRIPSI - Neliti
Never wish them pain. That's not who you are. If they caused you pain, they must have pain inside. Wish

Untitled - Neliti
Everything in the universe is within you. Ask all from yourself. Rumi

tudia istorica lovenica
I tried to make sense of the Four Books, until love arrived, and it all became a single syllable. Yunus

SKRIPSI - Neliti
The greatest of richness is the richness of the soul. Prophet Muhammad (Peace be upon him)

PN.BDG - Neliti
You often feel tired, not because you've done too much, but because you've done too little of what sparks

Untitled - Neliti
Respond to every call that excites your spirit. Rumi

( ) ( )β - Neliti
Where there is ruin, there is hope for a treasure. Rumi

Idea Transcript


ilm

$ TUDIA |NDONES|AN,rounNAL

Volume 9, Number 2,2002

FoR rsLAMrc sTUDTES

Jnvnruesr lsLnv: THe FLow or

Cnrro

Jamhari

THe lsmurc RrroRvrsr Movrttttrrur

rru

rHr Mnmv-lr,iooruesrnru Wonlo

Ftnsr roun Decnoes oF THE 20rH CENTURy: lrusrcHrs Gnrue o rnou n CoHlpARATrvE LooK AT Ecypr rN THE

Giora Eliraz

TUE

Pourc or

SnLr, NOTTHE

MoHnvuno Hnrrn

oru

Polrlcs

lsmu

nruo NRrorunlrsrrl

lhsan Ali-Fauzi

lssN 0215-0492

oF LrpsrcK:

$TUNIA I$TAII{II(A Vol.9, no. 2,2002

EDITORIAL BOARD: Shihab (IAIN lakarta) Taufik Abdullah (LIPI Jakarta) Nur A. Fadhil Lubis (IAIN Sumatra Utara) M.C. Ricklefs ( Melbourne Uniaersity ) Martin oan Bruinessen (Utrecht Unioersity) lohn R. Bowen (Washington Unioersity, St. Louis) M. Atho Mudzhar (IAIN Yogyakarta) M, Kamal Hasan (lnternational Islamic Uniaersity, KualaLumpur)

M. Quraish

EDITOR-IN-CHIEF

Azyumardi Azra EDITORS

SafulMujani lamhari Jajat Burhanuddin Fu'ad labali Oman Fathurahman

ASSISTANT TO THE EDITORS HeniNuroni ENGLISH LANGUAGE ADVISOR Chloe l. OIIiaer

ARABIC LANGUAGE ADVISOR Nursamad

COVERDESIGNER S. Prinka

STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492) is a journal published by the Center for the Study of lslam and Society (PPIM), IAIN Syarif Hidayatullah, laknrta

(STT DEPPEN No. 129/SK/DIT]EN/PPG/STT/1976) and sponsored by the AustraliaIndonesia Institute (AII). It specializes in Indonesinn Islamic studies, and is intended to communicate origirnl researches and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of relnted disciplines.

All articles published do not necessarily represent the oiews of the journal, or other institutions to which it is ffiliated. They nre solely the aiezos of the authors. The articles contained in this journnl hnae been refereed by the Board of Editors.

STUDIA ISLAMIKA has been accredited by The Ministry of National Education, Republic of Indonesia ns nn academic journal.

IhsanAli-Fauzi

The Politic of Salt, not the Politics of Lipstick: Mohammad Hatta on Islam and Nationalism

Abstraksi: Artikel ini mencoba mengemukakan pembahasan tentang gagasan dan pemikiran Mobammad Hatta, zaakil Presiden pertama RI, yang oleh sebagian kalangan -dalam hal ini penulis msncontohkan mediz Suara Hiday atullah-dianggap sebagai s eorang nasionalis s ek uler. Hatta,

dalam bal ini dianggap telah "mengkbianati" dan "ntenyakiti" ummat Islam karena turut mendorong dibapuskannya tujwh kata dalam Piagam Jakarta, yang menekankan "...kewa1iban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya". Hatta, menurut Suara Hidayatullah, tidak berbeda dengan beberapa tokob nasionalis sekuler lainnya yang menolak penerapan syariat klam. Melalui pembahasan secara kronologis dan analitis terhadap gagasan dan pemikiran Hatta tentang Islam dan nasionalisme, artikel ini ingin menegaskan bahzpa terlalu sederhana mengangap Hatta sebagai seorang nasionalis sekuler hanya gara-gara ia mmolak tujuh kata dalam Piagam Jakatta tersebut. Sebaliknya, Hatta lebih tepat diangap sebagai seorang nasionalis-agamis. Ia memang menolak konsep negara Islam, karena menurutnya, konsep itu "tidak. bijak" jika dijadikan sebagai landasan oleb se-

buah negara yang kondisi keberagamaan masyarakatnya sangat plural seperti Indonesia. Dijelaskan bahwa figur Haxa dibesarkan di kalangan kelwarga Minangkabau yang sangat agamis, bahkan memiliki tradisi tarekat. Hatta tumbwb drtn menj alani keseluruban bdupnya sebagai seorang Muslim yang saleh, termasuk ketika ia menempuh pendidikan di luar negeri. Ia, oleh karenanya, bisa diangap "lebih Mwslim" dibanding beberapa tokob nasionalis Muslim lainnya, seperti Soekarno, Sutan Sjabrir atau Tan Malalea. Hanya saja, dakm hal ekprui keislamannya, Hatta adalah seorang Muslim yang lebib menekankan substansi daripada bentuk. Tak heran jika dalam beberapa kesempatan, Hatta seringkali melontarkan kritik atas sikap dan perilaku sebagian kalangan Muslim yang cenderung menonjolkan bmtuk lwar keislamannya. Dengan demikian, kesaleban Hatta tidak mengbakngi pilihannya untuk menjadi seorang nasionalis tulm. Studia klamika, Vo/. 9, No. 2, 2002

llJsan AlLfauzl

Saat masa-masa ar.ual kemerdekaan Indonesia misalnya, tanpa kera' guan sedikit pwn Hatta menerima Pancasila sebagai dasar negara. Menu-

rut Hatta, Pancasila sudah dianggap akomodatif terhadap

aspirasi

urnmdt Islam, karena kalimat "Ketuhanan Yang Mahaesa" tercAnturn' sebagai salah satu sila di dalamnya. Kalimat tersebut niscaya akan melandasi eftipat sila berikutnya. Apalagi, bagi Hatta, konsep Ketubanan Yang Mahaesa "...tidak lagi hanya dasar ltormat-menghormati aganta masing-masing, seperti yang dikemukakan oleh Bwng Karno, melainkan jadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudarAAn". Sikap ini semakin ?rt'enunjukkan jatidiri Hatta sebagai seorang Mwslim yang moderat. Bagi Hatta, tidak penting Indonesia menjadi negara Islam, karena yanglebib pentingadalab bagaimana nilai-nilai klam bisa melandasi sikap dan perilaku bernegara seorang Muslim. Pada periode tahun 1950-an, Hatta mengecam sikap tokob-tokoh politik Islam di Parlemen yang cenderung memaksakan aspirasi untwk mendirikan sebuah negara Islam, yang akbirnya menjadi kontraprodwktifterbadap keberadaan dan peran mereka sendiri dalam kancah pemerintahan. Padaperiode tersebut, Hatta juga menolak, bahkan n'IengecaTn, keinginan tokoh-tokob Muslim di beberapa daerah di Indonesia untuk memisabkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi negara Islam merdeka. Kendati demikian, dalam salah satu artikelnya, Hatta menegaskan babrua negara ltarus menjamin dan melindungi kebebasdn seseorang untuk beragama dan menj alankan kezuaj iban- keu aj iban agamany a i t u. Dengan demikian, melalui argumen-drgulnen yang dikemukakannya ini, penulis mencoba menjelaskan bahrua "twdwbdn" Suara Hidayatullah bahua Hatta adalah seorang nasionalis sekuler sama sekali tid.ak berdasar. Tuduhan itu lebib mencerminkan sebagai'\ikap gelisab" sebagian kelom' pok Muslim Indonesia yang mengbcndaki berdirirrya sebuah negara Islam, ketika mereka berhadapan dengan berbagai pemikiran d^an gagasan Hatta tentang Iskm dan nasionnlisme yang tem)ata berseberangan. Tudwhan tersebut jwga menunjukkan bahwa Suara Hidayatullah pada dasarnya hanya mengikuti kecenderungan urnuntnya para sarjana ydng secara sederhana membuat dikotomi tokoh'tokoh nasional menjadi kelompok kebangsaan-yang kemudian dicap sekuler-dan kelompok Islam, dengan pdrdff eter menolak atau rrT.enerima gagasan Islam sebagai ideologi negdra, sebingga karenanya Hatta dikelompok' kan sebagai tokob nasionalis sekuler. Padabal, seperti tampak dalam pemikiran dan gagasan Hatta tentang lslam dan nasionalisme, dikotomi semacam itu sangat tidak berdasar, kalau tidak menyesatkan. Studia klaniba, VoL 9, No. 2,2002

IhsanAli-Fauzi

The Politic of Salt, not the Politics of Lipstick: Mohammad Haua on Islam and Nationalism

6> t*' ,t(ii Jf q-oi t-J JUJI lb ,f r-:;..,'jv +-J1rt-:i t-{- rb4\ p e J*".-cj.}l -L-r r1;! dr"jJt_, 6i)t .,"|\ J)- .rs p>t-!t J:JL--5 xi ' j !ul' L-t; o.,[.:cl ,rKr. aliJl ;'" ci ;utt 1-r,. -r5; ^*,$ts a"";t .:,ul-(Jl :)L V\;:!,i"t1.-rLS o;i 3z-a ,u*y.;-a t^l- ry$t "J., .rtr +y-)r ai;Jl J*Lj ;i a^3r ,o ;f *\ !^-*y-r:! +y-l 19 7Q uctn .L-1:rJF -4il:?;r-{ '+$J Qre '>G-+^e, W 5^- nst a--J"J;,Jl (Mnangkabau) a-":rK;UJl ;r-\11 ,r, o;):,y .'l-:"t" ;UIt ;*, i,------;. (;t 8s ,^*yd\ orbt 6t-l JI6ri ,,"- fy-y luJl L6.1r! "jr ;r- v\j\ -5i * eU-rJy ,6;t!\ a o;-\:> oL;i6- CrU 4^E *.t, o\1* o-;i .p tKy, ,Ju si s-r+- aVs-) t,,Ss- Ju"i.r a/-rtll ,]FIJI et^-ej\ ;+! iL'r Ln 1\ a;),+--dt lllll i,/ Y+;-+t flj;Jll J-2.n-,r|.f +)\-Yl il d-ril," .J a^J*-tr ;f {\fI -r,c,- eL-l-J.l ,f ;{ 3 xi --* )i ,7UJ1 (I4olrammad Hatta)

9I

Studia klamika, VaL 9, No. 2,2002

Ihsan

AliFauzi

4rtl\ ip Ut>t>t

Studia hlamika, VoL 9, No. 2,2002

The

Endnotes 1. Mohammad Hatta, BungHattaMenjauab,2nd 1979),

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

See

p.

edition

(f

Poliic of Salt

akarta: Gunung Agung,

179.

Mohammad Hatta, Memoir (]akarta: Tintamas Indonesia, 1979), pp. 458-

460. "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianaran Pertama terhadap Piagam Jakarta?" Suara Hidayatullah, Seprember, 2000 (the emphasis is mine). Mavis Rose, Indonesia Free: A Political Biography of Mobammad Hatta (hhaca,

New York: Cornell Modern Indonesia Project, 1.987), p. 6. Deliar Noer, Mohammad Hatta: Biografi Politik (lakarta: LP3ES, D9A), p. 16. Here Syaikh Abdurrahman was Syaikh nan tou and Syaikh Arsyad was Syaikh nan rnudo. Noer, Mobammad Hatta, p. 19. ELS was the elementary school for the \White, while MULO was a middle high school. Rose, Indonesia Free,

p.7.

Hatta, Memoir, pp.27-28. Hatta, Mentoir, p. 2. 10. Hatta, Memoir, p. 88. Socialist ideas began to infiltrate the nationalisr movement in the late 1910s. The Indies Social Democratic IJnion(Indische Sociaal Democratische Vereeniging or ISDV) under Baars and Sneevliet, the two Dutchmen, influenced Islamic Unton (Sarekat Islam or SI) leaders such as Semaun, Darsono and Aiimin to such an extenr that the party split. For active and nationally conscious youth leaders such as Hatta, this development most probably did not go unnoticed. 11. See Mohammad Hatta, Portrait of a Paniot (The Hague & Paris: Mouton Publishers, 1972), p.206. Here Hatta quoted the editorial statement of PI's Indonesia Merdeka (1924), which most probably was wrirren by him-

l:ii:"rt

1,2.HatT.a, "Indonesia Free," in Mohammad Hafia, Porvait of a Patriot (The Hague & Paris: Mouton Publishers, t972), p.275. 13. These impressions were recorded in Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjoangan Bangsa (fakarta: Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-

70,1972), pp.97,130 and 390. 14. Sunario, "Bung Hatta dan Kepribadiannya," in Meutia Farida Swasono (ed.), Bung Hatta: Pribadinya dalam Kenangan (Jakarta: Sinar Harapan dan Penerbit Universitas Indonesia, 1980), p. 248. 15. Ichsan, "Kenang-kenangan dengan Bung Hatta," in Swasono (ed.), BungHatta,

p 260.

Burhanuddin, "Bung Hatta sebagai Kawan dan Guru," in Swasono (ed.), Bung natta. D. )Qb17. Har.ta, Memoir, pp. 2Q4-208.It is important ro nore here that on his rerurn ro Minangkabau , in 1932, there was a mixed reception to him from his compatriots and traditional leaders. Because of this "convention," Hatta carried with him a stigma of Marxism, in spite of his acknowledged devotion of Islam. See Rose, Indonesia Free, p. 65, and Noer, Mohamtta.d Hatta, pp. 45-48. 18. Quoted from Noer, Mohammad Hatta, p. 152. The article, "Carur Politik di Keliling Meja Bundar," was published tn Daulat Ra'jat,December 30, 1931. 19. A rich presentation of the debates during this period is given in Deliar Noer, 16.

Studia Islamika, Vol. 9, No. 2, 2002

ll6

Ihsan Ali-Fauzi

The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 (Singapore and Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1973). 20. Noer, Mohammad Hatta, p. 751. 21. See Rose, Indonesia Free, p. 208. 22. Mohammad Hatta, "Perdamaian yang Sejati," Panji Islam, Syawwal 1, 1358 (1939). Quoted from Noer, MohamftTad Hatta, p. 153: "Dunia ini dilabirkan

Tuhan bagi kita untuk. diperbaiki, tempat kita mempergunakan akal dan budi untuk. kebaikan ummat Allah. Bukan untuk. dielakkan atau ditiadakan semata-

mata untuh mencapdi k.esenangan roh sendiri. Berusahalah k,ita untwk memperbaiki dunia ini sebagai tangga ke akbirat, supaya tercapai perdamaian yang sejati yang nyata suatu tuntutan Islam. Bukankah damai hukum yang s

et

inggi-t in gginy

a

d a I arrT

I lam ? " s

23. Mohamm ad Hatta, " Ljaran Marx atau Kepintaran Sang Murid Membeo," in Karya Lengkap Bung Hatta. Buku 1: Kebangsaan dan Kerakyatan (Jakarta: LP3ES, 1998), p. 49Q: "Dasar agama Islam, jika dipikirkan secara konsekuen, mutlak menuju kepada sosialisme. Karena dengan bertolak, daripada pikiran, bahua ia tunduk kepada Kehendak Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha

Adil, maka seora.ng Muslim membaktikan hidup dan perjuangannya

pada

persaudaraan uTnmat manusia dan keadilan antara mereka. Karena itu hanya dapat dilaksanakan dalam susunan Tnasyarakat yang sosialistis, maka bagi kaum Muslim perjuangan untuk sosialisme adalah ibarat perintah Allah yang tak. dapat dielaknya." 24. Hatta, " Alaran Marx," p. 490: "Siapa yang meneliti dengan certnat lingkungan dan kedudukan sosiaL dari alim-ulama itu, nlerasakan kebenaran kata-k,ata Marx, yakni bahua tingkat masyarakat ftiereka yang menentukan kesadaran mereka - dalam bal ini kesadaran agama mereka." 25. Anthony Reid, Indonesian National Repolution: 194t-1950 (Melbourne:

Longman,

1.974),

p.20.

26. This is the body responsible to provide answers to theJapanese administration's questions on issues related to Isiamic affairs. Hatta was one of its members. See Daniei S. Lev, Islamic Courts in Indonesia: A Study in the Political Bases of Legal Institutions (Berke\ey, Los Angeles, London: University o{ California Press, L972), p.35. 27. See Lev, Islamic Courts in Indonesia, pp. 34-41. 28. Quoted from Lev, Islamic Courts in Indonesia, p. 40. 29. Hatta, Bung Hatta Menjauab, p. 89. 30. Flatta, Memoir, p. 2. 31. Hatta, Memoir, p. 435. 32. See Endang Saifuddin Anshari, The Jakarta Charter 1945: Tbe Struggle for an

Islamic Constitution in Indonesia (Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement ari 1 r^r^\ | ' or ryraraysla, t7/'t),p.r/, note numDer l. 33. Mohammad Hatta, Menuju Negara Hukum (|akarta: Yayasan Idayt,1975), pp. 9-10. See also Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila (fakarta: Idayu Press, 1977), p. 28: "Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya dasar ltotmatmenghormati agama masing-masing, seperti yang dik.emukakan oleh Bung Karno, melainkan jadi dasar yang memimpin ke jalan k.ebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan. " 34. B. J. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia (The Hague: Martinus a

Nijhoff,

1971), pp. 21-22.

Studia klaniha, VoL 9, No. 2, 20a2

Tbe

Politic of Salt

117

35. The first eight members were Muslims with different political outlook. The first four were from the kebangsaan group, while the latter four were from the Islamic group. Maramis was a Christian who shared the ideological inclination oI the kebangsaan grottp. 36. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, p. 3Q. 37. Boland, TIte Struggle of Islam in Modern Indonesia, p 31. 38. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, p. 30. 39. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, p.33. 40. Reid, Indonesian National Reoolution, p. 20. 41. On his feeiing that time, Hatta wrote, "I can imagine in my mind my struggle for more than 25 years, through imprisonment and exile, to achieve an independent of Indonesia, a country that should be united and not compartmentalized. rVould the independent Indonesia, that just recently established, be disunited and re-colonized because of something that actually could be resolved?" Hatta, Memoir, p. 459. 42. Har.ta, Memoir, p. 460 (the emphasis is in the original): "Apabila suatu masalalt yang serius dan bisa membahayakan keutuhan Negara dapat diatasi dalam sidang kecil yang lamanya kurang dari 15 menit, itu adalah suatu tanda bahua pemimpin-pemimpin tersebut di zaaktu itu benar-benar nxementingkan nasib

dan persatuan bangsa. "Pada zpaktu itw kami dapat menginsafi,, bahzaa Semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan "Ke Tuhanan dengan keuajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dan menggantinya dengan "Ke Tubanan Yang Maha Esa." DaLam Negara yang kemudian memak.ai semboyan Bhineka Tunggal lka, tiap-tiap peraturan dalam kerangka Syariab Islam, yang hanya mengenai orang Islam dapat dimajukan sebagai rencAnA

Undang-Undang, yang setelah diterima oleh DPR mengikat umat Islam Indonesia." 43. See Deliar Noer, Partai Islarn di Pentas Nasional (|akarta: Pustaka lJtama

Graffiti,

1987),

p.43.

Pikiran Rakjat, February 7,1.951., quoted from Rose, Indonesia Free, p.175. 45. Harra, Menuju Negara Hukum, p. 1.5. 46. Pikiran Rakjat,lune 27, 1957, qtoted from Rose, Indonesia Free, p. 191. 47. Merdeka, September 20, 7951, quoted from Rose, Indonesia Free, p. 775. 48. Mohammad Hatta, "Demokrasi Kita," in Karya Lengkap Bung Hatta: Buku 2: Kemerdekaan dan Demokrasl (|akarta: LP3ES, 2000), p. 435. 49. See Rosihan Anwar, Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 19611965 (lakarra: Sinar Harapan, 1981), 12A and 29A. 44.

50. Anwar, Sebelwm Prahara, p.29A. 51. Hatta's recollections on this happening and its aftermath are in order here. He was in Bali at the time of Gestapu, having been advised to take rest there for health reasons. He recalled that he heard the first news about the kidnapping and murder of the leadership of the Army from Simatupang on the morning of October lst 1965. He added: "Further reports revealed that Nasution, after having left his hiding-place, went straight to Kostrad. He found that Suharto had already taken action." He presumed that the happening was at least carried out with the knowledge of Sukarno: "\Tithout Bung Karno's consent, I do not think all this would have possibly happened." On Muslim anti-PKI , Hatta

Studia klamiba, Vol. 9, No. 2,20a2

Ibsan

AliFauzi

admitted, although cautiously, that "from the Moslems, the reaction was very strong, especially from those who at that time felt the v/orst pressure," that Nahdlatul Ulama leaders were prepared to "take revenge by kiiiing at least ten PKI people for every Moslem scholar they had killed." Hatta, Bung Hatta Menjauab, pp. 48-49. 52. Rose. lndonesia Free, p.213. 53. See Mohammad Hatta, "Rencana Dasar, Program dan

Struktur Partai Demokrasi Islam Indonesia (PDII): Pengantar Mohammad Hatta," in Noer, Mohammad Hatta, "Lampiran," pp. 727-730. 54. Noer, Mohammad Hatta, p. 644. 55. Suharto instead appointed conservative Muhammadiyah leaders, under the leadership of Djarnawi Hadikusumo and Lukman Harun, to set up the Indonesian Muslim Party (Partai Muslimin Indonesla or Parmusi). To ensure that the new Islamic party v/as relatively acquiescent, former Masjumi leaders were excluded from its excecutive. On this issue, see Kenneth E. tWard, The Foundation of the

Partai Muslimin Indonesia (Ithaca, New York: Modern Indonesian Project, Southeast Asia Program, Cornell University, 1970). 56. Hatta, Bung Hatta Menjauab, p. 161. 52. George McT. Kahin, "Mohammad Hatta sebagai Pemikir Bebas," in Meuthia F. Swasono (ed.), Bung Hatta: Pribadinya dalam Kenangan (|akarta: Sinar Harapan and University of Indonesia, 1980), p. 459.

llatta, "Rencana Dasar," pp.Ta-hl.59"Pasang Surut Islam Indonesta," Suara Hidayatu llah, January, 2000. 60. Sjafii Maarif is a Chairman of Muhammadiyah, the second largest Islamic organrzation in Indonesia. He was trained in history at Ohio University, where he wrote a thesis titled "Islamic Politics under Guided Democracy in Indonesia 1959-1965" (1.975) and in Islamic studies at the University of Chicago, where he wrote a dissertation titled "Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in Constituent Assembly Debates in Indonesia" (19S3). Both his thesis and dissertation were published as Islam dan Politik di Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-196t) (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988) and Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percatwran dalam Konstituante [akarta: LP3ES, 1985). 61. See "'!(/awancara dengan Pakar Sejarah Islam: Kebenaran Tidak Selalu Berpihak 58.

Kepada Pemenang," Suara Hidayatullah, January, 2000.

Sadia klamika, Vol. 9, No. 2, 2002

Tbe PoLiic

ofSalt

1.19

Bibliography Anshari, Endang Saifuddin, The Jakarta Charter 1945: The Struggle for an Islamic Constitution in Indonesia (Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of Malaysra, 1979).

Anwar, Rosihan, Sebelum Prahara: Pergolakan Politih Indonesia 1961-1965 (|akarta: Sinar Harapan, 1981). Boiand, B. J., The Struggle of Islam in Modern Indonesia (The Hague: Martinus

Nijhoff,

1971).

Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjoangan Bangsa (|akarta: Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, 1972). Burhanuddin, "Bung Hatta sebagai Kawan dan Guru," in Meutia Farida Swasono (ed.), BungHatta: Pribadinya dalam Kenangan (Jakarta: Sinar Harapan dan Penerbit Universitas Indonesia, 1980), pp. 305-318. Hatta, Mohammad, "Ajaran Marx atau Kepintaran Sang Murid Membeo," in Karya Lengkap Bung Hatta. Buku 1: Kebangsaan dan Kerakyatan Sakarra: LP3ES, 1998), pp. 469-490. Bung Hatta Menjazaab,2"d edirion (|akarta: Gunung Agung, L979). ---, "Demokrasi Kita," in Karya Lengkap Bung Hatta. Buku 2: Kemerdekaan ---, dan Demokra.sl (|akarta: LP3ES, 20OO), pp. 426-440.

Memoir (fakarta: Tintamas Indonesia, 1979). Menuju Negara Hwkum (|akarta: Yayasan Idayu, 1975). Pengertian Pancasila (]akarta: Idayu Press, 1977). Portrait of a Patriot (The Hague 8c Paris: Mouton Publishers, 1972). "Rencana Dasar, Program dan Struktur Partai Demokrasi Islam Indonesia (PDII): Pengantar Mohammad Hatta," in Deliar Noer, Mobammad Hatta: Biografi Politik (]akarta: LP3ES, 1990), "Lampiran," pp. 727-752. Ichsan, "Kenang-kenangan dengan Bung Hatta," in Meutia Farida Swasono (ed.), Bung Hatta: Pribadinya dalatn Kenangan [akarra: Sinar Harapan dan Penerbit Universitas Indonesia, 1980), pp. 257-26A. Kahin, George McT., "Mohammad Hatta sebagai Pemikir Bebas," in Meuthia F. Swasono (ed.), BungHatta: Pribadinya daLam Kenangan (f,akarta: Sinar Harapan and University of Indonesia, 1980), pp. 455-460. Karya Lengkap Bung Hatta. Buku 1: Kebangsaan dan Kerakyatan (Jakana: LP3ES, 1998). Karya Lengkap Bung Hatra. Buku 2: Kemerdekaan dan Demokrasi (Jakana: LP3ES,2000). Lev, Daniel 5., Islarnic Cowrts in Indonesia: A Study in the Political Bases of Legal Institutions (Berkeley, Los Angeles, London: University of California Press,

---, ---, ---, ---, ---,

1e72).

Maarif, Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante (|akarta: LP3ES, 1985). ---, Islam dan Politik di Indonesia pada Masa Demohrasi Terpimpin (1959-

1965) (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988). "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta? " S uara Hiday atul I ah, S ept ember, 2000. Noer, Deliar, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 (Singapore and Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1973). Moharnmad Hatta: Biografi. PoLitik fiakarta: LP3ES, 1990).

---,

Stud.ia

klamika, Vol. 9, No. 2,

2002

pa

tbsdn Atl.rduzt

Partai Islam di Pentas Nasional fiakarta: Pustaka Utama GrafIitt', 1987). "Pasang Surut Islam Indonesia," Suara Hidayatullah, January,2000.

---,

Reid, Antho ny, Indonesian National Revolution: 1 94 5 - 1 9 5 0 (Melbourne: Longman, 1974). Rose, Mavis, Indonesia Free: A Political Biograplry of Mobammad Hatta (khaca, New York: Cornell Modern Indonesia Project, 1987). Swasono, Meutia Farida (ed.), BungHatta: Pribadinyadalam Kenangan (|akarta: Sinar Harapan dan Penerbit Universitas Indonesia, 1980). 'Ward, Kenneth E., The Foundation of tbe Partai Muslimin Indonesia (Ithaca, New York: Modern Indonesian Project, Southeast Asia Program, Cornell Univer-

srty,1970). "\(/awancara dengan Pakar Sejarah Islam: Kebenaran Tidak Selalu Berpihak Kepada Pemenang," Suara Hidayatullah, Janwary, 2000.

Ihsan Ali-Fauzie is a graduate student at the Center for Southeast Asian Studies, Ohio University, Athms, Ohio, USA.

Studia klamika, Vol. 9, No.2,2002

Smile Life

When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile

Get in touch

© Copyright 2015 - 2024 PDFFOX.COM - All rights reserved.